Hindari Tujuh Kesalahan Ini, Agar Sukses Berkarir

Memiliki karir cemerlang rasanya sudah menjadi impian banyak orang. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat persaingan di dunia kerja makin begitu sengit dari hari ke hari. Sehingga untuk menapaki tangga demi tangga kemajuan, mensyaratkan upaya yang tidak mudah .

Sayangnya kegagalan sebagian besar orang berkarir bukan disebabkan karena ia malas atau kurang berkomitmen. Namun justru bermuara pada  hal-hal mendasar yang sering kali tidak terpikirkan. Nah, berikut ialah beberapa tujuh kesalahan karyawan yang perlu dihindari dalam berkarir. Khususnya bagi  mereka yang ingin menjadi “Super Star”. Apapun jenis industri dan profesi yang dipilih.

Tidak Mengenali Potensi Diri

Ini merupakan langkah pertama yang tak bisa dilewati. Mengetahui minat, bakat, kekuatan, kelemahan, hingga kepribadian bisa menjadi kunci sekaligus katalisator untuk percepatan karir. Sayangnya poin ini sering diabaikan. Bahkan sebelum si fulan menentukan jurusan atau program studi di perguruan tinggi. Bagaimana mungkin seseorang mampu sukses berkarir jika “peta” dan kompas diri saja masih buta?

Mengabaikan Goal Tertulis

Mimpi hanyalah angan-angan kosong, jika tidak ada komitmen untuk mencapainya. Target hanyalah target, jika tidak ada kesungguhan untuk mendapatkannya. Itu mengapa menulis “goal” sudah menjadi suatu keharusan. Pasalnya dengan menuliskannya seseorang bisa terus-menerus teringat dengan apa yang diinginkan. Terlebih lagi tulisan tersebut dipasang di kamar, meja kantor, atau dibuat versi digitalnya. Sehingga bisa dipajang di layar telepon genggam, laptop hingga ipad.

Malas Melakukan Riset

Dalam setiap sesi wawancara, seorang recruiter maupun calon atasan, pasti menanyakan hal-hal mendasar. Mulai dari mengapa Anda tertarik bekerja di perusahaan X? Apa yang Anda ketahui tentang perusahaan Y? Apa yang Anda ketahui tentang dinamika industri di sektor Z? Hingga seberapa mahal Anda ingin dibayar? Untuk menjawab berderet pertanyaan tersebut sekilas memang mudah. Tapi jika tidak melakukan riset, bagaimana mungkin bisa “mencuri perhatian” pewawancara? Itu berlaku untuk para fresh graduate. Bagi karyawan berpengalaman, riset merupakan salah satu strategi jitu untuk mengembangkan karir. Mulai dari menentukan jenis industri mana yang tren ke depannya akan berkembang, budaya perusahaan seperti apa yang cocok dengan values, hingga keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk menduduki level tertentu.

Mispersepsi Tujuan Bekerja

Rata-rata setiap orang di seluruh dunia menghabiskan setidaknya delapan jam bekerja di sepanjang hidupnya. Itu artinya bekerja merupakan salah satu aktivitas pokok dalam kehidupan siapapun. Namun bekerja bukan satu-satunya aktivitas yang dapat dilakukan di dunia. Masih ada kehidupan lain yang harus diperhatikan, seperti berinteraksi dengan keluarga, mendekatkan diri kepada Tuhan, hingga bersosial. Hasil riset dari berbagai lembaga di dunia menunjukkan, ketidakbahagiaan, konflik dalam rumah tangga hingga masalah kesehatan bermuara pada pekerjaan. Itu mengapa setiap individu harus mendefinisikan kembali niatnya dalam bekerja. Apakah hanya sekedar untuk bertahan hidup, sebagai sarana untuk mengamalkan ilmu, atau justru pengisi waktu semata?

Mengejar Status, Bukan Kontribusi

Kekayaan, kekuasaan dan ketenaran adalah tiga poin utama yang dikejar oleh sebagian orang dalam bekerja. Ketiganya memang menjadi dorongan positif untuk berprestasi. Namun jika tidak pandai mengendalikan emosi, justru menjadi pemicu utama stres. Oleh karena itu, jangan pernah mengejar status yang bersifat semu. Mulailah bersikap untuk menjadikan bekerja, sebagai sarana untuk berkontribusi kepada sesama. Menjadi orang yang mampu menaburkan manfaat dengan apa yang kita bisa lakukan.

Enggan Aktif di Komunitas

Komunitas ialah tempat di mana orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan berkumpul. Entah karena hobi, minat, pekerjaan, almamater, hingga latar belakang pendidikan. Dalam komunitas, orang-orang secara sukarela aktif untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan bersama. Ini merupakan wadah yang tepat untuk meluaskan jejaring. Entah untuk pengembangan bisnis, atau kemajuan karir. Oleh karena itu untuk menjadi karyawan super, aktif di komunitas yang sesuai dengan panggilan hati tidak bisa ditawar lagi untuk dilakukan.

Nihilnya Mentor

Orang-orang yang sukses biasanya memiliki mentor. Pasalnya seorang mentor mampu mengarahkan si fulan untuk menjadi lebih baik. Ia bisa mengkritik secara pedas namun konstruktif. Ia bisa memberikan saran kepada si fulan berdasarkan pengalaman yang telah dilaluinya – bukan masukan normatif seperti yang dibaca di buku-buku ilmiah. Jadi umpan balik yang ditawarkan mentor biasanya lebih berdampak, karena ada hubungan secara pribadi yang diikat dengan trust. Jadi bagi Anda yang belum memiliki mentor, carilah segera orang-orang yang Anda anggap lebih berpengalaman atau yang Anda dikagumi. Orang-orang yang secara pribadi Anda jadikan panutan.

Nah, di atas ialah beberapa kesalahan yang terlihat sepele, tapi berdampak besar dalam perkembangan karir Anda. Cobalah untuk menerapkan satu demi satu solusinya secara berkesinambungan. Karena keberhasilan dalam berkarir merupakan proses panjang sebagaimana maraton, bukan lari jarak pendek (sprint). Sehingga yang terpenting bukanlah kecepatan, melainkan daya tahan tiada henti dalam mengarungi setiap “lintasan”. (***)

 

*** Artikel ini sebelumnya dimuat di Intipesan, 8 Juli 2017

 

 

Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn

Leave a Reply