“Hari gene masih nulis buku, emang ada yang (masih mau) baca?”“Sebanding nggak sih perjuangan lo nulis buku dengan cuan?”“Emang udah dapet apa aja dari nulis bro?”
Tiga pertanyaan di atas sering banget ku dapetin ketika teman lama maupun kenalan melihat betapa aku konsisten menulis dalam satu dekade terakhir. Aku sih sama sekali nggak tersinggung ya. Karena bukannya setiap orang berhak berkomentar?
Jadi, udah dapet apa aja dari nulis buku? Banyak. Banyaaaaaak tentunya.
Pertama dan yang paling penting. Aku merasa bahagia. Kebayang nggak seorang ibu yang berhasil melahirkan bayinya setelah 9 bulan mengandung bagaimana perasaannya? Kira-kira begitu pula perasaanku setiap “anak” intelektualku lahir. Plongggg, bahagia banget.
Kedua, aku merasa hidupku bermakna. Entah sudah berapa kali aku mendapatkan ucapan terima kasih melalui SMS, pesan masuk di email atau Whatsapp, dan platform lainnya dari pembaca. Mereka merasa buku-buku saya bermanfaat. Entah bisa mengubah pola pikir, menginspirasi, membuat makin produktif, atau bisa menjadi solusi.l
Yang paling berkesan. Banyak pembaca yang menjadikan buku aku sebagai referensi utama untuk tesis S2-nya di Jerman. Juga untuk skripsi maupun tugas akhir untuk beberapa kampus dalam negeri. Meleleh hatiku 🙂
Ketiga, pendapatan. Motivasiku menulis adalah untuk berbagi. Ini sudah kupegang teguh dari menulis buku pertama hingga kini, tak berubah. Jadi, bagiku mau bukunya laku atau tidak bodoh amat. Diundang sebagai pembicara “gara-gara” menulis juga kujalani dengan riang. Karena bagiku mendapatkan cuan hanyalah bonus, bukan tujuan akhir.
Keempat, jalan-jalan. Entah sudah berapa negara, kota, atau pulau yang ku datangi karena “meracik konten”. Puji Tuhan, alhamdulillah. Ini merupakan “efek samping” dari konsisten berbagi kalau kurasa.
Kelima, warisan. Bagiku, semakin banyak buku yang kuterbitkan; semakin banyak pesan yang bisa kubagi tidak hanya kepada pembaca secara luas, namun paling penting adalah kepada anak cucuku.
Menulis adalah berkarya untuk keabadian. Tak berlebihan bahwa buku bagiku adalah Legacy.
Nah, itu adalah beberapa hal yang kudapatkan dari menulis buku selama ini. Bagi kamu yang ingin menulis buku tapi masih bingung mau mulai dari mana, tak ada salahnya membaca Write First.
Jadi, beranikah kamu menulis (minimal satu) buku selama hidupmu?
Jika Tuhan memberikanmu kesempatan menulis buku, kira-kira buku tentang apa yang ingin kamu tulis?