Bahagia adalah satu kata yang begitu magis bagi saya. Dan mungkin untuk miliaran orang lainnya. Apa pasal?
Apapun yang kita jalani memang untuk mewujudkannya. Apapun yang kita kejar demi menjadikannya kenyataan.
Namun, sudahkah kamu bahagia?
Ayo, jawab saja dengan jujur. Aku tak berhak memberikan penilaian, kok!
Di sekitar kita, banyak sekali fenomena yang dapat kita jadikan pelajaran. Dari orang yang hanya mengejar harta, tahta dan wanita. Hingga orang yang hanya mati-matian mendambakan ketenaran. Apapun itu, setiap orang secara naluriah memang ingin berbahagia.
Sayangnya, meski syarat bahagia sesungguhnya gratis; banyak orang yang tak mencapai titik kebahagiaan. Mengapa? Karena mereka membuat persyaratan ini atau itu. Mereka menyetel bahagia dengan syarat.
Ada yang baru bisa bahagia ketika memiliki mobil termewah. Ada yang baru merasa bahagia jika menduduki posisi tertentu. Ada yang baru memandang dirinya bahagia ketika memiliki uang atau harta benda dengan patokan tertentu. Ada yang merasa baru akan bahagia ketika mendapatkan anak. Ada yang merasa akan bahagia hanya ketika menjadi terkenal. Mungkin kalau ku uraikan tidak cukup 100 halaman.
Bahagia sesungguhya tanpa syarat, kok. Benar-benar gratis pula. Semua yang kita butuhkan untuk menjadi bahagia sudah ada pada diri kita. Apa pasal?
Karena bahagia adalah sekarang, apapun situasi atau kondisi yang kita hadapi. Jadi, penyesalan dengan masa lalu dan kegelisahan dengan masa depan tak dapat dihubungkan.
Hmmmmm, begitulah bahagia. Ikhlas menjalani berderet ujian hidup tanpa syarat. Kalau kamu bagaimana? Kebahagiaan seperti apa yang kamu kejar?
Agung Setiyo Wibowo
Mega Kuningan, 3 Oktober 2019