“Buku itu udah ketinggalan zaman. Sekarang semua orang bisa bikin konten di media sosial. Ngapain repot-repot nulis buku?”
Pernah dengar kalimat itu? Ironisnya, kalimat yang sering diucapkan orang justru lahir dari mereka yang diam-diam masih bermimpi punya buku sendiri.
Fakta mengejutkan: menurut data dari Nielsen BookScan, penjualan buku di Indonesia dalam lima tahun terakhir justru meningkat, meski media sosial makin mendominasi hidup kita. Fenomena ini membuktikan satu hal—di tengah derasnya konten instan, buku tetap dianggap medium paling prestisius untuk menyimpan gagasan, reputasi, sekaligus warisan intelektual.
Menulis buku itu seperti menanam pohon. Postingan media sosial mungkin ibarat bunga potong yang indah, tapi cepat layu. Buku? Ia tumbuh, berakar, menaungi, dan bisa dinikmati siapa saja bahkan puluhan tahun setelahnya.
Mengapa Menerbitkan Buku Masih Penting di Era Media Sosial?
Banyak orang salah kaprah mengira media sosial bisa menggantikan semua fungsi buku. Padahal, buku dan media sosial justru saling melengkapi. Berikut alasannya:
-
Otoritas dan Kredibilitas
Postingan di media sosial mudah dilupakan, tapi buku memberi Anda label “otoritatif”. Seorang konsultan, CEO, atau profesional dengan buku pribadi akan selalu dipandang lebih kredibel dibanding yang hanya rajin update status. -
Daya Simpan Jangka Panjang
Algoritma media sosial berubah setiap hari. Satu postingan bisa viral hari ini, lalu hilang besok. Buku punya daya simpan lebih panjang. Bahkan, bisa jadi rujukan resmi di perpustakaan, toko buku, dan platform digital. -
Personal Branding Tingkat Tinggi
Kalau media sosial ibarat kartu nama, maka buku adalah paspor emas. Ia membawa Anda ke pintu-pintu kesempatan baru: undangan jadi pembicara, peluang bisnis, bahkan networking kelas atas. -
Legacy
Buku bukan hanya bicara tentang hari ini, tapi juga tentang masa depan. Ia adalah warisan pemikiran yang bisa Anda tinggalkan untuk anak, cucu, kolega, atau bahkan bangsa.
Manfaat Menerbitkan Buku: Materi dan Non-Materi
Menulis buku bukan sekadar soal prestise. Ada manfaat nyata, baik secara materi maupun non-materi.
Manfaat Materi
-
Royalti: Meski bukan sumber utama, royalti tetap jadi tambahan penghasilan.
-
Fee sebagai Pembicara: Buku meningkatkan rate Anda sebagai narasumber atau trainer.
-
Peluang Bisnis Baru: Buku bisa membuka pintu klien atau partner baru.
-
Produk Jangka Panjang: Buku dapat diubah jadi e-book, audiobook, bahkan modul pelatihan.
Manfaat Non-Materi
-
Pengakuan Sosial: Label “penulis buku” menempatkan Anda di level berbeda.
-
Kepuasan Pribadi: Ada kebanggaan tersendiri saat memegang buku dengan nama Anda di sampulnya.
-
Legacy & Warisan Intelektual: Buku jadi bukti abadi bahwa Anda pernah menorehkan jejak gagasan.
-
Pembeda di Tengah Persaingan: Saat semua orang sibuk posting, Anda tampil beda dengan karya yang solid.
Mengapa Perlu Memakai Jasa Ghostwriter?
Masalahnya, banyak orang ingin punya buku tapi terhambat oleh tiga hal: waktu, kemampuan menulis, dan konsistensi.
Di sinilah ghostwriter hadir sebagai solusi. Ghostwriter membantu Anda menuangkan ide, pengalaman, atau gagasan ke dalam bentuk buku yang layak terbit—tanpa harus Anda sendiri yang berkutat dengan laptop hingga larut malam.
Bayangkan ghostwriter seperti arsitek rumah: ide dan visi datang dari Anda, tapi ghostwriter yang menggambar, menyusun, hingga memastikan bangunannya kokoh dan indah. Pada akhirnya, rumah itu tetap milik Anda.
Tips Memilih Ghostwriter yang Tepat (Biar Gak Ketipu)
Karena jasa ghostwriter makin populer, banyak orang asal-asalan mengaku bisa menulis. Padahal, hasilnya sering mengecewakan: naskah berantakan, tidak sesuai gaya bicara Anda, atau malah plagiat.
Berikut tips memilih ghostwriter yang tepat:
-
Track Record yang Jelas
Pastikan ghostwriter punya portofolio nyata. Misalnya, sudah menulis puluhan bahkan ratusan buku, dengan berbagai klien dari beragam industri. -
Gaya Menulis Fleksibel
Ghostwriter profesional bisa menyesuaikan tone: serius, populer, semi-biografi, atau bahkan gaya gaul. Bukan hanya satu gaya yang dipaksakan ke semua klien. -
Kemampuan Riset
Buku bukan sekadar curhat. Ghostwriter yang baik harus mampu riset data, studi kasus, bahkan teori akademik, lalu menggabungkannya dengan kisah Anda. -
Etika & Kerahasiaan
Ingat, ghostwriter bekerja di balik layar. Pastikan ia menjunjung tinggi confidentiality agreement. Semua data, wawancara, dan draft tetap aman di tangan Anda. -
Komunikasi Intens
Ghostwriter yang baik bukan cuma menulis, tapi juga berdialog, menggali, dan mengklarifikasi ide Anda. Jangan pilih yang hanya “yes-man” tanpa interaksi.
Buku Itu Investasi, Bukan Sekadar Publikasi
Kembali ke pertanyaan awal: “Masih worth it gak nerbitin buku di era media sosial?”
Jawabannya: sangat worth it.
Media sosial mungkin jadi panggung tempat Anda tampil, tapi buku adalah monumen yang Anda tinggalkan. Satu posting bisa hilang ditelan algoritma, tapi satu buku bisa mengubah reputasi Anda untuk selamanya.
Dan jika waktu serta keterampilan menulis jadi kendala, ghostwriter adalah jembatan terbaik untuk mewujudkannya. Dengan ghostwriter yang tepat, mimpi punya buku bukan lagi wacana, tapi kenyataan.
Jadi, sebelum orang lain mendikte narasi tentang Anda, kenapa tidak menulis narasi Anda sendiri—dan membiarkan dunia membacanya?
Jika Anda ingin ikut pelatihan menulis buku, coba deh cek The Writer in You.
Leave a Reply