Bodoh.
Author: Agung Wibowo
-
Merawat Kebodohan
Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ini? Apapun itu, setiap orang sesungguhnya dilahirkan dalam kebodohan. Lah, kok bisa?Ya karena dari situ kita memerlukan pendidikan. Baik yang bersifat formal maupun nonformal. Kapan saja. Di mana saja. Dari siapa saja. Melalui media apa saja.Kebodohan perlu dirawat. Karena jika kita sudah merasa pintar, kita takkan pernah mengembangkan diri.Kebodihan perlu dirawat. Karena manusia diwajibkan belajar sepanjang hayat. Dari buaian hingga liang lahat.Nah, bagaimana denganmu? Apa yang kamu pelajari hari ini?Rawatlah kebodohanmu. Teruslah belajar. Tetaplah haus ilmu dan pengetahuan!Agung Setiyo WibowoDepok, 20 Juli 2020 -
Bergerak
Bergerak.
Satu kata ini saya rasa mewakili makna hidup. Karena manifestasi dari masih adanya nafas adalah berupaya.Mengapa demikian?Karena hidup di dunia ini adalah ujian. Segala hal yang kita lalui dicatat. Baik buruk, positif negatif, terpuji tercela. Semua kelak akan dipertanggungjawabkan.Jadi, apapun kegiatanmu saat ini, nikmatilah. Seberat apapun tantangan yang kamu hadapi, jalanilah. Sesulit apapun masalah yang kamu temui, laluilah. Karena kamu akan lebih menderita jika tidak melakukan apapun.Teman, Tuhan hanya meminta kita mengupayakan sebaik yang kita bisa. Hasil akhir bukan menjadi parameter pencapaian. Karena segenap proses ada nilainya.Sudahkah kamu bergerak hari ini? Apa yang menggerakkanmu?Agung Setiyo WibowoDepok, 3 Agustus 2020 -
Berdamai dengan Krisis
Krisis. Pernahkah kamu mengalaminya. Saya yakin setiap individu pernah menghadapinya dengan kadar tertentu.
Krisis sesungguhnya sebuah peluang. Untuk berubah ke jalan yang benar. Asalkan kita sadar diri. Dan mau menyikapinya dengan arif.Sebaliknya, krisis bisa menjadi gerbang kehancuran. Untuk siapa saja yang lengah, bermental kalah. Bagi orang yang tak mau belajar menyesuaikan perubahan.So, di manakah posisimu? Sudahkah kamu berdamai dengan krisis? Apa yang kamu pelajari dari krisis?Agung Setiyo Wibowo,Depok, 18 Agustus 2020 -
Perihal Kepercayaan
Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata kepercayaan?
Apapun pemaknaanmu, kepercayaan begitu penting. Ketika kamu menikah, kepercayaan adalah kunci langgengnya rumah tangga. Ketika kamu berbisnis, kepercayaan pelanggaan dan para pemangku kepentingan adalah segalanya. Begitupun dalam ranah lainnya.Menurutku, ada dua kelompok manusia dalam menyikapi kepercayaan. Pertama, kelompok yang terlalu mudah percaya. Apesnya mungkin mereka mudah ditipu orang, sisi positifnya mereka punya banyak teman. Kedua, kelompok yang terlalu sulit percaya. Kecurigaan adalah kamus hidup mereka. Sisi positifnya, mereka tak berisiko oleh penipuan. Namun, mereka justru mendapati kesulitan ketika menemukan dan menerima uluran tangan orang lain.Kamu bagaimana? Masuk pada kelompok mana?Kepercayaan itu mahal. Gunakan nurani, intuisi dan perasaanmu. Jangan lupakan logika, nalarmu. Karena kita tak bisa hidup sendiri tanpa sokongan orang lain.Agung Setiyo WibowoDepok, 24 Februari 2020 -
Jangan Kejar Passion, Bangun Karakter Diri Lewat Panggilan Hidup
Apa yang menjadi tujuan Anda selama hidup di dunia ini? Banyak orang mungkin akan ingin mencari kebahagiaan, namun kebahagiaan yang seperti apa? Bagi Agung Setiyo Wibowo,
seorang konsultan, public speaker, sekaligus penulis buku kebahagiaan itu adalah saat apa saja yang kita lakukan yang dapat bermanfaat bagi sesama.Writing for Healing
Mungkin pola pikir inilah yang memotivasi Agung untuk menjadi seorang penulis. Berawal dari kegelisahan yang dihadapi, yang ternyata juga dialami oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga ia coba curahkan lewat tulisan. Menulis adalah sebuah usaha yang ia lakukan untuk menyembuhkan diri sendiri, sekaligus agar orang lain mendapatkan inspirasi yang membantu menyelesaikan masalah mereka.
Meskipun sudah menerbitkan 20 buku dalam 4 tahun terakhir, ditulis tetap menjadi hal yang sangat sulit dilakukan bagi sosok ekstrover seperti Agung. Menurutnya ia lebih mudah menuangkan pikirannya secara lisan melalui tulisan.
“Sebagai ekstrover saya itu natural speaker, jadi 1000% lebih gampang ngomong daripada nulis. Karena nulis itu butuh ketenangan, refleksi, dan energi yang luar biasa. Apalagi ada tanggung
jawab sosial saat saya mengekspresikan diri lewat tulisan,” jelas Agung.Bagi Agung buku yang ia tulis merupakan gambaran karakter dirinya. Perjalanan hidup sangat mempengaruhi karya yang ia buat. Itulah mengapa ia berpesan untuk terus mencintai diri
sendiri dan mengapresiasi apa saja yang telah dilalui. Karena setiap pengalaman, latar belakang, dan masalah hidup dapat menjadi sumber inspirasi yang tiada henti.Titik Terendah Kehidupan
Menulis buku juga merupakan turning point bagi Agung. Meskipun sudah ditulis sejak tahun 2007, Agung pernah vakum cukup lama karena pendidikan dan pekerjaan yang ia lakukan. Hingga akhirnya pada tahun 2016, saat berada di titik terendah, Kehilangan arah dan mengalami
krisis finansial atau kejiwaan, ia kembali menemukan kebahagiaan saat mulai menulis.“2016 itu titik nadir pokoknya, secara financially broke, secara emotionally broken. Bahkan sampai
gak tahu mau ngapain mulai dari menjadi dosen, volunteer, hingga agen asuransi aku lakuin,” ungkap Agung.Pengalaman yang ia hadapi inilah yang menjadi alasan mengapa kesuksesan terbesarnya bukan tentang penjualan atau menjadi best seller, tapi ketika terdapat pembaca yang berterima kasih setelah membaca karyanya.
Sukses Tapi Egois?
Kepuasan saat membantu orang lain yang Agung rasakan kemudian ia coba tuangkan dalam sebuah buku berjudul “The Calling”. Setelah ia melihat bahwa banyak orang yang terlihat sukses, hanya untuk egonya sendiri, agar dipuja atau dihargai. Sehingga prinsip yang dipegang oleh Agung adalah bahagia terlebih dahulu baru dapat meraih sukses. Kebahagiaan ini tercapai ketika kita memiliki panggilan hidup.
“Kita bisa tahu apa panggilan hidup kita, jika yang kita lakukan membuat bahagia sesama, berguna
bagi sesama, menyelesaikan masalah yang ada, dan diniatkan untuk tuhan bukan penilaian manusia,” tambah Agung.Kaya Belum Tentu Bahagia
Menurut Agung terkadang anak zaman sekarang terlalu berfokus pada sebuah passion, padahal
mengejar passion saja tidak cukup, karena orientasinya ke diri sendiri. Oleh karena itu mengapa perlu juga memiliki sebuah panggilan hidup, karena orientasinya adalah untuk berguna bagi sesama.“Mengejar passion mungkin bisa membuat kita kaya, tapi belum tentu bahagia. Passion kadang
hanya bisa memberikan pleasure, sedangkan sebuah panggilan hidup dapat memberikan happiness dan fulfillment,” jelasnya.Panggilan hidup juga yang akan membantu membangun karakter diri sendiri, atau bahkan sebaliknya dengan membangun karakter diri kita akan menemukan panggilan hidup kita. Dua hal penting yang saling berhubungan untuk terus menjalani hidup. Pesan terakhir dari Agung adalah terus percaya nurani kita, karena nurani tidak akan pernah berbohong. Namun harus tetap disertai pertimbangan yang matang. Keseimbangan berpikir secara logis dan emosional.
Sumber: Dakomagz #6 halaman 28-33
-
Kebahagiaan yang Tergadaikan
Bahagia. Inilah yang diidam-idamkan semua anak manusia. Namun, kenapa sebagian besar orang gagal mereguknya.
Jika kebahagiaan diukur dari harta benda, mengapa banyak taipan hidupnya merana?Jika kebahagiaan diukur dari popularitas, mengapa banyak pesohor menggantungkan hidupnya pada narkoba?Jika kebahagiaan diukur dari kekuasaan, mengapa banyak pejabat dilempar ke jeruji karena korupsi?Kebahagiaan tak pernah hadir untuk orang yang menyesali masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Kebahagiaan adalah menerima keadaan saat ini dengan penuh rasa syukur. Menerima bukan berarti pasif tak berdaya, melainkan ikhlas menjalani dengan upaya terbaik. Di saat yang bersamaan tak menghakimi dan berharap.Kebahagiaan sejati itu tanpa syarat. Pemulung dan presiden memiliki peluang yang sama. Begitu juga anak-anak dan lansia. Semua individu sudah memiliki segalanya di dalam dirinya untuk bisa berbahagia.Apa arti kebahagiaan di matamu?Hidup ini terlalu singkat untuk menggadaikan kebahagiaan dengan segala sesuatu di luar dirimu. Sudahkah kamu menyadarinya?Agung Setiyo WibowoJakarta, 24 Februari 2020