Bayangin momen ini: Lo lagi ada di sebuah event gede, ballroom hotel mewah, orang-orang pakai jas rapi, name tag menggantung di leher. Semua sibuk salaman, ketawa-ketawa, tukar kartu nama, dan ngobrol ngalor-ngidul. Sementara lo? Berdiri di pojokan, pura-pura sibuk buka HP, doa dalam hati semoga nggak ada yang ngajak ngobrol.

Climax banget kan? Deg-degan, keringet dingin, dan lo ngerasa out of place. Gue pernah banget ada di situasi itu.

Ironisnya, padahal di dunia kerja, apalagi buat anak muda sekarang, networking sering dibilang kunci sukses. Katanya, “It’s not what you know, it’s who you know.” Tapi gimana kalau lo termasuk orang yang beneran nggak suka networking? Apa artinya lo otomatis gagal?

Apa iya sukses itu cuma buat mereka yang bisa ngobrol rame di meja bundar?
Apa iya orang introvert ditakdirkan jadi penonton di tengah pesta networking?

Pertanyaan ini bikin gue penasaran, sampai akhirnya gue ketemu buku “Networking for People Who Hate Networking” karya Devora Zack. Dan jujur aja, buku ini jadi game changer.

Mitos Networking Itu Harus Ekstrovert

Kebanyakan dari kita punya bayangan: networking itu harus heboh, aktif, cerewet, harus punya 100 teman baru dalam semalam. Padahal, kata Zack, itu cuma mitos. Networking yang bener bukan soal berapa banyak kartu nama lo kumpulin, tapi soal kualitas hubungan yang lo bangun.

Contoh real: gue pernah ikut sebuah konferensi, dan nggak sengaja malah ngobrol sama satu orang di coffee break. Nggak banyak orang yang gue kenal hari itu, tapi obrolan sama dia nyambung banget. Fast forward, dia sekarang jadi kolaborator gue di salah satu project penting. Bayangin, cuma one connection tapi dampaknya gede.

Networking Itu Tentang Jadi Diri Sendiri

Buku ini ngajarin hal simpel tapi dalem: stop trying to be someone you’re not. Kalau lo introvert, lo nggak perlu maksa jadi extrovert. Justru kekuatan lo ada di deep listening, thoughtful conversation, dan genuine connection.

Devora Zack bilang: “Introverts thrive on depth, not breadth.”
Dan itu gue rasain banget. Kadang, satu obrolan tulus jauh lebih berharga daripada 50 basa-basi yang kosong. 

Strategi Networking Buat yang Nggak Suka Networking

Nah ini bagian paling aplikatif. Ada beberapa strategi yang gue pelajari:

  • Mulai dari lingkaran kecil. Lo nggak harus langsung nyemplung ke ruangan penuh orang asing. Mulai aja dari ngobrol sama orang di samping lo.

  • Jadi pendengar yang baik. Orang suka banget didengerin. Lo cukup kasih pertanyaan terbuka kayak, “Gimana pengalaman lo di event ini?” lalu biarkan mereka cerita.

  • Follow up dengan tulus. Setelah ketemu, kirim pesan singkat di LinkedIn. Nggak usah ribet. Cukup, “Seneng bisa ngobrol kemarin, gue belajar banyak.” Done.

  • Manfaatin platform digital. Kalau lo lebih nyaman ngetik daripada ngobrol langsung, LinkedIn itu surga. Lo bisa networking tanpa harus teriak-teriak di ballroom.

Networking Itu Bukan Transaksi, Tapi Relasi

Ini yang sering disalahpahami. Banyak orang networking kayak jualan door-to-door: “Halo, saya ini… bisa bantuin Anda dengan…” → duh, garing banget.

Networking versi Zack (dan yang gue alami) itu kayak nanem benih. Lo nggak langsung panen. Tapi kalau lo rawat dengan tulus, hubungan itu bakal tumbuh, dan suatu saat hasilnya balik ke lo.

Gue inget banget waktu awal karier, gue bantuin temen bikin materi presentasi tanpa mikirin imbalan. Beberapa tahun kemudian, dia malah ngenalin gue ke klien besar yang jadi pintu rejeki.

Networking Bikin Lo Lebih Bahagia (Bukan Lebih Capek)

Ada satu bab di buku ini yang mindblowing: Networking seharusnya bikin kita recharge, bukan drain. Kalau lo capek abis networking, mungkin caranya yang salah.

Kuncinya adalah: pilih gaya networking yang cocok sama lo.

  • Kalau lo introvert, pilih ngobrol one-on-one.

  • Kalau lo extrovert, gas ngobrol rame-rame.

  • Kalau lo ambivert, bisa fleksibel.

Dan percaya atau nggak, ketika lo nemu ritme lo sendiri, networking itu malah jadi bikin happy.

Aplikasi Nyata Buat Kehidupan Kita

Sekarang pertanyaannya: gimana caranya biar ini nggak cuma teori?

  • Di dunia kerja: Lo bisa mulai dengan networking internal, alias bangun hubungan sama tim lo dulu. Jangan sibuk cari koneksi eksternal tapi lupa ngobrol sama rekan kerja sebelah meja.

  • Di dunia bisnis: Alih-alih fokus ngejar investor sebanyak mungkin, fokus ke satu-dua yang benar-benar paham visi lo.

  • Dalam hidup personal: Networking juga relevan. Misalnya, ketika lo pindah ke kota baru, punya komunitas kecil yang sehat bisa bikin lo lebih bahagia daripada ratusan kenalan yang nggak pernah nyapa.

Lucunya, orang-orang yang paling anti networking seringkali justru punya koneksi paling kuat. Kenapa? Karena mereka nggak pura-pura. Mereka cuma mau bangun hubungan tulus, dan itu jarang banget di dunia sekarang.

So, ironinya: justru dengan nggak suka networking, lo bisa jadi orang yang paling jago networking—asal lo lakuin dengan cara lo sendiri.

Epilog

Setelah baca buku ini dan nyobain tipsnya, gue jadi sadar: networking bukan soal keluar dari diri kita, tapi soal masuk lebih dalam ke diri sendiri lalu connect ke orang lain dari situ.

Dan ternyata, networking bisa jadi cara untuk sukses sekaligus bahagia. Sukses karena lo punya jaringan yang real. Bahagia karena lo nggak harus pura-pura jadi orang lain.

Jadi, kalau lo ngerasa selama ini gagal networking karena lo nggak cerewet atau nggak suka basa-basi, chill bro. Lo justru punya modal berharga: ketulusan.

Pertanyaannya sekarang: apa lo berani nyobain networking dengan cara lo sendiri? 


Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:

#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #NetworkingTanpaDrama #IntrovertPower #DevoraZack #SelfGrowth #LinkedInTips #SuksesBahagia #CareerHacks #AuthenticNetworking

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *