Netral. Itulah kata yang kuucapkan ketika memandang segala sesuatu.
Author: Agung Wibowo
-
Berkah dan Kutukan
Ya, begitulah hidup. Segala peristiwa yang hadir pada diri kita sesungguhnya bersifat netral. Kitalah yang menghakimi, menilainya.Namun, bukan berarti kita seenaknya sendiri. Kita semestinya memakai nalar dan hati secara berimbang ketika menyikapi segala hal.Netralitaslah yang menawarkan berkah dan kutukan. Bagai koin bermata dua.Menjadi berkah jika kita menyikapi hidup ini sebagai persembahan kepada Tuhan dan diniatkan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain. Menjadi kutukan bila kita mengabaikan peran-Nya dan justru merugikan sesama.Berkah bisa dipancing. Kutukan bisa dibuat. Segalanya dimulai dari sendiri.Sudahkah Anda menyadarinya?Agung Setiyo WibowoDepok, 26 Februari 2020 -
Menihilkan Ekspektasi
Ekspektasi.
Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata itu? Menghubungkannya dengan mimpi, sasaran atau target?Yang pasti, ekspektasi bisa menjadi sahabat untuk berprestasi jika dirimu pandai mengelolanya. Karena jika sebaliknya justru membawamu pada petaka.Pernahkah kamu merasa kecewa? Bukankan karena ada sesuatu yang tak sesuai dengan rencanamu?Pernahkah kamu menyesal? Bukankan karena kamu menangisi ekspektasi yang tak terwujud?Pernahkan kamu depresi hingga down? Apa ada hubungannya dengan ekspektasi?Jika kamu ingin berbahagia, nihilkan ekspektasimu. Lalu?Kerjakan apa saja sebaik mungkin. Terimalah segala masalah yang menghampiri tanpa syarat. Bersikaplah ikhlas.Siapkah kamu menihilkan ekspektasi?Agung Setiyo WibowoDepok, 2 Maret 2020 -
Memilih Gaya Hidup
Gaya hidup. Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ini?
Siapapun kamu, gaya hidup adalah identitasmu. Itu menggambarkan nilai-nilai yang kamu yakini.Ada orang penghasilannya relatif rendah tapi hidupnya bahagia. Sebaliknya, banyak orang kaya hidupnya tetap sengsara karena tidak bijak memilih gaya hidup.Nilai dirimu bukan ditentukan seberapa besar pendapatanmu. Tapi, itu ditentukan oleh seberapa banyak yang kamu berikan kepada sesama.Apa guna aset, tabungan, atau investasi jika kelak tak dibawa mati? Bukankah lebih baik dibagikan kepada orang-orang yang paling membutuhkan.Memilih gaya hidup itu gratis. Tapi, tidak dengan konsekuensinya.Sudahkah kamu memilih gaya hidupmu? Kamu adalah majikan, bukan budak gaya hidupmu. Ingat itu baik-baik, teman!Agung Setiyo WibowoDepok, 2 Maret 2020 -
Cermin Diri
Cermin. Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ini?
Mungkin kamu langsung teringat momen berdandan. Barangkali kamu menghubungkannya dengan kaca. Atau bisa jadi yang lainnya?Dalam hidup, segala masalah yang kita hadapi adalah cerminan diri. Pacar yang perhatian adalah bukti perhatian kita kepadanya. Atasan yang sering marah bisa jadi adalah indikator ketidakberesan diri kita. Anak yang bandel menggambarkan pola asuh yang kuranh tepat.Dalam bidang apa saja, kita mengenal hukum timbal balik. Seperti itulah kerja cermin.Apakah kamu merasa hidupmu tidak bahagia? Apakah kamu berpikir berada di tempat yang salah?Tidak ada salahnya untuk bercermin diri sekarang juga.Agung Setiyo WibowoDepok, 3 Maret 2020 -
Musuh Itu Bernama Ego
Konflik?
Perselisihan?Permusuhan?Saya yakin kamu pernah mengalaminya. Kamu tahu apa penyebabnya?Biang keladinya memang beragam. Namun mungkin yang paling utama adalah ego.Ego adalah akar peperangan atas nama perebutan kekuasaan. Ego adalah akar perceraian atas nama kebenaran menurut masing-masing. Ego adalah akar pertengkaran antar tetangga atas nama ingin menang sendiri.Bagaimana denganmu? Sudahkah kamu menjadi korban ego? Bisakah kamu mengendalikan ego?Egomu, nasibmu. Egomu, kebahagiaanmu.Agung Setiyo WibowoDepok, 3 Maret 2020 -
The Spirit of Majapahit: Petulangan Menyaksikan Jejak Kebesaran Majapahit di Asia Raya
Catatan sejarah dari berbagai sumber memang menyebutkan bahwa telah ada hubungan dagang antara Kerajaan Ryukyu yang terletak di Perfektur Okinawa Jepang dengan Kerajaan Majapahit yang terletak di Provinsi Jawa Timur Indonesia pada abad ke14. Hal ini diperkuat oleh penemuan sebilah keris kuno yang diduga peninggalan Majapahit di sebuah kuil purba bernama Engakuji di dasar lautan Okinawa. Bagian keris yang terbuat dari kayu memang telah hancur, sedangkan bagian yang terbuat dari logam masih utuh.
Konon, Majapahit dan Ryukyu memang telah memiliki hubungan perdagangan di masa keemasan kedua kerajaan tersebut. Tepatnya antara abad ke-14 hingga abad ke-16. Salah satu bukti sederhana dari kedekatan tersebut dibuktikan dengan kosa kata bahasa Okinawa, champuruu yang berarti campur. Persis maknanya dengan kosakata bahasa Jawa. Sejarah mencatat bahwa Ryukyu pada akhirnya kelak dianeksasi Kekaisaran Jepang. Sementara itu kebesaran Majapahit mengilhami lahirnya Negara Kesehatan Republik Indonesia.
Selain hubungan dagang, kedekatan Majapahit dan Ryukyu juga dipengaruhi oleh satu hal lain. Tidak lain ialah sama-sama berhasil mempertahankan kedaulatan dari serangan Kubilai Khan dari Kekaisaran Mongolia pada abad ke-13 M.
Buku ini merupakan catatan perjalanan penulis dalam mengikuti Ekspedisi Kapal Spirit of Majapahit yang (rencana awalnya) melewati rute Indonesia – Brunei Darussalam – Filipina – Jepang – Tiongkok – Hong Kong – Vietnam – Thailand – Singapura – Indonesia. Sebuah program “napak tilas” hasil kerja sama Japan Majapahit Association dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ditulis dengan bahasa yang begitu cair, buku ini memandang traveling dengan perspektif berbeda. Dari aspek sejarah, politik, hubungan internasional, budaya, pariwisata, filsafat, agama, hingga psikologi.
Testimoni
Membaca memoar ini seperti diajak penulisnya jalan-jalan menyisiri tempat-tempat eksotis di Indonesia dan negara-negara di Asia-Pasifik. Edukatif dan inspiratif!
Direktur Sekolah Dinas Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Penulis Buku Pernah Singgah: Inspirasi dari Perjalanan Keliling Eropa
Hubungan diplomatik Jepang – Indonesia hari ini ternyata telah mulai dirajut dari hubungan Ryukyu – Majapahit ratusan tahun silam. Buku ini wajib dibaca oleh siapa saja yang berjiwa petualang.
Deputi Koordinasi Bidang SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Indonesia dan Jepang tidak hanya sama-sama ditakdirkan sebagai bangsa maritim, namun jauh lebih dari itu. Temukan jawabannya dalam buku berbobot namun disajikan dengan santai ini!
Prof. Bambang Suryanto., SE.,MM.,MSi.,Ak.Ph.D
Ketua Dewan Pakar Dewan Pengurus Pusat DPP HIPKI
Majapahit tidak hanya dikenal sebagai bangsa agraris, namun juga bangsa maritim. Buku ini agaknya menjadi salah satu buktinya. Hal ini juga menjadi keunikan bangsa Indonesia yang memang memiliki dua akar budaya yang sangat kuat yaitu budaya masyarakat darat dan budaya masyarakat laut.
Founder Chakra Cultural Foundation
Jalan-jalan mengelilingi dunia dengan cara “mainstream” sudah banyak yang melakukannya. Namun, tidak banyak orang yang mau menempuh perjalanan laut dengan kapal tradisional yang minim fasilitas dengan misi merekatkan hubungan antarbangsa dan antarwarga. The Spirit of Majapahit memotret kebesaran Majapahit sebagai bangsa maritim dengan para pelautnya yang tangguh melewati samudera.
Mantan Dirjen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Mengikuti ekspedisi budaya tidak seindah yang dibayangkan banyak orang. Mabuk laut, kebocoran kapal, kehabisan bekal makanan, dan badai yang menghadang adalah di antaranya. Buku ini adalah catatan perjalanan anak bangsa yang menikmati perjalanan dari Indonesia ke Jepang dengan menggunakan replica kapal kuno era Majapahit. Sebuah kapal layar bercadik ganda berbahan kayu dari abad ke-8 yang terinspirasi dari relief Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Lie Xiang
ABK Ekspedisi Kapal Borobudur 2003, Perancang BusanaUntuk meramalkan masa depan sebuah bangsa, kita bisa menengok dari masa lalunya. Bung Agung berhasil mengingatkan kita semua akan kebesaran Kerajaan Majapahit di masa silam.
Adhi Perwira
ABK Ekspedisi Spirit of Majapahit 2010