12 Agustus 2019 menjadi begitu bersejarah bagi saya. Di hari itu Tuhan memberikan kepercayaan kepada saya dan istri untuk merawat, mendidik, dan membesarkan putra pertama yang kami beri panggil Pandit.
Dari jeritan tangis pertamanya saja, saya Pandit telah sukses membuat saya menangis penuh makna. Tentunya sangat bahagia bisa menemani tumbuh kembangnya kelak. Di sisi lain, berderet tantangan yang kelak mungkin menghadang bulai terbayang-bayang.
Benar kata salah satu sahabat saya bahwa hadirnya seorang anak membawa pengaruh signifikan bagi keluarga muda. Tak mengherankan jika kelahiran bayi pertama menjadi “Game Changer” yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Lantas, apa yang dapat saya pelajari dari anak dalam beberapa minggu pertama kehadirannya?
Pertama, manajemen waktu. Hadirnya anak mengingatkan saya untuk menghargai setiap detik kehidupan. Pasalnya dulu ketika masih melajang, saya sering menyia-nyiakan waktu begitu saja. Saya acapkali menghabiskan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang berfaedah.
Kedua, tanggung jawab. Hadirnya anak mengingatkan saya untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab. Tidak hanya kepada diri sendiri dan Tuhan, namun juga kepada keluarga. Ketika masih berstatus sebagai jomblo mungkin bisa seenaknya “lari dari kenyataan” atau bersifat kekanak-kanakan. Sejak anak muncul, semua sifat itu secara naluriah ditinggalkan.
Ketiga, akhlak. Hadirnya anak mengingatkan saya untuk menjadi “orang baik dan benar” sepanjang waktu. Jika dulu senantiasa melakukan dosa kecil tanpa merasa bersalah (meski tak merugikan orang lain). Sekarang sebaliknya. Setiap mau mengambil keputusan selalu berpikir seribu kali dan terbayang-bayang wajahnya. Karena kelak anak pasti akan meneladani orang tuanya.
Mungkin masih berderet pelajaran dari hadirnya anak. Namun, jika boleh saya simpulkan tiga poin di ataslah yang utama. Bagi saya, anak adalah sebaik-baik pengingat. Lebih tepatnya lagi, anak adalah pengingat terbaik untuk menjadi yang lebih baik.
Agung Setiyo Wibowo
Mega Kuningan, 27 September 2019