Saat itu — tiba-tiba LinkedIn saya sepi.
Saya ingat momen itu dengan cukup jelas: saya posting insight panjang tentang transformasi budaya, menyertakan angka, tag rekan kerja, berharap ada komentar, diskusi, mungkin tiga-empat orang yang “oke” dan kirim DM. Tapi yang terjadi… hanya dua like. Dua. Dan satu komentar singkat: “bagus, Bro.”
Di saat saya merasa “oke ini konten bagus, relevan, saya kan banyak koneksi,” realitanya terasa hampa. Saya mengalami ketidaknyamanan: “kenapa saya punya banyak koneksi tapi engagement rendah?” “Kenapa saya posting panjang tapi cuma like tipis?” Saya merasa seperti sedang shout ke ruang kosong.
Vulnerability-momen ini bikin saya sadar: saya mungkin salah main di LinkedIn. Saya pikir networking = makin banyak koneksi + posting sering = sukses. Ternyata saya salah besar.
Lalu saya buka Friend of a Friend oleh David Burkus dan menemukan satu perspektif yang bikin saya mikir ulang. Buku ini bukan cuma “cara membuat koneksi”, tapi “cara memahami jaringan yang sudah kita punya” dan “cara membuat koneksi tak terduga jadi peluang”.
Dan saya ingin berbagi apa yang saya pelajari—dengan harapan kamu nggak perlu melewati momen sepi yang saya alami.
Sebelum saya ceritakan kerangka dan aplikasi-nya, mari kita bongkar dulu beberapa mitos yang selama ini sering bikin kita jalan di tempat:
Mitos #1: “Semakin banyak koneksi → semakin hebat networking”.
Banyak dari kita mengukur jumlah koneksi sebagai ukuran networking “sukses”. Tapi buku Burkus mengingatkan kalau jumlah saja tidak cukup—justru koneksi yang “lemah” dan tersebar punya kekuatan besar.
Mitos #2: “Networking harus ketemu banyak orang baru, acara besar, makan malam mewah”.
Buku ini bilang bahwa traditional mixers/meet-ups sering gagal dalam menambah relasi bermakna.
Mitos #3: “Networking itu hanya dalam ranah profesional dan formal”.
Padahal, Burkus menunjukkan bahwa jaringan pribadi, teman lama, atau ‘weak ties’ sering membawa peluang tak terduga.
Dengan membongkar mitos-mitos ini, kita bisa mulai membuka perspektif baru: bahwa LinkedIn bukan sekadar “tambahkan koneksi sebanyak-banyaknya”, tapi “kelola jaringan yang ada, temukan celah, dan kembangkan relasi yang bermakna”.
Bayangkan kamu nelayan dengan jaring besar di laut luas. Kamu lempar jaring, tarik, dan berharap ikan banyak tertangkap. Itu analogi banyak orang main LinkedIn: posting banyak, broadcast pesan ke sebanyak mungkin orang, harap hasilnya banyak.
Tapi sekarang bayangkan lain: jaring laba-laba halus, tersebar, dalam area yang berbeda—jaring ini menangkap serangga yang lewat, tak terduga. Jaring ini tak terlihat, tapi efektif. Itu jaringan yang dibahas dalam Friend of a Friend.
Kita nggak selalu perlu jaring besar dan kasar (aka banyak koneksi dan posting acak). Kita butuh “jaring halus”—weak ties, dormant ties, silos yang tersebar, jembatan antar industri—yang menarik peluang tak terduga.
Dengan analogi ini, kita ngerti: di LinkedIn, bisa jadi bukan soal “melempar posting ke semua”, tapi “menyebarkan jaring halus ke lingkungan yang tepat”. Oke—hook selesai. Sekarang kita ke inti: bagaimana saya terapkan kerangka buku ini secara terstruktur dan aplikatif di LinkedIn networking.
Inti: Aplikasi Friend of a Friend di LinkedIn — Terstruktur, Naratif & Aplikatif
Saya akan uraikan enam aspek penting dari buku ini yang bisa langsung dipakai untuk LinkedIn, dengan contoh dan langkah nyata.
1. Sadari bahwa “jaringan” bukan hanya kontak—tapi hubungan & struktur (Hidden Networks)
Buku Burkus menekankan bahwa kita semua terbenam dalam jaringan yang lebih besar dari yang kita sadari.
Aplikasi LinkedIn:
-
Lihat daftar koneksi LinkedIn-mu sekarang: siapa saja yang hanya “kamu kenal sedikit”, siapa yang sudah lama nggak interaksi (dormant).
-
Tanyakan ke diri sendiri: “Apakah saya mengeksploitasi jaringan ini hanya untuk broadcast, atau saya paham bagaimana koneksi ini terhubung satu sama lain?”
Contoh nyata:
Saya liat koneksi lama dari workshop kepemimpinan 3 tahun lalu—dulu kami ganti-gantian slide dan foto bersama, tapi lalu tak ada follow up. Saya DM: “Hai X, saya masih ingat waktu kita diskusi tentang integrasi budaya di workshop, saya sekarang sedang menangani transformasi dalam holding. Saya penasaran—apa tantangan terbesar Anda di jaringan saat ini?” Ini membuka kembali jaringan tersembunyi.
2. Prioritaskan “weak ties” (ikon novel dalam buku) daripada hanya “strong ties”
Salah satu ide kunci: koneksi lemah (acquaintances) sering membawa peluang baru—karena mereka berada di kluster sosial lain, sedangkan teman dekat sering ada di kluster yang sama kita.
Aplikasi LinkedIn:
-
Kirim pesan ke koneksi yang kamu kenal secara longgar: “Hai, kita pernah berbicara di event X, saya pengen tahu update Anda…”
-
Jangan hanya fokus pada mentor besar atau kontak top, tapi kontak-yang ‘dulu kita kenal sedikit’ bisa jadi relasi kunci.
Contoh nyata:
Saya DM mantan peserta seminar yang duduk dua kursi di sebelah saya, dan saya belum follow up sejak itu. Setelah obrolan, dia kenalkan saya ke jejaringnya di bidang digital HR—yang akhirnya jadi kolaborasi tulisan LinkedIn bersama.
3. Bangun keberagaman relational—keluar dari kluster yang homogen
Buku menyebut bahwa manusia cenderung clustering dengan yang mirip (homophily) dan itu membatasi jaringan.
Aplikasi LinkedIn:
-
Cari dan connect orang dari industri berbeda, latar belakang berbeda, umur berbeda—bebas bukan hanya “orang transformasi budaya”.
-
Keluar dari feed standar: ikut grup LinkedIn yang bukan domainmu biasa. Misal: komunitas teknologi, komunitas sustainability, komunitas kreatif.
Contoh nyata:
Saya connect dengan seorang designer UX dari luar dunia korporat—obrolan ringan di komentar post LinkedIn-nya bikin ide “visual storytelling untuk transformasi budaya” muncul. Akhirnya kita kolaborasi mini-webinar bersama di LinkedIn Live.
4. Manfaatkan “jembatan” atau “broker” di jaringanmu—isi lubang struktural
Dalam buku: ide “structural holes” di jaringan—orang yang bisa menghubungkan dua kelompok yang berbeda punya nilai tinggi.
Aplikasi LinkedIn:
-
Identifikasi dua kelompok yang kamu kenal tapi belum saling terhubung—misalnya grup alumni universitas dan komunitas NGO tempatmu aktif.
-
Jadilah penghubung: “Saya pikir teman saya di X bisa kenal Anda—boleh saya kenalkan?”
Contoh nyata:
Saya punya koneksi dari universitas di Surabaya, dan saya punya koneksi di komunitas keberlanjutan. Saya kenalkan mereka, akhirnya tercipta proyek CSR kecil yang kemudian saya share di LinkedIn—kendaraan networking yang nyambung dua kelompok.
5. Fokus pada relasi aktif—rekoneksi & aktivitas bersama, bukan sekadar “add connection”
Buku menyebut bahwa acara mixer besar yang random kadang tidak efektif karena orang tetap ngobrol sama yang sudah dikenal.
Aplikasi LinkedIn:
-
Setiap bulan, pilih dua koneksi lama yang belum kamu ajak bicara selama > 6 bulan; kirim pesan: “Ada waktu 15 menit?”
-
Ajak aktivitas bersama: collab posting, ajak diskusi di komentar, atau proyek kecil.
Contoh nyata:
Saya pernah posting artikel dan mention dua koneksi lama untuk beri pandangan mereka. Lalu kita live chat dan kemudian posting recap bersama. Hasil: mereka merasa dilibatkan, engagement meningkat 3× dibanding posting sebelumnya.
6. Visualisasikan hasil yang ingin dicapai & tindak-lanjuti secara konsisten
Buku mengingatkan bahwa jaringan yang aktif tumbuh seperti “bola salju” (snowball effect) jika dikelola.
Aplikasi LinkedIn:
-
Buat target: “Dalam 90 hari saya ingin punya 5 koneksi baru dari industri berbeda, dan minimal 2 kolaborasi posting.”
-
Ikuti jejak: catat siapa yang merespon, siapa yang tidak, dan follow up.
Contoh nyata:
Saya tetapkan target: “Kolaborasi posting dengan relasi weak tie tiap bulan.” Bulan pertama gagal (saya malas follow up). Bulan kedua saya kirim reminder otomatis dan berhasil menciptakan posting bersama—engagement naik. Snowball mulai jalan.
Kenapa ini bisa bikin LinkedIn-mu bukan hanya “koneksi banyak” tapi “relasi aktif + peluang nyata”
Karena kita pindah dari mindset “publikasi banyak” ke mindset “relasi bermakna”.
-
Sukses: Kita akan mulai dilihat bukan sekadar “orang yang posting” tapi “orang yang menghubungkan, mengajak, menggerakkan”.
-
Bahagia: Karena kita merasa koneksi kita bukan hanya angka, tapi manusia yang kita bantu dan kita ajak bersama.
Buku Friend of a Friend mengubah pandangan kita dari “networking acara dan kartu nama” ke “networking jaringan yang ada, jembatan yang ada, koneksi tak terduga yang ada”.
Ketika kita aplikasikan di LinkedIn—dengan pesan personal, kolaborasi yang bermakna, pendekatan ke weak ties, keberagaman—hasilnya bukan cuma like tapi interaksi, peluang, kolaborasi nyata.
Epilog
Teman-teman, saya mau bilang: jangan biarkan LinkedInmu jadi papan skor kosong. Jangan biarkan koneksi kamu hanya numpang lewat. Ada kekuatan luar biasa di jaringan yang sudah kamu punya—lembar koneksi lama, mantan kolega, teman acara 2 tahun lalu—semua bisa jadi jalan pintas ke peluang tak terduga.
Mulailah besok: buka daftar koneksi, pilih satu “weak tie” yang sudah lama nggak interaksi, kirim pesan yang personal, bukan template. Ajak mereka berdiskusi ringan. Tawarkan kolaborasi. Kenalkan mereka ke orang lain. Jadilah jembatan. Karena jembatan itu bisa bikin dunia jaringanmu meluas.
Dengan kerangka dari Friend of a Friend—memanfaatkan jaringan tersembunyi, weak ties, jembatan antar kluster, aktivitas bersama, snowball effect—LinkedIn kita bisa jadi ruang bukan hanya untuk posting, tapi untuk terbentuknya komunitas relasi, peluang, dan pertumbuhan bersama.
Terima kasih sudah membaca. Semoga LinkedIn-mu besok nggak hanya semakin ramai, tapi semakin bermakna—dan semoga kamu jadi bagian dari cerita yang bukan hanya tentang “berapa banyak koneksi” tetapi “apa yang kita lakukan bersama koneksi itu”.
Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:
- Baca ebook LinkedIn Hacks
- Ikuti webinar LinkedIn that Works
- Join private mentoring
- Dapetin Profile Audit Report
- Daftar kelas LinkedIn Storytelling
- Ikutan mentoring LinkedIn Storytelling
#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #NetworkingScience #WeakTies #HiddenNetworks #LinkedInNetworking #PersonalBrand #ProfessionalGrowth #RelasiBermakna
Leave a Reply