Author: Agung Wibowo

  • Tentang Istiqomah

    Hidup ini misteri. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti.

    Ya. Kejutan kejutan senantiasa tiba begitu saja. Sering kali tidak kita sangka-sangka.
    Semua orang punya mimpi. Suatu alasan kuat yang jika tercapai bisa mendatangkan kesenangan, kepuasan, kebanggaan dan mungkin kebahagiaan.
    Namun, hidup penuh ujian. Belum tentu setiap individu istiqomah untuk menjalani apa yang telah dicitakan.
    Konsistensi, komitmen, daya juang. Tiga hal ini tak kalah pentingnya untuk dimiliki.
    So, seberapa istiqomah dirimu? Sudahkah kamu berproses hari ini?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 10 Oktober 2022
  • Ingin Nulis 1 Buku Dalam 30 Hari? Tulis Ini!

    “Apa sih rahasia menulis buku cepat Mas Agung?”

    “Gimana cara mengatasi Writer’s Block?”

    “Aku udah berusaha menulis, tapi stuck di tengah jalan.”

    3 item di atas sering ditanyakan kepada saya di berbagai sesi pelatihan yang saya adakan. Manusia memang. Karena toh memang pertanyaan pemula.

    Berdasarkan pengalaman saya menulis buku 16 tahun terakhir, berikut tips menulis buku dengan cepat. Bahkan bisa kurang dari 30 hari.

    Lakukan riset dasar sebelum Anda mulai membuat draf
    Penulis suka membaca. Begitu Anda berhenti membuat draf untuk menemukan penelitian yang diperlukan, Anda tergoda untuk membaca tidak hanya penelitian itu tetapi juga artikel berikutnya dan penelitian berikutnya dan penelitian berikutnya. Lebih cepat dari yang Anda kira, Anda telah kehilangan tiga jam untuk membaca data penelitian menarik yang sebenarnya tidak Anda perlukan untuk menulis buku Anda.

    Pakar produktivitas akan memberi tahu Anda bahwa pola mulai-berhenti, mulai-berhentilah yang membuang-buang waktu dalam aktivitas apa pun: Mengalihkan otak Anda dari satu proses ke proses lainnya. Berpindah lokasi untuk melakukan tugas. Beralih alat untuk melakukan tugas. Intinya, lakukan riset sebelum Anda membuat draf.

    Buat garis besar keseluruhan buku sebelum Anda mulai
    Anda akan bersemangat untuk memulai setiap hari baru karena Anda akan tahu persis kemana tujuan Anda selanjutnya. Anda juga akan melihat di mana mungkin ada tumpang tindih dan menghilangkan bagian-bagian yang berlebihan sebelum Anda meluangkan waktu untuk menyusunnya.

    Jangan pernah membaca ulang apa yang Anda tulis sehari sebelumnya
    Membaca ulang dapat membuang waktu berkreasi Anda yang berharga selama berjam-jam! Teruslah melaju ke depan. Baca ulang hanya ketika Anda sedang dalam tahap pengeditan.

    Pertimbangkan maraton menulis
    Siapkan diri Anda secara fisik dan mental.  Jauhkan diri Anda dari gangguan, dan jadikan fokus total Anda menulis buku, 10 hingga 14 jam sehari, 6 hari seminggu hingga selesai. Segera setelah Anda bangun di pagi hari, buka komputer Anda dan mulailah membuat draf. Saat Anda memerlukan istirahat pertama, jadikan waktu istirahat tersebut sebagai waktu istirahat yang fungsional: Sarapan, berpakaian, atau menyikat gigi—apa pun rutinitas harian Anda. Dengan kata lain, maksimalkan “istirahat” Anda untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menjalani 12 atau 14 jam hari menulis.

    Periksa email Anda hanya sekali sehari: di malam hari sebelum tidur
    Anda akan sangat lelah dan akan merespons segala sesuatu dengan sangat cepat hanya karena kelelahan. Orang-orang akan menunggu tanggapan Anda keesokan paginya.

    Gunakan media sosial secara bijak
    Jadwalkan postingan terlebih dahulu. Jangan berlama-lama berselancar di media sosial.

    Berkomitmenlah dengan rencana Anda
    Sangat sulit untuk menjelaskan mengapa Anda menjawab bel pintu setelah Anda mengumumkan kepada tetangga, teman, dan kerabat Anda bahwa Anda akan mengikuti maraton menulis dan tidak bisa hadir hingga tanggal X. Akuntabilitas berhasil.

    Tulis saja terlebih dahulu

    Pengenalan perangkat lunak berfungsi untuk sebagian orang. Saya lebih suka melihatnya di atas kertas atau di layar saat saya menulis, dan saya mengetik dengan sangat cepat. Menuliskannya di atas kertas memungkinkan saya melihat di mana saya memerlukan judul, ketika paragraf menjadi terlalu panjang, di mana poin-poin adalah ide yang bagus. Meskipun demikian, Anda selalu dapat memperbaiki atau menambahkan hal-hal pemformatan tersebut pada tahap pengeditan.

    Catat jam kerja, kata-kata, dan halaman-halaman Anda saat Anda membangun momentum
    Di penghujung hari, catat jam kerja, kata-kata yang ditulis, halaman-halaman yang diselesaikan. Dua alasan: Pertama, motivasi: Melihat pekerjaan Anda meningkat hari demi hari menginspirasi Anda untuk terus maju. Kedua, prediktabilitas: Setelah sekitar satu minggu, Anda akan memiliki gagasan yang kuat tentang hasil harian Anda.

    Output harian rata-rata tersebut kemudian menjadi kuota Anda—dan imbalan Anda. Tulislah setiap hari setidaknya sampai Anda mencapainya. Jika Anda mengalami hari yang sulit dalam menulis dan Anda mencapai kuota di awal hari, Anda dapat memberi penghargaan pada diri sendiri dan berhenti lebih awal.

    Lakukan penyusunan dan pengeditan dalam dua langkah berbeda
    Jangan pernah berhenti membuat draf untuk mengoreksi tata bahasa atau merevisinya agar jelas atau ringkas. Jika Anda menyadari adanya masalah saat membuat draf, cukup tambahkan inisial Anda di tempat dan buat catatan. Kemudian lanjutkan. Pertahankan momentumnya.

     

    Bagaimana? Apakah Anda tertarik menulis buku? Jika iya, tak ada salahnya membaca buku panduan menulis buku berjudul Write First berikut.

    Punya pertanyaan lebih lanjut? Hubungi saya.

  • Opo Depe, Opo Colote

    Bahagia.
    Satu kata ini adalah yang paling didambakan oleh seluruh orang dunia. Tua muda, di desa maupun di kota, apapun latar belakangnya; setiap orang tentu berjuang sekuat tenaga untuk menggapainya.
    Ya, apa yang kita lakukan saat ini mencerminkan apa yang menurut kita bisa mendatangkan kebahagiaan. Berbisnis agar makin cuan, melanjutkan pendidikan di jenjang tertinggi agar makin prestis, mengejar kursi di Senayan agar makin terpandang, membeli barang bermerek agar dianggap kaya, mati-matian membuat konten agar menarik banyak pengikut, dan seterusnya.
    Sayangnya, kebanyakan manusia salah memahami esensi dari kebahagiaan itu sendiri. Alih-alih mendapati kebahagiaan, kebanyakan dari kita justru berakhir dengan kekecewaan, ketakutan, kelelahan, kerisauan atau kegalauan.
    Mengapa itu terjadi?
    Karena entah diakui atau tidak, bahagia versi kita senantiasa dengan syarat. Ada orang yang baru bahagia ketika mendapatkan cuan setrilyun. Sebagian orang baru bahagia ketika mendapatkankan 1 juta Subscribers di YouTube. Tak sedikit yang baru bahagia ketika mampu mengunjungi destinasi wisata yang diimpikan.
    Kita seringkali lupa bahwa bahagia itu sejatinya tanpa syarat. Karena bahagia itu merupakan pilihan. Karena segala kejadian yang kita alami sesungguhnya bersifat netral. Kita sendirilah yang melabeli, menghakimi, atau memberikan penilaian.
    Itu mengapa memiliki sikap yang bijak begitu mutlak diperlukan. Karena kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar diri kita. Satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah sikap kita.
    Kebanyakan orang “gagal” bahagia karena senantiasa melihat hasil akhirnya. Mereka lupa bahwa kebahagiaan itu ada di setiap momen. Mereka mengabaikan bahwa hal-hal kecil di sepanjang kita sebenarnya juga bisa memberikan kebahagiaan.
    Kebahagiaan Hakiki
    Kebahagiaan sejati sesungguhnya datang di dalam diri kita. Bukan dari luar diri. Itu mengapa hal-hal yang tampak dari luar seperti harta, tahta, ketenaran, barang bermerek, dan pengakuan dari orang lain pada dasarnya bersifat netral. Kalaupun kita belum bisa menggapainya, bukan berarti kita tidak berhak bahagia.
    Jika kebahagiaan saya ibaratkan sebagai sumber cahaya, kebanyakan orang justru mengejar bayang-bayangnya. Sehebat apapun mereka mengejar bayangan sendiri, mereka tidak akan pernah berhasil. Karena sumbernya ada di dalam dirinya.
    Mayoritas orang ibarat mengejar kupu-kupu. Semakin mereka mengejarnya, maka semakin menjauhlah binatang nan cantik itu. Mereka mungkin lupa untuk menyediakan taman bunga agar kupu-kupu tersebut bisa sesering mungkin hinggap.
    Kebahagiaan bisa digapai oleh siapa saja yang menerima takdirnya tanpa syarat. Menerima bukan berarti pasif atau pasrah tanpa upaya. Namun, berusaha menerima segala hal yang menghampiri hari-hari kita.
    Kebahagiaan bisa direguk oleh siapa saja yang “hidup di saat ini”, apapun situasi dan kondisinya. Bukan milik orang yang terus-menerus menyesali masa lalu dan merisaukan masa depan.
    Akhir kata, saya langsung teringat oleh petuah Guru saya di sebuah pondok modern di Nganjuk, Jawa timur; “Opo depe, opo colote.” Yang artinya, apa yang memang perlu dihadapi, hadapilah dengan ikhlas. Karena esensi hidup adalah menjalani apa yang telah digariskan-Nya se-apa-adanya.
    Selamat berkarya sahabatku. Jangan lupa bahagia.
  • Tips Menemukan Ghost Writer yang Cocok

    Menemukan Ghost Writer yang cocok memang gampang-gampang susah. Setuju kah teman-teman?

    Ya, seperti menemukan pekerjaan yang cocok atau jodoh yang cocok lah ya. Serupa tapi tak sama.

    Saya jadi teringat dengan salah satu klien yang notabene merupakan seorang petinggi BUMN Perbankan. Sebelumnya, ia pernah mencoba 2 Ghost Writer berbeda untuk menuliskan pemikirannya menjadi sebuah buku. Namun menurut beliau, kualitas buku yang dihasilkan tak sesuai dengan harapan. Sehingga, aku orang ketiga yang dipercaya untuk mewujudkannya. Dan ternyata aku berjodoh. Buku beliau berhasil menembus penerbit beken sekelas Elex Media Komputindo tanpa biaya sepeser pun.

    Selidik demi selidik, petinggi BUMN tersebut mengaku bahwa dua Ghost Writer kurang mampu menyesuaikan gaya bahasanya dengan bahasa bidang industri atau profesi tersebut. Dengan kata lain, tidak ada kecocokan antara Ghost Writer  dengan klien.

    Nah, bagaimana cara Menemukan Ghost Writer yang cocok dong? Kan itu ibarat mencari jarum dalam tumpukan sekam bukan?

    Pertama, dan mungkin ini yang termudah, baca salah satu buku karya Ghost Writer tersebut. Apakah gaya bahasa yang digunakan kamu sukai? Bagaimana gaya storytelling-nya?

    Kedua, amati latar belakangnya. Apa profesi Ghost Writer sebelumnya? Apakah ia jurnalis? Ataukah ia profesional yang pernah menekuni bidang tertentu?

    Jika ia seorang jurnalis atau copywriter, pastikan kamu yakin betul mereka adalah penulis yang handal. Karena pengetahuan cepat diperoleh, tapi “penjiwaan” pada topik tertentu belum tentu bukan?

    Sebisa mungkin, kamu mendapatkan Ghost Writer yang memiliki pengalaman langsung di bidang yang ingin kamu tulis. Jika memungkinkan loh ya.

    Ketiga, ajak ngobrol lebih jauh. Jika kamu berada di kota yang berbeda, ajak Ghost Writer yang kamu bidik untuk bertemu secara virtual via Zoom, Teams atau platform sejenis. Jika kamu tinggal di area yang sama, sebisa mungkin kamu bertemu tatap muka. Tanyakan secara detil mengenai pengalaman, mekanisme kerja, biaya, dan seterusnya.

    Nah, itulah 3 tips menemukan Ghost Writer yang cocok versi saya. Apakah kamu tertarik menulis buku dan menerbitkan buku guys?

     

  • Berapa Biaya Menulis 1 Buku ala Ghost Writer?

    Pengen nulis buku tapi nggak punya waktu?

    Atau udah berusaha nulis tapi berhenti di tengah jalan?

    Jika iya, mungkin saatnya kamu mempertimbangkan untuk memakai jasa Ghost Writer. Mereka akan membantu menerjemahkan uneg-unegmu, pemikiranmu, atau gagasanmu menjadi buku yang lacak baca.

    Namun, mencari Ghost Writer yang cocok memang gampang-gampang susah. Jika tidak percaya, browsing saja dengan kata kunci tersebut. Kamu akan menemukan seabrek pilihan. Bingung kan? Hehe.

    Mungkin banyak teman-teman yang kepo, “Berapa sih tarif Ghost Writer untuk menulis satu buku?”

    Jawabannya, tentu variatif ya. Dari yang “recehan” sampai harga premium, teman-teman dengan mudah menemukannya di jagad maya.

    Sebagai gambaran, seorang Ghost Writer pemula mematok Rp 5 juta – Rp 10 juta perbuku. Ghost Writer dengan pengalaman tingkat madya, mematok Rp 15 juta – Rp 30 juta. Sementara itu Ghost Writer  berkaliber tinggi bisa mematok > Rp 75 juta perbuku.

    Itu perbuku loh ya. Ada juga yang perhalaman. Semakin terkenal atau berpengalama seorang Ghost Writer , maka semakin mahal pula biaya yang dikeluarkan.

    Nah, pertanyaan saya adalah, “Apakah kamu tertarik menjadi seorang Ghost Writer  profesional?”

    Atau malah pengen mencari seorang Ghost Writer  untuk menulis dan menerbitkan bukumu?

    Kamu bisa hubungi aku untuk info lebih lanjut ya.

     

  • Prinsipmu, Prinsipku, Prinsip Kita

    Prinsip?

    Satu kata ini aku yakin setiap orang memilikinya. Karena bukankah dalam hidup kita disuguhkan berderet pilihan?
    Nah prinsip itu memengaruhi cara kita bersikap, bertutur kata dan bertindak. Ketika kita dihadapkan masalah, prinsip ini membantu kita mengambil keputusan terbaik.
    Manusia hidup bersosial. Tentunya, setiap individu memiliki prinsip beragam. Jangan sampai kita memaksakan prinsip kita untuk diterima orang lain jika ternyata merugikan.
    Punya prinsip boleh, bahkan diharuskan. Namun, kita perlu ingat aturan agama dan sosial. Karena kita tidak hidup sendiri.
    So, apakah prinsip-prinsip yang kau pegang selama ini? Sudahlah kau berpegang teguh padanya?
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 5 September 2022