“Eh, kok lo selalu mau ngebantuin orang, sih? Kayak nggak capek aja. Emang ada untungnya, ya?”
“Hahaha, gue percaya aja sih. Kalau kita sering memberi, entar ada aja rezeki yang balik. Lagian, rasanya enak aja bisa ngebantu orang.”
Pernah nggak dengar percakapan seperti itu? Atau mungkin kamu pernah jadi salah satu tokohnya? Ternyata, mindset tangan di atas alias memberi terlebih dahulu bukan cuma soal prinsip hidup yang “baik hati.” Dalam dunia kerja, pola pikir ini bisa jadi kunci kesuksesan. Tapi kok bisa? Yuk, kita bahas.
Teori di Balik Memberi
Konsep tangan di atas bisa dijelaskan lewat reciprocity principle, yang diperkenalkan dalam teori sosial oleh Alvin Gouldner. Intinya, manusia punya kecenderungan untuk membalas apa yang mereka terima. Kalau kamu sering memberi, secara nggak langsung, orang lain akan merasa terdorong untuk membantumu balik.
Adam Grant, dalam bukunya “Give and Take”, membagi orang ke dalam tiga tipe: givers (pemberi), takers (pengambil), dan matchers (penyeimbang). Menariknya, riset Grant menunjukkan bahwa meskipun givers sering terlihat dirugikan di awal, dalam jangka panjang, mereka justru lebih sukses dibanding yang lain. Kenapa? Karena mereka membangun jaringan yang luas, dihormati, dan dipercaya.
Studi Kasus: Siapa yang Sukses dengan Memberi?
- Indra Nooyi (mantan CEO PepsiCo)
Indra dikenal dengan empati dan kebiasaan mengapresiasi orang-orang di sekitarnya. Salah satu contoh ikonik adalah ketika dia menulis surat pribadi kepada keluarga dari para eksekutif yang bekerja keras untuk perusahaan. Tindakan kecil ini menciptakan rasa hormat dan loyalitas yang luar biasa. - LinkedIn dan Prinsip Gratisan
Kenapa LinkedIn sukses? Karena mereka memberi value gratis lewat fitur dasar mereka. Dengan membantu jutaan orang membangun profil profesional tanpa biaya, mereka menciptakan basis pengguna setia yang akhirnya bersedia membayar untuk layanan premium.
Best Practices: Bagaimana Menerapkan Mindset Ini?
- Jangan Pelit dengan Waktu dan Pengetahuan
Coba deh bantu kolega yang kesulitan, meskipun tugas itu bukan bagian dari job desc-mu. Bantu mereka belajar skill baru atau berbagi tips sukses. - Bangun Jaringan dengan Tulus
Dalam dunia profesional, networking sering dianggap transaksional. Tapi kalau kamu jadi giver, kamu membangun hubungan yang tulus. Ketika orang lain melihat bahwa niatmu murni membantu, kepercayaan akan muncul dengan sendirinya. - Berikan Apresiasi Kecil
Kamu bisa mulai dengan hal simpel: ucapkan terima kasih, tulis email apresiasi, atau bahkan traktir kopi. Hal-hal kecil seperti ini meninggalkan kesan besar.
Lessons Learned: Apa yang Bisa Dipetik?
- Memberi Memperluas Jaringan
Sebuah studi dari Yale University menunjukkan bahwa 84% profesional percaya bahwa “membantu orang lain” adalah cara terbaik untuk membangun hubungan jangka panjang yang kuat. - Pemberian Kecil, Dampak Besar
Riset dari Harvard Business School membuktikan bahwa tindakan sederhana seperti memberikan apresiasi bisa meningkatkan produktivitas tim hingga 31%. - Karma Positif di Dunia Kerja
Menurut survei LinkedIn, 82% perekrut mengatakan mereka lebih memilih mempekerjakan seseorang dengan reputasi “supportive dan helpful.” Jadi, nggak rugi kan jadi giver?
Penutup: Memberi Itu Investasi
Mindset tangan di atas bukan berarti kamu harus jadi “yes man” atau mengorbankan diri sendiri demi orang lain. Ini lebih tentang berinvestasi dalam hubungan, menunjukkan empati, dan membangun reputasi sebagai orang yang bisa diandalkan.
Jadi, mulai sekarang, yuk jadi giver! Karena siapa tahu, peluang besar berikutnya datang dari seseorang yang pernah kamu bantu dulu.