Dalam hidup ada hal-hal sudah digariskan kepada kita. Itulah takdir.
Sekeras apapun kita berupaya jika memang bukan untuk kita, ya bukan untuk kita. Tapi setidak niat apa pun kita jika Tuhan telah berkehendak, kita akan mendapatkan sesuatu.
Hidup memang tidak sesederhana itu.
Mana bisa kita membedakan mana yang memang sudah menjadi “bagian” kita versus mana yang bukan? Tentu, tak seorang pun yang bisa “membaca”-nya.
Sebagai contoh terkait kematian. Saya sudah mendapati salah satu orang di lingkaran terdekatan saya meninggal secara tiba-tiba. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tahu-tahu sudah menghadap Sang Khaliq. Semua sanak keluarga menangisi kepergiannya. Mungkin jika sebelumnya sudah bertahun-tahun sakit, mereka akan lebih cepat legowo. Namun, jika tidak ada “warning” yang mendahului, itulah yang membuat mereka bersedih.
Contoh lainnya sederhana sekali. Ada seorang laki-laki milenial yang berani mengambil cicilan KPR dengan nilai begitu tinggi karena memang pendapatan bulanannya “masuk”. Ia adalah seorang karyawan tetap di perusahaan asing dengan side hustle yang lumayan. Namun, apa mau dikata, tiba-tiba ia menjadi bagian dari korban layoff. Langit seperti mau runtuh, dunia berubah seketika. Laki itu merasa bersalah, menyesal, hingga down karena akibat cicilan tersebut beban hidupnya terlihat besar.
Saya yakin kita semua memiliki cerita tentang misteri takdir yang beragam. Entah terkait kematian, jodoh, kesempatan, rezeki, bisnis, pekerjaan atau yang lainnya.
Namun, itulah hidup. Sangat beralasan jika manusia tidak dapat “membaca” suratan takdirnya sendiri. Karena jika bisa, tentu jalan hidup kita datar-datar saja karena kita tinggal mengikuti “skenario” dari Sang Sutradara Kehidupan.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita. Orang-orang yang kita temui, masalah-masalah yang menguji iman kita, kesempatan-kesempatan yang kelak akan datang tiba-tiba, atau kejadian-kejadian yang membuat kita kaget.
Manusia hanya bisa menjalani takdir-Nya. Itu bukan berarti pasif atau pasrah. Kita boleh membuat gol atau target yang memotivasi. Namun, kita tidak sepenuhnya mengendalikan hasilnya.
Kita hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin yang kita bisa. Sisanya biarkan Tuhan yang berkuasa.
Takdirmu. Takdirku.
Sawangan, 22 Maret 2024