Author: Agung Wibowo

  • Mempersiapkan Kematian

    Mati.

    Tewas.
    Wafat.
    Meninggal.
    Tutup usia.
    Apa yang ada di benakmu ketika mendengar lima kata di atas? Apapun itu, kematian adalah suatu keniscayaan.
    Kematian telah dituliskan-Nya. Itu mengapa kita tak bisa seenaknya mempercepat atau memperlambatnya.
    Ya, kematian akan datang di saat yang tepat.
    Sebagian besar orang takut dengan kematian. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan bertujuan untuk menghindarinya. Seolah-olah itu bisa ditolak atau bahkan tak pernah terjadi.
    Sebagian lainnya, bersunggguh-sungguh menjemputnya. Dalam arti mempersiapkan bekal untuk kehidupan pasca kematian.
    Kamu termasuk golongan yang mana? Mempersiapkan atau menghindarinya?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 16 September 2020
  • Covid-19 di Mata Saya

    Corona. Mungkin kata itu paling populer sejagad di tahun 2020.

    Betapa tidak. Ratusan juta orang kehilangan pekerjaan, beralih profesi atau setidak-tidaknya menyesuaikan kebiasaan bekerjanya. Ribuan perusahaan gulung tikar. Dan tak terhitung mahasiswa dan pelajar yang harus belajar daring dari rumah.
    Sementara itu, ribuan orang meninggal setiap harinya.
    Masyarakat panik. Pemerintah kalang kabut. Iklim bisnis terpukul.
    Covid 19 begitu bermakna bagiku. Baik secara personal maupun profesional.
    Terlepas dari stres yang sering menghantui, aku menemukan beberapa hikmah dari corona.
    Pertama, kebahagiaan ada di dalam diri. Ini tidak bisa dipungkiri. Meski beberapa bulan terpaksa bekerja dari rumah dengan segala dramanya, aku makin sadar bahwa tiada yang bisa merampas kebahagiaan dari diriku. Masalah boleh terus berdatangan, namun bukankah diri kita yang menjadi pengendali?
    Kedua, kematian adalah pengingat terbaik. Meski ada sejuta alasan untuk mengeluh, sedih, kecewa, panik, galau atau stres; aku tersadarkan bahwa kematian adalah pengingat terbaik. Karena kematian bisa datang kapan saja, apa guna memikirkan hal-hal yang tidak dibawa mati? Bukankah lebih baik “menyiapkan” bekal mati?
    Ketiga, menerima takdir adalah kunci.  Manusia bisa berencana, namun pada akhirnya takdirlah yang lebih berkuasa. Seringkali kita merasa jumawa dan melupakan garis kehidupan yang ditetapkan-Nya. Corona menyadarkan kita bahwa manusia itu sungguh lemah. Oleh karena itu, marilah mengupayakan sebaik mungkin dengan ikhlas. Biarkan hasilnya. Terimalah apapun yang terjadi dengan lapang.
    Nah, itulah tiga hikmah corona di mataku. Bagaimana dengan kamu?
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 19 Juni 2020
  • 4 Pilar Kebahagiaan

    Bahagia.

    Apa yang kamu pikirkan tentang kata yang satu itu?
    Yang pasti, setiap orang mendambakan kebahagiaan. Setiap insan memang memiliki definisi dan cara tersendiri untuk mencapainya.
    Ketika aku masih duduku di bangku SMA, guruku memiliki wejangan. Bahwa manusia bisa mencapai derajat kebahagiaan jika melakukan empat hal.
    Pertama, syukur. Artinya kita dengan ikhlas menerima segala hal yang terjadi pada diri kita. Tanpa menghakimi. Berlapang dada menjalani takdir-Nya.
    Kedua, taubat. Kita senantiasa memohon ampun kepada Tuhan akan segala dosa yang kita buat. Dengan cara ini, kita bisa makin ingat dengan kematian. Dari titik ini, kita semestinya akan menjalani hidup sebaik mungkin tanpa keluh kesah.
    Ketiga, sabar. Artinya kita dengan tabah menjalani segala ujian yang menghampiri. Senantiasa berpikir positif dan berprasangka baik dengan segala ketentuan-Nya.
    Keempat, tawakkal. Artinya kita menyerahkan hasil kepadanya setelah berupaya. Karena apapun yang terjadi merupakan kehendak-Nya. Kita tidak mendikte. Namun justru siap dengan segala hasil yang diberikan kepada kita.
    Nah, itulah empat pilar kebahagiaan. Apakah kamu sudah pernah mempraktikkan keempatnya? Ataukah baru sebagian.
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 22 Juni 2020
  • Tentang Pasangan

    Pasangan.

    Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ini? Rumah tangga? Suami istri? Pacaran? Atau apa?
    Yang pasti, manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh karena itu, orang yang menikah dianggap melengkapi separuh jiwanya, menyempurnakan agamanya.
    Kamu tahu tepuk tangan kan? Bunyi yang merdu hanya datang ketika dua telapak tangan saling beradu.
    Kamu tahu kunci dan gembok? Kedua benda ini hanya berfungsi secara paralrl kan?
    Kamu tahu teko dan gelas? Bukankah keduanya saling melengkapi?
    Begitulah pasangan. Keduanya memiliki sifat berbeda. Namun toh saling bekerja sama.
    Sama halnya dengan yang lain-lain. Segala sesuatu diciptakan berpasang-pasanggan. Karena dari situlah tercipta keseimbangan.
    Bagaimana pendapatmu?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 23 Juni 2020
  • Hidup yang Merdeka

    Merdeka!

    Apa definisi merdeka di matamu?
    Apapun itu, merdeka berarti bebas. Tak terikat. Mandiri.
    So, apakah hidupmu saat ini merdeka? Hanya kamu yang bisa menjawab.
    Sesungguhnya kebahagiaan adalah milik orang yang merdeka. Orang-orang yang bebas dari rasa takut, cemas, beban atau tekanan orang lain.
    Orang yang merdeka menjalani hidup mengalir saja. Tak terlalu mengharap karena mereka sadar, harapan bisa mengantarkannya pada kekecewaan hingga depresi.
    Orang yang merdeka bebas dari rasa takut. Karena mereka sadar bahwa ketakutan hanya akan menghambat setiap langkah.
    Orang yang merdeka jauh dari rasa cemas. Karena kecemasan hanya memberikan stres.
    Jadi, orang yang merdeka senantiasa ikhlas, sabar, berikhtiar, bertawakkal dan bersyukur.
    Ikhlas membuat mereka tidak ada beban. Sabar membantunya tetap tegar ketika segala ujian datang. Berikhtiar menjadi kunci menjalani hari-hari. Bertawakkal menjadi panglima setelah berupaya. Bersyukur menjadi pedoman.
    Nah, apakah hidupmu merdeka? Hanya kamu yang bisa menjawab. Renungkanlah!
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 7 Juli 2020
  • The Pilot Way

    IMG-20210301-WA0011

    Penerbangan mengajarkan kita begitu banyak. Tentang memandang dan memaknai kehidupan.

    Dari proses terbangnya pesawat itu sendiri misalnya. Kita disadarkan bahwa hidup ini adalah perjalanan. Petualangan dari titik A ke titik B. Dari sini kita bisa mengingat siapa diri kita, di mana kita saat ini, dan mau dibawa ke mana hidup ini.

    Penerbangan mengajarkan kita untuk memilih. Mau pergi ke kota mana, dengan maskapai apa, di kelas layanan mana, di jam berapa, dan dengan siapa.

    Dari bandar udara kita disadarkan  bahwa hidup ini hanyalah persinggahan, bukan tujuan akhir.  Tempat tinggal sementara saja, bukan selamanya.

    Dari fisik pesawat, kita diajarkan untuk hidup seimbang. Karena mana mungkin pesawat bisa terbang jika sayapnya hanya satu? Sama halnya dengan burung.

    Dalam hidup, apapun yang tidak seimbang itu mendatangkan kehancuran. Itu mengapa sudah semestinya kita memperhatikan semua aspek dalam bingkai harmoni. Mulai dari spiritual, finansial, sosial, intelektual, mental, kesehatan, keluarga, karir, hingga pengembangan diri.

    Dari pilot, kita diingatkan bahwa kitalah pemegang kendali kehidupan. Karena pilot yang profesional tahu harus bagaimana bersikap ketika cuaca buruk datang, agar semua penumpang selamat sampai tujuan.

    Buku ini mengajak pembaca menyelami makna kepemimpinan dan kehidupan dengan perspektif penerbangan – khususnya pilot. Disajikan dengan gaya bertutur tanpa maksud menggurui, buku ini penuh dengan cerita menggelitik, studi kasus, best practices, dan pembelajaran untuk semua kalangan.

     

    TESTIMONI

    “Buku ini menggambarkan perjalanan panjang sahabatku Cerah yang penuh liku dalam hidup dan meniti karier di beberapa perusahaan setelah impian menjadi seorang pilot di CAE, Oxford Air Training School, UK untuk menjelajah bentangan langit di tujuh benua; kandas dalam perjalanannya tidak menjadi kenyataan.

    Yang menarik dari buku ini adalah adanya prinsip-prinsip dalam penerbangan yang dipakai sebagai referensi untuk meraih keberhasilan dalam hidup yang digambarkannya bagaikan perjalanan seorang pilot dalam merencanakan dan mempersiapkan sebuah penerbangan yang aman, nyaman serta menjadikan keselamatan adalah prioritas utama. Tidak lain adalah penerbangan yang berfokus pada proses ketaatan pada Standard Operating Procedure (SOP) dan segala regulasi yang ada agar keselamatan pesawat yang berada pada genggaman kemudinya dipastikan berjalan dengan baik  mulai dari lepas landas menjelajah di birunya langit hingga mendarat dengan mulus dan selamat mencapai tujuan.

    Bagi pembaca yang suka tantangan dan ingin api semangat juangnya terus menyala dalam dirinya, saya sarankan untuk membaca buku ini.

    Terimakasih Cerah, terimakasih sahabat. Jadilah penerang membangun generasi penerus, generasi perubahan yang akan membawa bangsa ini ke peradaban yang lebih maju dan menjadi bangsa yang jauh lebih terhormat.”

    Capt Suhasril Samad

    Vice President Operation, PT Garuda Indonesia Tbk (2005 -2015)

    Buku menarik dan mudah dicerna yang disajikan dalam bahasa yang enak dan renyah.  Ditulis oleh dua orang dari dua generasi yang berbeda; buku ini cocok dibaca oleh Baby Boomers, Gen X, milenial maupun Gen Z. Terlebih isinya dituliskan dalam alur penerbangan ala pilot, sarat dengan kisah perjuangan dengan kata-kata bijak nan filosofis yang dapat membangkitkan motivasi untuk berani keluar dari zona nyaman guna meraih kehidupan yang lebih baik demi membahagiakan ibu satu-satunya yang dimiliki penulis sejak kecil.

    Buku ini berisi pengalaman penulis sebagai profesional yang meniti karier dari bawah dan pindah-pindah perusahaan yang membawa dirinya piawai sebagai motivator dann senior dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Cocok dibaca bagi siapa saja yang ingin maju, suka tantangan demi karier, masa depan dan kesejahteraan lebih baik.”

    Sahat Sianipar

    CEO MSA Kargo

    Mau menjadi pemimpin yang kuat? Anda bisa belajar dari buku The Pilot Way ini, karena memberikan pemahaman mulai dari apa itu kepemimpinan dan juga ada tools untuk melakukan muhasabah (self- reflection) dan juga dasar manajemen berdasarkan way of thinking seorang pilot yang mementingkan keselamatan  tidak jauh berbeda dengan bidang yang saya geluti yaitu satelit.

    Tonda Priyanto

    Direktur Utama PT Telkom Satelit Indonesia

    “Sanggup memimpin diri sendiri adalah salah satu syarat seorang pemimpin yang baik, kemudian ia sanggup memotivasi bawahan untuk memunculkan performa terbaiknya. Apabila terwujud, itu adalah keberhasilannya dan keberhasilan timnya. Seperti kopi dalam latte, susu tidak akan menghapus rasa kopi tetapi justru memunculkan rasa kopi dan menimbulkan cita rasa baru. Buku ini adalah panduannya.”

    Fonda Rafael

    Master Trainer Public Speaking, Hypnotheraphy Instructor, Author, Personal Life Improvement Coach, & Motivator

    Penumpang tidak akan bisa mencapai destinasinya dengan aman dan nyaman tanpa kepemimpinan pilot yang didukung kerja sama solid dari co-pilot, pramugari, hingga air traffic controller. Demikian juga kita, yang nyata-nyata adalah penumpang dalam kehidupan kita. Sesederhana itulah pesan buku ini.”

    Michael Adryanto

    Praktisi Manajemen SDM

    Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa ini sepertinya tepat untuk menggambarkan manfaat Anda ketika membaca buku ini. Anda bisa belajar kepemimpinan dalam konteks pribadi, pentingnya kerja tim dalam membangun imperium bisnis, dan tentunya makna perjalanan hidup.

    Hevy Febriyansyah

    General Manager Wira Angkasa Aviation Training Center

    “Menakjubkan! Penulis mampu menceritakan rumitnya konsep kepemimpinan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan.”

    Jimmy Susanto, CSMT.NLP, ACC

    100 Best Global Coaching Leaders Award Winner

    “Mau menjadi pemimpin? Anda bisa belajar dari mana saja. Termasuk dari The Pilot Way ini.”

    Captain Dharmadi

    CEO Flybest Flight Academy

    “Setiap orang laksana pilot untuk perjalanan hidupnya sendiri. Setiap pemimpin bisnis ibarat pilot yang menentukan berputarnya roda organisasi. Dua hal ini saya anggap paling mewakili pesan dari lahirnya buku ini.”

    Yohanes Grady Irawan

    First Officer Garuda Indonesia

    The Pilot Way is awesome! Destinasi kita adalah tujuan hidup kita.  Baik sebagai pilot untuk diri kita sendiri, keluarga, maupun orang lain.  Pilihan cara (strategi), dan implementasi mencapai destinasi sangatlah menentukan pencapaian hasil akhir (sampai ke tujuan destinasi). Be focused and different we will reach our destination!

    Dr. Adi Nurmahdi, MBA

    Director of Inovation, Alumni & International Cooperation

    Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta