Tag: Buku

  • Mengapa Orang Indonesia (Masih) “Malas” Membaca?

    Baru-baru ini, saya mendapatkan temuan menarik mengenai profesi idaman masyarakat Asia Tenggara. Dari hasil riset tersebut disebutkan bahwa profesi impian masyarakat Indonesia adalah YouTuber. Sementara profesi impian masyarakat di negeri jiran kita ialah Guru untuk Malaysia dan Penulis untuk Singapura.

    Apa yang dapat saya petik dari temuan tersebut? Saya semakin menyadari bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya kurang suka membaca. Orang-orang di sekitar kita lebih betah berjam-jam mengamati linimasa media sosial ataupun menonton film dan televisi.

    Pemahaman saya tersebut semakin menguat menyadari fakta industri penerbitan buku di Indonesia bisa dikatakan kurang berkembang. Toko-toko buku banyak yang telah tutup permanen dan para penulis berteriak dengan tingginya pajak royalti.

    Di sisi lain, jam mengakses internet masyarakat kita dari hari ke hari makin tinggi. Coba cek sendiri, berapa jam rata-rata waktu yang teman-teman kita habiskan untuk TikTok, YouTube, Instagram, Facebook, Twitter dan semacamnya?

    Sebagai seorang penulis profesional, kenyataan ini tentu membuat sangat miris. Bagaimana dengan masa depan penulis? Apakah penulis profesional bisa hidup layak jika sepenuhnya fokus tanpa memiliki pekerjaan atau bisnis lain? Masih adakah harapan bagi para penulis agar karya-karyanya dibaca di tengah gempuran abad digital yang disruptif?

    Budaya Baca Masyarakat Indonesia
    Konon, leluhur orang Indonesia itu lebih suka bertutur dibandingkan dengan menuliskannya. Tak mengherankan berbagai dongeng atau cerita rakyat berhasil diturunkan dari generasi ke generasi hingga kini.

    Di sisi lain, meskipun tingkat melek huruf relatif tinggi, statistik menunjukkan bahwa membaca buku bukanlah kegiatan populer di Indonesia. Dibandingkan dengan orang di negara lain dengan tingkat melek huruf yang tinggi, orang  Indonesia yang mau membaca jauh lebih sedikit.

    Sebuah studi tahun 2013 dari UNESCO menunjukkan bahwa hanya 1 dari 1000 anak di Indonesia yang senang membaca. Sebuah studi tahun 2018 dari PISA (Program for International Student Assessment) menunjukkan bahwa skor membaca siswa Indonesia adalah 371 (dibandingkan dengan skor rata-rata 487), dan kemampuan membaca keseluruhan anak Indonesia berada di urutan ke-74 dari 79 negara OECD.

    Temuan penelitian lainnya menunjukkan bahwa kebiasaan membaca secara umum di era digital cenderung lebih tinggi daripada di masa sebelum internet. Hasil riset Universitas Kristen Indonesia (UI) menemukan bahwa, meskipun tidak membaca buku sesering siswa di negara lain, siswa Indonesia menggunakan internet untuk membaca, meskipun biasanya hanya untuk tugas sekolah. Membaca untuk kesenangan atau untuk belajar di luar yang diwajibkan jarang terjadi.

    Mengapa Orang Indonesia Enggan Membaca?

    Ada beberapa alasan mengapa kebiasaan membaca di Indonesia lebih rendah daripada di negara lain. Berikut di antaranya.

    Pertama, tradisi lisan: Di negeri kita, ada tradisi panjang berbagi cerita dan kebijaksanaan melalui kata-kata lisan, bukan melalui teks tertulis.

    Kedua, budaya sekolah: Membaca umumnya dipandang sebagai kegiatan yang hanya untuk tujuan sekolah, dan membaca buku atas kemauan sendiri sering dianggap sebagai perilaku yang tidak biasa. Tak mengejutkan anak-anak yang suka membaca diberi label “Kutu Buku”. Anak-anak yang berani berbeda dari kebanyakan mendapatkan perundungan hingga intimidasi.

    Ketiga, persaingan dengan bentuk media lain: Masyarakat kita menggunakan media sosial, streaming TV/film, dan game online dengan sangat masif. Bentuk-bentuk media yang lebih interaktif dan visual ini seringkali dapat lebih langsung merangsang siswa dibandingkan dengan buku, yang membutuhkan tingkat fokus, konsentrasi, dan keterlibatan aktif yang lebih besar. Teknologi agaknya  mengurangi tingkat membaca anak-anak kita.

    Keempat, kurangnya kesempatan: Rendahnya tingkat membaca di Indonesia mungkin tidak semata-mata karena kurangnya minat—kurangnya kesempatan juga dapat berperan. Dibandingkan dengan negara maju lainnya, sekolah di Indonesia memiliki lebih sedikit buku untuk diakses siswa. Menurut hasil kajian  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia tahun 2017, hanya 61% sekolah dasar yang memiliki perpustakaan, dan dari perpustakaan tersebut, hanya 31% yang terawat dengan baik. Perpustakaan sering digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk olahraga atau kegiatan serupa, yang berarti bahwa buku seringkali tidak menjadi prioritas bahkan di perpustakaan sekolah.

    Kelima, kualitas buku yang tersedia buruk: Nirwan Ahmad Arsuka, pencipta program perpustakaan keliling di Indonesia, menyebutkan kualitas buku yang tersedia bagi banyak siswa sebagai hambatan untuk mendorong membaca. Ia percaya bahwa buku-buku yang dikeluarkan untuk sekolah oleh pemerintah pada umumnya tidak menarik, terlalu formal, dan ditulis dengan buruk, yang memberikan siswa persepsi negatif tentang buku sejak usia muda.

    Keenam, kurangnya ketersediaan buku asing: Selain buruknya kualitas buku di perpustakaan sekolah di Indonesia, akses buku dari luar negeri juga sangat minim. Buku-buku asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seringkali hanya dapat diperoleh dari toko buku khusus, dan harganya sangat mahal.

    Epilog
    Meningkatkan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia tak bisa diselesaikan oleh salah satu pihak saja. Diperlukan kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, orang tua, dan para pemangku kepentingan lainnya.

    Minat membaca biasanya paling baik dibangun pada usia muda. Jadi, sangat penting memastikan bahwa siswa yang lebih muda memiliki akses ke buku-buku yang menarik bagi mereka.

    Temuan dari berbagai kajian telah menunjukkan bahwa minat membaca untuk tujuan pendidikan biasanya hanya meningkat sebagai akibat dari menikmati membaca untuk kesenangan. Menumbuhkan minat membaca pada generasi muda kemungkinan akan mengubah budaya dari waktu ke waktu dan menjadikan kegiatan membaca lebih umum untuk generasi mendatang.

    Manfaat ini untuk sistem pendidikan memang signifikan. Sebuah studi tahun 2015 oleh Universitas Kenyatta menemukan bahwa siswa dengan masalah membaca lebih cenderung berprestasi buruk di sekolah, dengan kemungkinan lebih tinggi untuk mengulang kelas atau putus sekolah pada usia dini. Sebaliknya, siswa dengan keterampilan membaca yang baik memiliki kinerja yang lebih baik di sekolah dan di dunia kerja, serta memiliki tingkat perkembangan emosi dan sosial yang lebih tinggi.

    Peningkatan akses  masyarakat Indonesia terhadap buku berkualitas tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi dan inisiatif. Ebooks, dan program untuk menyediakan akses ke sana, dapat memecahkan banyak hambatan dalam meningkatkan kebiasaan membaca di tanah air. Meningkatkan kebiasaan membaca meningkatkan pembelajaran secara umum—tidak hanya dalam konteks akademik, tetapi juga untuk pertumbuhan dan kesejahteraan pribadi.

  • Agar Karyamu Tembus Gramedia

    Buku adalah jendela dunia. Dengan buku kita bisa memperkaya wawasan. Membuka cakrawala tanpa batas.

    Di tengah gempuran internet yang menawarkan informasi gratis, pamor buku seakan memang makin meredup. Namun, itu bukan berarti buku sudah tidak ada peminatnya. Karena selama ada manusia, buku masih ada pasarnya.

    Menyadari hal itu, setiap hari ribuan penerbit masih kewalahan menyeleksi naskah demi naskah. Mereka menyaring naskah-naskah yang masuk untuk memastikan kualitas konten dan potensi pasarnya.

    Di sisi lain, penulis-penulis baru berdatangan dari hari ke hari. Mereka meramaikan bursa penulis di tanah air. Mereka turut mewarnai dunia literasi dengan para penulis senior yang lebih berpengalaman.

    Sebagai penulis 50+ buku dengan lebih dari 15 tahun pengalaman, saya telah merasakan sendiri jatuh-bangun berkecimpung di bidang ini. Dari berbagai pelatihan daring dan luring yang saya adakan, salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah bagaimana tips agar naskah buku kita tembus Gramedia.

    Pertanyaan tersebut saya anggap mengandung dua unsur. Yang pertama, buku kita diterbitkan salah satu penerbit di bawah jaringan Kompas Gramedia Group yang mana secara otomatis buku kita akan dipasarkan di jaringan toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Yang kedua, buku kita diterbitkan oleh penerbit ternama, sehingga kemungkinan besar akan juga tampil di rak-rak Toko Buku Gramedia.

    Sederhana saja. Agar naskah buku kita tembus Gramedia, karya kita harus berkualitas. Tidak ada tawar-menawar di sini. Untuk mencapai titik itu, kita perlu memenuhi satu aspek utama.

    Aspak itu adalah: buku kita memecahkan masalah. Buku yang tembus Gramedia otomatis menjadi solusi bagi pembaca. Itu artinya, buku kita perlu memberikan nilai tambah bagi pembaca. Entah itu perspektif baru, pandangan berbeda, metodologi baru, kisah inspiratif yang unik, atau sesuatu yang ada “harga”-nya di mata publik.

    Jika kita ingin memenuhi aspek ini, kuncinya adalah riset. Kita perlu tahu apa saja keluhan, tantangan, atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Abad digital memudahkan kita untuk menemukannya yaitu dengan mengetahui apa saja yang sedang viral, menjadi trending di media sosial atau sedang hype. Ini yang namanya kebutuhan.

                  Dalam hal ini, kita perlu lebih peka. Kita bisa melakukan survei langsung ke toko buku, marketplace, atau toko-toko buku online.  Buku apa  di bidang kepakaran atau passion kita yang sudah atau belum ada. Kita hubungkan dengan kebutuhan masyarakat.  Dari sini, kita bisa menemukan gap-nya.  Begitu mudah bukan?

    Sebagai contoh untuk buku non-fiksi. Anda mengamati bahwa di pasaran belum ada buku yang mengulas tentang kesehatan mental, lalu Anda merasa memiliki kepakaran di situ dan Anda telah menemukan fakta bahwa isu kesehatan mental sedang naik daun di pasaran. Nah, di situlah sweet spot-nya. Anda telah menemukan benang merah. Oleh karena itu, Anda harus segera menulis naskah buku tersebut.

    Mungkin Anda akan bertanya lagi:

    • Minimal berapa halaman Mas?
    • Format penulisannya bagaimana?
    • Dikirimkan ke siapa ya?

    Ini pertanyaan begitu mendasar yang mudah dijawab. Setiap penerbit memiliki kebijakan atau syarat dan ketentuan masing-masing. Tinggal andalkan Google, lalu Anda bisa membacanya di situs web resmi mereka. Ikuti saja apa maunya mereka.

    Sudah begitu jelas bukan?

    Atau Anda merasa masih bingung?

    Jika ingin menerbitkan buku tapi Anda belum tahu harus mulai dari mana atau masih ragu ingin menulis dengan gaya seperti apa, jangan sungkan untuk bertanya.

    Anda bisa menghubungi saya melalui Whatsapp +62 852 3050 4735.  Japri aja saja. Kita bisa berdiskusi sambil ngopi-ngopi.

    Jika Anda tidak punya waktu untuk menghubungi saya secara daring maupun luring, tenang saja. Anda bisa membaca buku Write First. Beli saja versi digitalnya. Karena semua ilmu dan pengalaman saya dalam dunia menulis dan menerbitkan buku telah saya kupas tuntas di situ.

     

    Salam literasi,

    Depok, 23 Maret 2024

  • Buku yang “Menyelamatkan” Hidupku

    Buku telah menyelamatkan hidup saya . .

    Ungkapan di atas mungkin terdengar begitu berlebihan. Namun faktanya itu yang saya alami.

    Terlahir dari keluarga petani gurem, sejak kecil saya didorong oleh kedua orang tua saya untuk mencapai apa yang disebut dengan “kesuksesan” versi orang desa. Apa itu?

    Ya  minimal tidak menjadi pengangguran selepas sekolah. Syukur-syukur kalau bisa membanggakan orang-orang di sekitar.

    Lahir dan dibesarkan di pelosok desa yang warganya mayoritas sebagai buruh tani, TKI dan petani gurem; sejak belia saya memiliki dorongan untuk mengubah nasib. Meskipun pada kenyataannya, perjalanan saya untuk menggapai mimpi tidak selalu berjalan dengan mulus.

    Mengapa buku saya anggap telah menyelamatkan hidup saya?

    Karena dari bukulah saya terinspirasi untuk maju. Dari bukulah saya bisa melihat dunia. Dari bukulah saya terdorong untuk terus-menerus mengembangkan diri. Dan dari bukulah tentu saja saya terdorong untuk mengubah nasib.

    Berikut alasan saya menyebut buku sebagai “penyelamat” hidup saya.

    Pertama, mendapatkan “tiket” beasiswa S1. Saya begitu bersyukur bisa menerbitkan buku pertama saya di tahun 2007, tahun kelulusan SMA saya. Dan buku itulah yang saya rasa menjadi pertimbangan pewawancara untuk meloloskan saya sebagai penerima beasiswa penuh S1 bernama Paramadina Fellowship. Sebuah kesempatan emas yang mengantarkan saya untuk belajar ilmu hubungan internasional di Universitas Paramadina.

    Mungkin buku memang bukan satu-satunya faktor yang membuat saya “beruntung”  menjadi penerima beasiswa tersebut. Karena ada unsur penilaian lain seperti nilai rapor, rekam jejak organisasi, prestasi memenangkan perlombaan dan seterusnya. Namun, entah mengapa saya begitu yakin bahwa bukulah yang membuat para dosen akhirnya memberikan “tiket” bernama beasiswa. Terima kasih diriku yang telah berinisiatif untuk menerbitkan buku pertama selepas SMA.

    Kedua, keluar dari jeratan Quarter-Life Crisis. Berkat membaca dan menulis buku, saya bisa berhasil dari masa kegalauan yang mengerikan. Salah satu fase terburuk yang mengantarkan saya pada titik terendah dalam hidup sebelum akhirnya menemukan titik balik. Sebuah periode yang begitu fluktuatif.  Sebuah pengalaman hidup yang mendorong saya untuk menulis buku menjadi Mantra Kehidupan

    Ya, berkat membaca ribuan bukulah saya pada akhirnya menyadari bahwa menulis buku merupakan salah satu panggilan hidup saya. Membaca buku terbukti membantu saya mengenal diri sendiri lebih baik. Begitu pun proses menulis buku.

    Terima kasih diriku yang telah mau berjuang melewati fase yang tidak mudah. Dan membaca buku maupun menulis buku telah “menyelamatkan” masa depan saya.

    Ketiga, menjadi sumber penghidupan. Sebagai manusia biasa, saya tidak terlepas dari yang namanya kesulitan keuangan. Saya pernah merasa begitu pesimis untuk bisa keluar dari jeratan utang yang mirip “gali lubang, tutup lubang”.

    Saya sempat Down. Saya mencari segala cara untuk bisa keluar dari “lingkaran setan” bernama utang. Saya mencari segala peluang yang ada di depan mata. Dari meminta umpan balik dari teman dekat hingga browsing  di internet, saya sempat “tergiur” untuk menjalani (berbagai) profesi yang nampaknya menjanjikan untuk dijalani.

    Long story short, saya tidak bisa bertahan lama di profesi-profesi baru tersebut. Meskipun memang saya kerjakan secara paruh waktu a.k.a sambilan.

    Entah “energi” dari mana yang mendorong saya, saya lagi-lagi diselamatkan oleh buku. Saya merasa menulis buku merupakan aktivitas yang mengasyikkan dan menghasilkan. Setelah fokus di situ, ternyata memang benar adanya. Ratusan juta saya dapatkan hanya dalam hitungan beberapa bulan.  Dan tentu saja peluang mendapatkan milyaran atau triliunan dari menulis buku bukan tidak mungkin kelak terjadi. Nikmat mana lagi yang saya dustakan?

    Ini bukan tentang profit. Bukan tentang ego atau kebahagiaan semu dari aktivitas bernama menulis buku. Namun  bagi saya, ini adalah tentang amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

    Dan menulis bagi saya merupakan cara saya untuk mensyukuri sisa umur yang diberikan Sang Khalik. Kini, saya begitu bangga menyebut diri saya sebagai seorang penulis buku. Karena ini bukan semata-mata untuk mendapatkan cuan. Namun lebih dari itu. Menulis buku bagi saya merupakan panggilan yang bahkan jika tidak dibayar pun, saya ikhlas melakukannya. Karena saya menyukainya.

    Setidaknya  itulah tiga alasan yang membuat buku menjadi “penyelamat” hidup di mata saya. Entah masih ada berapa banyak alasan lagi di masa depan.

    Tulisan ini saya sengaja saya buat sebagai wujud terima kasih kepada diri sendiri yang tak pernah lelah untuk menulis. Terima kasih diriku.

    Teruslah menulis, Agung!

  • Tips Menemukan Ghost Writer yang Cocok

    Menemukan Ghost Writer yang cocok memang gampang-gampang susah. Setuju kah teman-teman?

    Ya, seperti menemukan pekerjaan yang cocok atau jodoh yang cocok lah ya. Serupa tapi tak sama.

    Saya jadi teringat dengan salah satu klien yang notabene merupakan seorang petinggi BUMN Perbankan. Sebelumnya, ia pernah mencoba 2 Ghost Writer berbeda untuk menuliskan pemikirannya menjadi sebuah buku. Namun menurut beliau, kualitas buku yang dihasilkan tak sesuai dengan harapan. Sehingga, aku orang ketiga yang dipercaya untuk mewujudkannya. Dan ternyata aku berjodoh. Buku beliau berhasil menembus penerbit beken sekelas Elex Media Komputindo tanpa biaya sepeser pun.

    Selidik demi selidik, petinggi BUMN tersebut mengaku bahwa dua Ghost Writer kurang mampu menyesuaikan gaya bahasanya dengan bahasa bidang industri atau profesi tersebut. Dengan kata lain, tidak ada kecocokan antara Ghost Writer  dengan klien.

    Nah, bagaimana cara Menemukan Ghost Writer yang cocok dong? Kan itu ibarat mencari jarum dalam tumpukan sekam bukan?

    Pertama, dan mungkin ini yang termudah, baca salah satu buku karya Ghost Writer tersebut. Apakah gaya bahasa yang digunakan kamu sukai? Bagaimana gaya storytelling-nya?

    Kedua, amati latar belakangnya. Apa profesi Ghost Writer sebelumnya? Apakah ia jurnalis? Ataukah ia profesional yang pernah menekuni bidang tertentu?

    Jika ia seorang jurnalis atau copywriter, pastikan kamu yakin betul mereka adalah penulis yang handal. Karena pengetahuan cepat diperoleh, tapi “penjiwaan” pada topik tertentu belum tentu bukan?

    Sebisa mungkin, kamu mendapatkan Ghost Writer yang memiliki pengalaman langsung di bidang yang ingin kamu tulis. Jika memungkinkan loh ya.

    Ketiga, ajak ngobrol lebih jauh. Jika kamu berada di kota yang berbeda, ajak Ghost Writer yang kamu bidik untuk bertemu secara virtual via Zoom, Teams atau platform sejenis. Jika kamu tinggal di area yang sama, sebisa mungkin kamu bertemu tatap muka. Tanyakan secara detil mengenai pengalaman, mekanisme kerja, biaya, dan seterusnya.

    Nah, itulah 3 tips menemukan Ghost Writer yang cocok versi saya. Apakah kamu tertarik menulis buku dan menerbitkan buku guys?

     

  • Butuh Jasa Ghostwriter? Kamu Perlu Pahami Ini

    Ghostwriter membantu orang sibuk atau non-penulis menceritakan kisah yang ingin mereka bagikan kepada dunia. Entah mereka membantu orang-orang terkenal dalam menceritakan kisah hidup mereka, membantu wirausahawan sibuk berbagi wawasan bisnis mereka, atau membimbing penulis yang kurang terampil melalui proses mewujudkan konsep, Ghostwriter bekerja keras, dan mereka berkomitmen kepada Anda untuk menulis buku.

    Bagaimana Anda bisa yakin bahwa seorang Ghostwriter tepat untuk proyek Anda? Bagaimana Anda mengidentifikasi Ghostwriter yang tepat untuk membantu Anda mewujudkan buku impian Anda?

    Kapan harus menggunakan Ghostwriter?
    Bagaimana Anda tahu jika menggunakan Ghostwriter profesional untuk proyek Anda masuk akal?

    Beberapa keuntungan paling signifikan dari menyewa seorang Ghostwriter adalah tulisan berkualitas tinggi, penghematan waktu, dan kemungkinan besar proyek akan selesai sesuai keinginan Anda. Seorang penulis untuk orang lain yang baik akan membantu memastikan bahwa ide-ide Anda bisa dituliskan dengan baik dan tidak hanya tinggal di kepala Anda selamanya.

    Anda dapat menggunakan Ghostwriter untuk proyek dengan ukuran berapa pun. Beberapa Ghostwriter berspesialisasi dalam proyek-proyek kecil. Misalnya, mereka mungkin menulis buku biografi, novel, pengembangan diri atau postingan blog untuk orang-orang yang memiliki keahlian khusus tetapi tidak memiliki waktu, keterampilan menulis, atau pengalaman SEO untuk membuat postingan yang menghasilkan prospek untuk blog perusahaan. Ghostwriter bahkan dapat membantu membuat profil media sosial atau postingan LinkedIn yang menarik untuk para Direktur yang sibuk.

    Penulis untuk orang lain juga dapat dipekerjakan pada proyek-proyek besar seperti penulisan buku fiksi atau nonfiksi berdurasi penuh. Misalnya, seorang wirausahawan yang sibuk mungkin memiliki konsep menarik yang ingin mereka tawarkan sebagai buku bisnis yang diterbitkan sendiri untuk dijual di Amazon, namun mereka mungkin menyewa penulis untuk orang lain untuk melaksanakannya.

    Bagaimana menemukan dan mempekerjakan seorang Ghostwriter?
    Jika Anda siap untuk mencari penulis lepas untuk membantu proyek Anda, berikut adalah beberapa langkah yang harus Anda ikuti untuk memilih dan mempekerjakan penulis lepas yang tepat, yang paling cocok untuk mencapai tujuan Anda:

    • Tentukan proyek Anda
    • Tentukan anggaran Anda
    • Cari Ghostwriter
    • Setujui biaya dan persyaratan proyek
    • Mulailah dan pertimbangkan kemitraan jangka panjang

    Tentukan proyek Anda
    Langkah pertama adalah memahami dengan jelas apa yang diperlukan dalam proyek Anda. Apakah proyek tersebut akan berupa fiksi atau nonfiksi? Berapa banyak konten yang telah Anda kumpulkan, dan apakah Anda siap membagikannya kepada penulis? Apakah Anda memerlukan penelitian khusus untuk meletakkan dasar bagi proyek Anda?

    Sebelum menginvestasikan waktu dan uang Anda, Anda juga harus memahami dengan jelas apa yang ingin Anda capai dengan produk akhir. Anda dapat menemukan penulis untuk orang lain dengan pengalaman relevan dalam penerbitan mandiri, SEO, atau keterampilan khusus lainnya yang dapat membantu membedakan mereka sebagai yang paling cocok untuk pekerjaan tersebut.

    Mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda menyesuaikan kebutuhan Anda dengan pengalaman calon kolaborator Anda.

    Tentukan anggaran Anda
    Anda harus memiliki gambaran yang jelas tentang kisaran anggaran Anda sebelum mulai mencari Ghostwriter. Penulis berpengalaman mengenakan biaya yang bervariasi. Namun, Anda harus memiliki gagasan yang jelas dan akurat tentang jumlah yang dapat Anda bayar pada awalnya—atau jumlah yang bersedia Anda bayarkan—sebelum memulai pencarian.

    Memiliki anggaran juga akan berguna jika Anda berencana memposting proyek Anda secara online untuk menarik calon penulis. Menyertakan kisaran anggaran Anda akan menghemat waktu Anda saat meninjau proposal dari penulis yang meminta bayaran lebih tinggi untuk karyanya daripada yang Anda rencanakan untuk dibayar.

    Cari Ghostwriter
    Setelah Anda menentukan proyek dan anggaran, Anda dapat mencari profesional menulis berpengalaman. Anda  dapat membaca karya-karya beberapa kandidat Ghostwriter  untuk melihat apakah gaya mereka sesuai dengan apa yang Anda bayangkan. Setelah Anda menemukan dua atau tiga penulis yang dapat Anda ajak bekerja sama, Anda akan dapat menghubungi mereka secara langsung untuk mengetahui apakah proses dan gaya komunikasi mereka cocok dengan Anda.

    Jika Anda sedang mempertimbangkan kerja sama dengan seorang Ghostwriter atau ingin memastikan kemitraan tersebut akan menguntungkan Anda berdua, Anda mungkin ingin memulai dengan memesan sampel tulisan berbayar sebelum terjun ke salah satu proyek utama Anda. Membayar sampel menunjukkan kepada penulis itikad baik Anda, dan ini memberi Anda kesempatan untuk mengevaluasi karya mereka sebelum berkomitmen pada proyek yang lebih besar bersama mereka.

    Jika Anda ingin menyelesaikan proyek buku, salah satu teknik yang mungkin Anda terapkan untuk menemukan Ghostwriter adalah dengan mencari buku yang ditulis dengan gaya yang Anda cari, lalu mencari kontaknya

    Setujui biaya dan persyaratan proyek
    Setelah Anda menemukan Ghostwriteryang tepat, inilah saatnya menyetujui biaya dan ketentuan proyek. Saat membuat persyaratan proyek, menguraikan dengan jelas hasil proyek dan persyaratan pembayaran sangatlah penting.

    Persyaratan proyek harus menentukan hal berikut.

    • Perjanjian larangan pengungkapan informasi rahasia. Setiap kontrak penulisan untuk orang lain harus memuat NDA untuk memastikan bahwa penulis tidak mengungkapkan sifat hubungan atau informasi lain apa pun tentang karya yang akan datang kepada pihak ketiga.
    • Penagihan dan revisi. Persyaratan penulisan proyek biasanya ditetapkan dalam salah satu dari tiga cara: harga tetap untuk proyek yang diselesaikan, per kata, atau per jam. Jika penulis perlu memberikan layanan tambahan—seperti penelitian, wawancara, SEO, atau desain grafis—hal ini juga harus dirinci dalam kontrak. Sejumlah penulisan ulang atau revisi tertentu juga harus dimasukkan sebagai bagian dari perjanjian awal.
    • Hak cipta. Kekayaan intelektual buku harus menjadi milik pembeli setelah proyek selesai dan dibayar. Cantumkan secara spesifik apakah Ghostwriter berhak mereferensikan proyek tersebut dalam portofolio karyanya atau hak untuk menggunakan konten tersebut dengan cara lain.
    • Royalti. Jika Anda terbuka untuk membagi royalti dari buku Anda dengan Ghostwriter, Anda harus menyertakan persyaratannya terlebih dahulu. Anda juga dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan royalti bersama untuk mendapatkan harga karya yang lebih rendah pada awalnya. Ini bisa sangat membantu jika Anda baru memulai dengan anggaran kecil. Apa pun pilihannya, jika Anda berniat membagi royalti, tuliskan detailnya ke dalam kontrak.
    • Aturan untuk penghentian. Ada kemungkinan kemitraan penulisan untuk orang lain berakhir sebelum produk jadi dikirimkan. Jika ada komplikasi yang menyebabkan proyek terhenti atau berakhir sebelum seharusnya, Anda harus dapat kembali pada seperangkat aturan penghentian yang telah disusun sebelumnya jika salah satu pihak ingin menghentikan pengerjaan proyek sebelum proyek selesai.

    Mulailah dan pertimbangkan kemitraan jangka panjang
    Setelah Anda mulai berhasil bekerja dengan Ghostwriter, pertimbangkan gagasan untuk menjalin kemitraan jangka panjang dengan mereka. Anda dan Ghostwriter mungkin telah menginvestasikan banyak waktu untuk menyempurnakan gaya penulisan. Anda dapat memanfaatkan suara yang telah Anda ciptakan dengan susah payah di media lain seperti podcast, postingan blog, atau buku masa depan.

    Berapa biaya penulis untuk orang lain?
    Tiga cara paling umum yang dikenakan penulis untuk layanan penulisan hantu adalah berdasarkan kata, per jam, atau berdasarkan proyek. Harga dasar umumnya hampir sama dengan cara apa pun yang dipilih penulis untuk ditagih.

    Jadi, bagaimana Anda mengetahui berapa banyak Anda harus membayar seorang pengarang untuk orang lain?

    • Pengalaman. Penulis dengan lebih banyak pengalaman akan mengenakan biaya lebih dari seorang pemula.Untuk biaya jasa penulisan sebuah buku di Indonesia berkisar dari Rp 20-8o juta perbuku.
    • Ruang lingkup dan kompleksitas proyek. Apakah penelitian diperlukan? Apakah penulis akan melakukan atau mengedit wawancara? Apakah penulis perlu mencari individu untuk diwawancarai? Sebuah proyek dengan garis besar yang telah ditentukan dan penelitian yang telah selesai akan memakan biaya lebih murah daripada proyek yang harus dibangun dari awal. Penulis dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menambah nilai proyek Anda akan mengenakan biaya lebih banyak sebagai kompensasi atas keahlian dan waktu yang diperlukan.
    • Keahlian khusus. Jika subjek Anda adalah bidang teknis, misalnya buku kedokteran atau teknik, Anda mungkin ingin mencari penulis yang berpengalaman dan memiliki rekam jejak yang terbukti di bidang tersebut. Para ahli di bidang teknis kemungkinan besar akan mengenakan biaya lebih banyak dan sepadan dengan biaya tambahannya.
    • Jenis konten. Penulisan buku membutuhkan lebih banyak waktu untuk menguraikan, mengoreksi, dan mengatur daripada satu posting blog, misalnya. Namun, biaya yang lebih tinggi mungkin disebabkan oleh lebih dari sekedar penambahan panjang. Seorang Ghostwriter juga dapat mengembangkan strategi blogging SEO yang menambah nilai pada proyek yang lebih kecil.
    • Audiens. Jika tulisannya menargetkan khalayak umum, harga biasanya akan lebih rendah dibandingkan konten yang ditujukan untuk khalayak dengan pemahaman tingkat lanjut tentang suatu topik. Sebagai contoh, seorang Ghostwriter yang membuat buku anak-anak mungkin mengenakan biaya kurang dari seorang penulis buku cara meretas website. Semakin teknis atau terlibat penulisannya, semakin sedikit orang yang dapat menghasilkan konten berkualitas di bidang tersebut. Tentu saja, pekerjaan akan lebih mahal jika lebih terspesialisasi.

    Pro dan kontra menggunakan penulis untuk orang lain
    Menggunakan penulis untuk orang lain untuk membuat proyek menulis Anda memiliki pro dan kontra. Mari kita bahas beberapa di antaranya:

    Kelebihan menggunakan pengarang untuk orang lain
    Anda akan menghemat banyak waktu Anda
    Anda dapat mendongkrak kepakaran Anda
    Proyek ini kemungkinan besar akan selesai tepat waktu
    Anda tidak perlu belajar menjadi pemilik bisnis dan penulis pada saat yang bersamaan
    Ini akan menghasilkan tulisan yang berkualitas lebih tinggi (jika Anda sendiri bukan seorang penulis)
    Kontra menggunakan penulis untuk orang lain
    Pengarang untuk orang lain yang baik bisa jadi mahal
    Anda mungkin kesulitan menemukan orang yang cocok dengan pemikiran Anda
    Menemukan dan memilih penulis yang tepat untuk kebutuhan Anda mungkin memerlukan waktu

    Bagaimana cara mengetahui apakah penulis untuk orang lain cocok untuk proyek Anda?
    Anda tidak hanya mencari Ghostwriter yang berbakat; Anda sedang mencari seseorang yang cocok untuk Anda dan kebutuhan spesifik proyek Anda. Sebaiknya Anda fokus mencari calon Ghostwriter yang sesuai dengan visi Anda. Ingat, pekerjaan mereka akan secara langsung mencerminkan Anda dan apa yang Anda lakukan, meskipun hanya nama Anda yang tercantum di sampul buku.

    Berikut adalah atribut utama yang harus Anda cari ketika memilih Ghostwriter yang sesuai dengan kebutuhan Anda:

    Pastikan mereka cocok dengan pemikiran dan “energi” Anda
    Carilah seseorang yang berkomunikasi dengan jelas dan tepat waktu
    Mereka harus dapat menavigasi teknologi atau metode kolaborasi pilihan Anda
    Ghoswrter harus transparan mengenai biaya atau biaya tambahan di muka
    Pastikan mereka secara konsisten menyelesaikan kiriman tepat waktu

    Nah, Apakah Anda ingin memakai jasa Ghostwriter? Atau ingin menulis buku tapi belum tahu caranya? Ingin didampingin dalam menulis buku? Hubungi saya.

    Sumber: Upwork.com

     

  • Sudah Dapet Apa Aja Dari Buku?

    “Hari gene masih nulis buku, emang ada yang (masih mau) baca?”
    “Sebanding nggak sih perjuangan lo nulis buku dengan cuan?”
    “Emang udah dapet apa aja dari nulis bro?”
    Tiga pertanyaan di atas sering banget ku dapetin ketika teman lama maupun kenalan melihat betapa aku konsisten menulis dalam satu dekade terakhir. Aku sih sama sekali nggak tersinggung ya. Karena bukannya setiap orang berhak berkomentar?
    Jadi, udah dapet apa aja dari nulis buku? Banyak. Banyaaaaaak tentunya.
    Pertama dan yang paling penting. Aku merasa bahagia. Kebayang nggak seorang ibu yang berhasil melahirkan bayinya setelah 9 bulan mengandung bagaimana perasaannya? Kira-kira begitu pula perasaanku setiap “anak” intelektualku lahir. Plongggg, bahagia banget.
    Kedua, aku merasa hidupku bermakna. Entah sudah berapa kali aku mendapatkan ucapan terima kasih melalui SMS, pesan masuk di email atau Whatsapp, dan platform lainnya dari pembaca. Mereka merasa buku-buku saya bermanfaat. Entah bisa mengubah pola pikir, menginspirasi, membuat makin produktif, atau bisa menjadi solusi.l
    Yang paling berkesan. Banyak pembaca yang menjadikan buku aku sebagai referensi utama untuk tesis S2-nya di Jerman. Juga untuk skripsi maupun tugas akhir untuk beberapa kampus dalam negeri. Meleleh hatiku 🙂
    Ketiga, pendapatan. Motivasiku menulis adalah untuk berbagi. Ini sudah kupegang teguh dari menulis buku pertama hingga kini, tak berubah. Jadi, bagiku mau bukunya laku atau tidak bodoh amat. Diundang sebagai pembicara “gara-gara” menulis juga kujalani dengan riang. Karena bagiku mendapatkan cuan hanyalah bonus, bukan tujuan akhir.
    Keempat, jalan-jalan. Entah sudah berapa negara, kota, atau pulau yang ku datangi karena “meracik konten”. Puji Tuhan, alhamdulillah. Ini merupakan “efek samping” dari konsisten berbagi kalau kurasa.
    Kelima, warisan. Bagiku, semakin banyak buku yang kuterbitkan; semakin banyak pesan yang bisa kubagi tidak hanya kepada pembaca secara luas, namun paling penting adalah kepada anak cucuku.
    Menulis adalah berkarya untuk keabadian. Tak berlebihan bahwa buku bagiku adalah Legacy. 
     
    Nah, itu adalah beberapa hal yang kudapatkan dari menulis buku selama ini. Bagi kamu yang ingin menulis buku tapi masih bingung mau mulai dari mana, tak ada salahnya membaca Write First.
    Jadi, beranikah kamu menulis (minimal satu) buku selama hidupmu?
    Jika Tuhan memberikanmu kesempatan menulis buku, kira-kira buku tentang apa yang ingin kamu tulis?