Pernah gak lo ngerasa udah kerja seharian, tapi pas malam tiba, lo ngerasa kosong? Laptop nyala dari pagi, notifikasi terus berdenting, rapat gak berhenti, tapi… gak ada sense of accomplishment sama sekali.
Pernah gak lo ngerasa udah kerja seharian, tapi pas malam tiba, lo ngerasa kosong? Laptop nyala dari pagi, notifikasi terus berdenting, rapat gak berhenti, tapi… gak ada sense of accomplishment sama sekali.
Aku pernah—dan mungkin kamu juga—merasa stuck.
Di pagi hari, aku bangun, buka ponsel, lalu geser feeds: teman tampak sukses, kolega naik jabatan, konten motivasi penuh energi. Tapi di balik semua itu, aku merasa hampa.
Kadang aku bertanya ke diri sendiri: “Sudahkah aku benar-benar bahagia? Atau hanya tampak bahagia?”
Gue pernah di titik di mana semua usaha rasanya sia-sia.
Bangun pagi, kerja sampai larut, tapi hasilnya? Masih jauh dari ekspektasi.
Sementara orang lain—yang kayaknya santai aja—malah melesat jauh.
Pernah kan lo ngerasa kayak gitu juga?
Bayangkan sebuah momen sederhana.
Nama Anda disebut dalam sebuah forum bisnis, seminar nasional, atau wawancara media.
Seseorang berkata dengan yakin, “Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Bapak/Ibu….”
Gue masih inget banget momen itu.
Sore yang harusnya tenang malah berakhir dengan overthinking parah. Laptop kebuka, 14 tab Chrome nyala, notifikasi Slack kedip terus, dan tangan gue sibuk… bukan ngetik, tapi gonta-ganti tab biar terasa sibuk.
Pernah nggak kamu merasa: “Aku sudah kerja keras, sudah pantang menyerah, tapi kok ya masih begini-begini saja?”
Atau pernah punya keyakinan: “Kalau aku bisa kontrol pikiran & emosiku, maka hidupku aman dan bahagia”?