Author: Agung Wibowo

  • Tentang Risiko

    Apa? Risiko?

    Ya, hidup ini penuh risiko guys.
    Apapun yang kita lakukan ada risikonya. Jika kita ingin bebas risiko itu artinya kita tak melakukan  apapun.
    Risiko berbanding lurus dengan peluang keuntungan atau penghargaan – meskipun tidak selalu. Jadi, sebelum melakukan apapun kita perlu memitigasinya.
    Oh, gitu ya?
    Ya benar. Tanpa risiko artinya hidup kita “jalan di tempat”. Tanpa risiko tak ada perubahan.
    So, apa risiko yang mau rela kamu tebus untuk mencapai mimpi? Seberapa berani kamu mengambil risiko?
    Selamat menjalani hidup kawan. Cintai risikomu.
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 2 Agustus 2022
  • Fixing Others? No!

    Pelangi itu indah. Kenapa begitu? Karena warna-warni.

    Begitupun hidup, manusia diciptakan beragam di segala aspeknya. Tak heran Tuhan meminta kita saling mengenal satu sama lain.
    Mengapa konflik terjadi? Karena kita memaksakan orang lain seperti cara kita berpikir, bersikap, bertindak atau berkata-kata. Kita seringkali memandang diri sendiri superior, yang lainnya tidak.
    Saling memahami adalah kunci komunikasi, dan tentu saja kesuksesan. Apapun level organisasinya dari rumah tangga, kampung, perusahaan hingga organisasi internasional.
    Fixing others? No! Mending kita accepting others unconditionally selama mereka tidak merugikan.
    So, apa yang kamu cari? Sudahkah kamu menerima orang lain dengan kasih?
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 8 Agustus 2022
  • Sumeleh

    Sumeleh. Kata ini seringkali saya dengar dari dulu hingga kini.

    Sumeleh bukan berarti pasif. Bukan pula pesimis.
    Sumeleh mengingatkan kita untuk memberikan yang terbaik.
    Sumeleh menyadarkan kita untuk menerima apapun takdir yang telah digariskan-Nya.
    Sumeleh mencerminkan tingkat kebahagiaan kita. Sudahkah kamu sumeleh hari ini?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 11 Juli 2022
  • Sudah Dapet Apa Aja Dari Buku?

    “Hari gene masih nulis buku, emang ada yang (masih mau) baca?”
    “Sebanding nggak sih perjuangan lo nulis buku dengan cuan?”
    “Emang udah dapet apa aja dari nulis bro?”
    Tiga pertanyaan di atas sering banget ku dapetin ketika teman lama maupun kenalan melihat betapa aku konsisten menulis dalam satu dekade terakhir. Aku sih sama sekali nggak tersinggung ya. Karena bukannya setiap orang berhak berkomentar?
    Jadi, udah dapet apa aja dari nulis buku? Banyak. Banyaaaaaak tentunya.
    Pertama dan yang paling penting. Aku merasa bahagia. Kebayang nggak seorang ibu yang berhasil melahirkan bayinya setelah 9 bulan mengandung bagaimana perasaannya? Kira-kira begitu pula perasaanku setiap “anak” intelektualku lahir. Plongggg, bahagia banget.
    Kedua, aku merasa hidupku bermakna. Entah sudah berapa kali aku mendapatkan ucapan terima kasih melalui SMS, pesan masuk di email atau Whatsapp, dan platform lainnya dari pembaca. Mereka merasa buku-buku saya bermanfaat. Entah bisa mengubah pola pikir, menginspirasi, membuat makin produktif, atau bisa menjadi solusi.l
    Yang paling berkesan. Banyak pembaca yang menjadikan buku aku sebagai referensi utama untuk tesis S2-nya di Jerman. Juga untuk skripsi maupun tugas akhir untuk beberapa kampus dalam negeri. Meleleh hatiku 🙂
    Ketiga, pendapatan. Motivasiku menulis adalah untuk berbagi. Ini sudah kupegang teguh dari menulis buku pertama hingga kini, tak berubah. Jadi, bagiku mau bukunya laku atau tidak bodoh amat. Diundang sebagai pembicara “gara-gara” menulis juga kujalani dengan riang. Karena bagiku mendapatkan cuan hanyalah bonus, bukan tujuan akhir.
    Keempat, jalan-jalan. Entah sudah berapa negara, kota, atau pulau yang ku datangi karena “meracik konten”. Puji Tuhan, alhamdulillah. Ini merupakan “efek samping” dari konsisten berbagi kalau kurasa.
    Kelima, warisan. Bagiku, semakin banyak buku yang kuterbitkan; semakin banyak pesan yang bisa kubagi tidak hanya kepada pembaca secara luas, namun paling penting adalah kepada anak cucuku.
    Menulis adalah berkarya untuk keabadian. Tak berlebihan bahwa buku bagiku adalah Legacy. 
     
    Nah, itu adalah beberapa hal yang kudapatkan dari menulis buku selama ini. Bagi kamu yang ingin menulis buku tapi masih bingung mau mulai dari mana, tak ada salahnya membaca Write First.
    Jadi, beranikah kamu menulis (minimal satu) buku selama hidupmu?
    Jika Tuhan memberikanmu kesempatan menulis buku, kira-kira buku tentang apa yang ingin kamu tulis?
  • Life is Short

    “Life is short”. Ungkapan ini begitu sering saya dengar dari hari ke hari.

    Tak mengherankan ya. Meski mungkin kita menganggapnya klise.
    Toh, memang benar ya. Hidup ini begitu singkat. Karena singkatnya, orang Jawa senantiasa bilang laksana mampir minum air.
    Wow. Begitu singkat ya? Bukannya mampir minum air atau bertamu sementara saja?
    Itulah kawan. Saatnya kita mensyukuri anugerah hidup ini. Karena waktu yang telah berlalu takkan kembali.
    Tak usah risaukan hari esok. Tak usah sesali yang telah terjadi.
    Mari hidup di sini dan kini. Cintai takdirmu.
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 20 Juli 2022
  • Alasan Memakai Jasa Ghost Writer

    Ingin menulis buku tapi nggak punya waktu untuk mewujudkannya?

    Punya banyak ide tapi nggak tahu cara menuliskannya menjadi buku?

    Memiliki keterampilan menulis tapi merasa tak sanggup menulis buku sendirian?

    Jika Anda menjawab “Ya” dari salah satu atau ketiga hal di atas, barangkali Anda memang sedang membutuhkan jasa Ghost Writer untuk mewujudkan mimpi Anda menerbitkan buku sendiri.

    Belakangan, memang semakin banyak Public Figure yang memakai jasa Ghost Writer. Entah itu artis, penyanyi, pengusaha, pemilik bisnis, praktisi, profesional atau yang lainnya. Buktinya?

    Ketik jasa “Ghost Writer” sebagai kata kunci di  Google. Anda akan menemukan begitu banyak konten terkait.

    Nah, mengapa sih Anda perlu memakai jasa Ghost Writer untuk menulis buku?

    Pertama, menghemat waktu. Sebenarnya, Anda juga bisa menuliskan ide-ide cemerlang Anda menjadi sebuah buku. Tapi masalahnya, seberapa cepat Anda menulis? Punyakah Anda waktu untuk menulis?  Menggunakan jasa Ghost Writer sangat bisa menghemat waktu Anda. Percayakan saja kepada ahlinya, Anda tinggal “terima beres”.

    Kedua, mengorbitkan nama Anda secara singkat. Menerbitkan buku adalah salah satu cara terbaik untuk mengorbitkan nama Anda. Apalagi kalau buku Anda bisa “Booming”, tentu Personal Branding Anda akan ikut meroket.

    Ketiga, membantu buku diterima penerbit besar. Kebanyakan Ghost Writer memang tidak bisa menjanjikan buku Anda diterima penerbit besar. Namun, sebagian besar Ghost Writer biasanya memiliki jam terbang tinggi dalam urusan ini. Mereka telah memiliki reputasi, jejaring dan pengalaman yang mumpuni dalam membuat bukunya diterima penerbit besar. Oleh karena itu, jika Anda bermimpi melihat buku Anda di rak-rak buku ternama; tak ada salahnya untuk mencoba memakai jasa mereka.

    Nah, bagaimana dengan Anda?

    Apakah Anda memiliki kebutuhan menulis buku?

    Jika ya, apakah Anda ingin dibantu menerbitkan buku?

    Jika ya, tak ada salahnya meminta bantuan Ghost Writer profesional.

    Selamat mencoba.