Bangga Menjadi Ghost Writer

Ghost Writer.
Kata ini sama sekali tidak pernah masuk dalam “radar” saya ketika masih berstatus sebagai pelajar. Lahir dan besar di sebuah dusun kecil di pelosok Magetan, Jawa Timur; impian kebanyakan teman-teman saya adalah menjadi PNS, guru dan tentara.
Namun, takdir berkata lain.
Setelah mencoba “mencicipi” beberapa profesi seperti Humas, Dosen, Desainer Pembelajaran dan Konsultan SDM; saya merasa cukup cocok menjadi seorang Penulis. Dari yang awalnya sebuah ketidaksengajaan, kini saya merasa bangga dan menikmati proses menjadi seorang penulis.
Bukan Sebuah Kebetulan?
Sejujurnya, buku pertama yang lahir dari tangan saya terbit pada saaat usia saya 19 tahun. Meskipun buku tersebut tidak diterbitkan penerbit besar, saya merasa karya pertama tersebut menjadi hal yang membuat diri saya berharga.
Setelah berhasil menelurkan belasan buku, saya baru menyadari bahwa menjadi penulis bagi saya bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan suratan takdir yang perlu saya syukuri.
Ya, saya mengamini bahwa manusia bisa memilih. Namun toh pada akhirnya, jalan hidup orang memang misteri.
Dari Penulis ke Ghost Writer
Berkat dedikasi saya sebagai penulis, pelan tapi pasti saya menikmati profesi sebagai Ghost Writer. Melihat klien bahagia karena bukunya terbit atau diterbitkan penerbit besar merupakan kepuasan tersendiri bagi saya.
Memang, sebagai penulis kita mungkin akan lebih bangga jika melihat buku karya kita sendiri “tampil” di rak-rak toko buku ternama. Namun, kini saya jauh lebih bangga jika bisa “menembuskan” buku yang saya tulis untuk klien ke penerbit-penerbit terkemuka.
Apakah Anda berminat menjadi Ghost Writer?
Mau belajar menjadi penulis profesional?
Jangan sungkan untuk menghubungi saya.
Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn

Leave a Reply