Beberapa tahun lalu, saya punya momen jujur yang agak memalukan tapi juga penting. Saya duduk di depan laptop saya—tertarik, punya ide, sudah buka dokumen baru—tapi setelah beberapa menit… saya hanya menatap layar kosong sambil berpikir, “Apa yang mau saya tulis?” Dan akhirnya saya pikir: ah sudahlah. Saya tutup laptop dan pergi makan es krim.

Kenapa? Karena saya takut salah. Karena saya pikir tulisan saya harus bagus dari awal. Karena saya pikir “siapa saya untuk menulis?”. Karena dalam kepala saya, menulis itu harus heroik—judul bagus, tampilan pemukau, langsung viral. Dan kalau tidak? Ya jangan mulai.
Rasanya seperti saya punya bakat tapi tidur di bawah selimut ekspektasi sendiri. Itulah vulnerability saya: saya berhenti sebelum memulai, atau memulai tapi menyerah karena “ini belum sempurna”. Lalu saya menemukan buku Bird by Bird—dan semuanya mulai bergeser.
Saya belajar bahwa menulis itu bukan soal jadi sempurna dari awal, tapi soal berani mulai, soal melakukan langkah kecil, tentang menemukan suara kita di tengah keraguan. Kalau saya saja bisa terjebak dalam perfeksionisme, mungkin kamu juga. Mari kita bongkar mitos-nya dulu.

Sebelum saya bagikan analogi dan pelajaran dari buku, mari kita luruskan dulu beberapa mitos umum yang bikin kita stuck:

Mitos #1: “Tulisan bagus itu harus langsung bagus.”
Banyak dari kita merasa: kalau tulisanku belum sempurna, ya jangan dipublikasi. Lamott bilang: “shitty first drafts” adalah bagian dari proses. 
Mitos #2: “Saya harus menunggu inspirasi besar dulu.”
Padahal buku ini menyarankan: tulis saja—meskipun ide kecil—karena ide besar muncul dari halaman kerja. 
Mitos #3: “Menulis itu hanya untuk yang punya waktu luang banyak.”
Lamott bicara tentang menulis dari kehidupan nyata—dengan rutinitas, kejujuran, kekurangan.
Dengan membongkar mitos-mitos ini, kita membuka jalan untuk menulis dan hidup dengan lebih jujur—dan lebih “hidup”.

Menulis Itu Seperti Makan Burung Satu-Satu

Iya, saya tahu terdengar aneh: “makan burung kecil”? Tapi inilah analoginya: Lamott mengambil istilah “bird by bird” dari cerita ayahnya yang menenangkan anaknya yang panik dengan tugas besar dengan berkata, “Buddy, just take it bird by bird.”
Artinya: tugas besar terasa menakutkan ketika kita melihatnya secara keseluruhan. Tapi jika kita potong menjadi “burung kecil” (langkah-langkah kecil), maka kita bisa mulai—dan itu jauh lebih ringan.
Dalam konteks menulis: daripada berpikir “saya akan nulis buku dalam satu bulan”, kita bisa mulai dengan “saya nulis satu paragraf hari ini”.
Dalam konteks hidup: alih-alih berkata “saya harus sukses besar sebelum umur 30”, kita bisa mulai dengan “saya lakukan satu langkah kecil yang menyambungkan cerita hidup saya hari ini”.
Dengan analogi ini, kita sadar bahwa menulis dan hidup bukan soal loncatan besar, tapi soal langkah kecil yang konsisten. Sekarang kita masuk ke inti: pelajaran dari Bird by Bird dan bagaimana saya—and kamu—bisa aplikasikan dengan struktur, tapi tetap naratif dan membumi.

 Pelajaran dari Bird by Bird

Saya akan uraikan empat pelajaran utama yang saya pelajari dari buku Lamott—dan bagaimana saya mengubahnya jadi aksi, dan bagaimana kamu bisa juga.

1. Mulai—meskipun takut, meskipun jelek

Lamott menekankan pentingnya rutinitas dan “shitty first drafts.”
Penerapan:

  • Setiap hari saya sisihkan 20-30 menit untuk menulis: bisa nulis post LinkedIn, bisa nulis draft buku, bisa hanya menulis catatan.

  • Saya bilang ke diri: “Tak apa jelek, yang penting mulai.”
    Contoh:
    Saya dulu punya ide buku tentang transformasi budaya. Tapi saya takut: “apa orang peduli?” Akhirnya saya buka laptop dan tulis satu halaman—judulnya “Kenapa Transformasi Budaya Bisa Jadi Drama”. Ternyata setelah saya mulai, muncul ide-ide lain, dan satu paragraf itu kemudian jadi bab pertama roadmap buku saya.

2. Detail kecil dan kejujuran > grand plan

Lamott menyarankan tugas kecil (short assignments) dan pengamatan atas kehidupan sehari-hari. 
Penerapan:

  • Setiap kali saya merasa “kosong ide”, saya keluar sebentar—minum kopi, amati orang di kafe, dengarkan percakapan.

  • Saya catat satu detail: “mata dia redup ketika presentasi, lalu ia tersenyum malu-malu waktu makan siang”. Hal kecil ini jadi ide posting LinkedIn saya: “Ketika pemimpin kita tersenyum malu di kantin: tanda transformasi budaya atau tekanan yang tersembunyi?”
    Contoh:
    Posting LinkedIn itu mendapat komentar “Ya, saya juga lihat hal ini di tim saya”. Itu membuka diskusi dan koneksi baru—detail kecil jadi pintu besar.

3. Lawan suara kritis dan perfeksionisme

Lamott menyebut suara dalam kepala yang men-judge kita (“Radio Station KFKD”) dan bagaimana perfeksionisme bisa membunuh kreativitas. 
Penerapan:

  • Saya buat mantra: “Draft jelek hari ini > draft sempurna yang nggak dimulai.”

  • Saat menulis, saya hidupkan alarm: jika saya mulai mengedit kata demi kata, saya berhenti dan lanjut besok—karena tahap ini adalah eksplorasi, bukan penyelesaian.
    Contoh:
    Saat saya menulis draft buku, saya tulis 2000 kata tanpa lihat huruf lagi—hasilnya kacau. Tapi setelah revisi, salah satu bab jadi paling menyentuh pembaca internal saya—karena ada kejujuran di dalamnya.

4. Publikasi & monetisasi: menulis bukan cuma untuk diterbitkan

Lamott bilang: menulis bukan sekadar untuk terkenal atau kaya.
Penerapan:

  • Saya tentukan: saya ingin menulis buku bukan hanya untuk punya “judul”, tapi untuk membantu orang memahami transformasi, generasi muda, kultur organisasi.

  • Kemudian saya pikir: dari buku itu bisa ada workshop, webinar, atau produk turunannya. Jadi bukan hanya satu buku selesai dan “selamat”.
    Contoh:
    Saya menyelesaikan buku kecil (self-published digital) sebagai permulaan. Dari situ saya tawarkan workshop internal kepada klien saya di perusahaan—monetisasi dari ide buku; lebih dari sekadar “terbit di Gramedia”, tapi membuat ide itu jadi alat nyata.

Mengapa Menulis itu Tentang Hidup yang Lebih Hidup?

Menulis yang kita lakukan dengan kejujuran, dengan langkah kecil, dengan rutinitas, dengan observasi, dengan mengalahkan perfeksionisme—semuanya berdampak ke kehidupan kita secara keseluruhan.

  • Kamu jadi lebih hadir: karena kamu mengamati dan menuliskan detail hidupmu.

  • Kamu jadi lebih konsisten: karena kamu punya ritual menulis.

  • Kamu jadi lebih autentik: karena kamu menulis dari kerapuhan, bukan dari glamor.

  • Kamu bisa memberi: karena tulisanmu bisa menjadi bantuan bagi orang lain—mereka yang merasa sendirian, atau yang butuh suara.
    Lamott tulis: “Good writing is about telling the truth.”
    Sehingga, hidup yang kita jalani juga akan terasa lebih jelas. Tidak hanya “berhasil secara eksternal”, tapi “saya merasa hadir”, “saya merasa berbagi”, “saya merasa saya adalah saya”.

Ayo ikut webinar “THE WRITER IN YOU”

Saya ingin mengajak kamu—apabila kamu merasa:

  • Punya ide menulis tapi nggak tahu mulai dari mana.

  • Sering ngebuntel ide, tapi nggak konsisten.

  • Dilematis antara pekerjaan utama dan keinginan “jadi penulis”.

  • Pengin menerbitkan buku—di Gramedia atau self-publish—atau mengembangkan produk/jasa dari tulisanmu.

Maka webinar 2 jam saya berjudul “THE WRITER IN YOU” sangat cocok untukmu. Di dalamnya kita akan bahas:

  • Bangun pola pikir yang tepat sebagai penulis

  • Gimana dapat ide yang nendang

  • Cara nulis yang konsisten walau sibuk

  • Jurus mengatasi writer’s block

  • Tips terbitin buku di Gramedia (atau terbitin sendiri!)

  • Monetisasi buku dan produk/jasa turunannya

Kalau kamu merasa “saya pengin tulis tapi…” atau “saya takut mulai”, atau “saya pengin hasil nyata dari tulisan saya” — ayo daftar sekarang.  DM saya “THEWRITERINYOU” untuk reservasi tempat. Tempat terbatas supaya kita bisa benar-benar interaktif.
Mari kita mulai langkah kecil itu—“bird by bird”—dan menjadi penulis yang tidak hanya menulis, tetapi hidup dengan suara kita.

Terima kasih telah membaca — dari hati ke hati. Semoga tulisan ini memberi semangat, dan semoga kamu mulai menulis besok, bukan lusa. Ingat: kamu tidak perlu sempurna. Kamu hanya perlu mulai. Sekali paragraf, satu kata, satu langkah kecil—itulah burung kecil kita hari ini. Besok? Ada burung lain yang menunggu untuk ditulis.
Sampai jumpa di webinar, dan sampai kita sama-sama menuliskan hidup yang lebih hidup.


Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:

#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #WritingJourney #WriterMind #StartSmall #WriterBlock #PublishYourBook #SelfPublishing #WritingLife

 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *