Kita pasti pernah dengar cerita begini:
A: “Gue udah bikin LinkedIn, tapi kok nggak ada yang nge-like atau komen, ya?”
B: “Coba lu aktif dulu deh, jangan cuma update ‘open to work’ doang. Orang tuh pengen liat lu berinteraksi.”
Nah, sebenarnya LinkedIn bukan sekadar platform buat pajang CV. Kalau kita cuma berharap ada rekruter atau calon klien yang nyasar ke profil kita tanpa kita berbuat apa-apa, itu kayak buka toko tapi lampunya mati dan tirainya ditutup rapat. LinkedIn adalah tempat untuk engage alias terlibat aktif. Yuk kita bahas kenapa engagement ini penting banget dan gimana caranya bisa membawa dampak besar buat karier dan bisnis.
1. Engagement = Trust
Pertama-tama, kita sepakat dulu, ya. Dalam dunia bisnis dan karier, kepercayaan adalah mata uang paling berharga. Kita bisa punya produk keren atau CV yang mengesankan, tapi kalau orang nggak percaya, ya, susah buat melangkah lebih jauh.
Menurut teori Social Proof dari psikolog Robert Cialdini, orang cenderung mempercayai orang lain berdasarkan interaksi sosial dan pengaruh orang-orang di sekitarnya. Di LinkedIn, engagement kita berupa like, comment, dan share adalah bentuk social proof. Ketika kita aktif berkomentar atau berbagi insight yang berharga, audiens kita akan melihat kita sebagai seseorang yang credible dan punya wawasan. Semakin banyak kita engage, semakin banyak orang yang memperhatikan kita dan semakin tinggi trust yang bisa kita bangun.
2. Interaksi Membangun Relasi
Coba deh, ingat-ingat, kapan terakhir kali kita benar-benar ngobrol dengan seseorang di LinkedIn yang akhirnya bikin hubungan kerja jadi lebih dekat? Ketika kita engage di LinkedIn, kita sedang membangun human connection. Interaksi ini bisa berbentuk apa saja:
- Commenting: Nggak cuma komen “Nice post!” ya, tapi kasih pendapat yang bermanfaat atau pertanyaan yang menggali lebih dalam.
- Sharing: Bagikan postingan yang kita anggap inspiratif atau edukatif, dan tambahkan perspektif kita.
- Messaging: Setelah berinteraksi melalui komen, lanjutkan diskusi melalui private message untuk membahas hal lebih mendalam.
Menurut teori Weak Ties dari Mark Granovetter, relasi dengan orang yang tidak terlalu dekat (bukan teman akrab) justru bisa membuka lebih banyak peluang. Di LinkedIn, engagement kita memperluas jaringan ke second degree connections, yang bisa saja menjadi partner bisnis, mentor, atau bahkan calon employer.
3. Engagement Meningkatkan Visibility
Di LinkedIn, algoritma bekerja mirip dengan media sosial lain. Semakin aktif kita engage, semakin besar peluang kita muncul di feed orang lain. Jika kita cuma pasif, konten kita hanya akan dilihat oleh segelintir orang. Tapi ketika kita engage — misalnya aktif mengomentari postingan teman atau leader di industri kita — algoritma LinkedIn akan menganggap kita sebagai pengguna aktif yang relevan dan akan memprioritaskan konten kita ke audiens yang lebih luas.
Kenapa visibility ini penting? Semakin banyak orang yang melihat aktivitas kita, semakin besar peluang mereka untuk mengunjungi profil kita, mengenal kita lebih jauh, dan akhirnya terhubung dengan kita. Di dunia bisnis, ini bisa berarti potensi lead baru atau klien, sementara bagi karier, ini bisa membuka peluang job offer atau kolaborasi profesional.
4. Melejitkan Personal Branding
Engagement adalah langkah pertama buat membangun personal branding di LinkedIn. Saat kita konsisten memberikan insight atau ikut diskusi dalam bidang tertentu, orang-orang akan mulai mengenali kita sebagai “ahli” di topik tersebut. Misalnya, kalau kita sering berkomentar tentang topik marketing digital atau teknologi AI, lama-kelamaan kita akan dianggap sebagai seseorang yang punya pengetahuan dan insight mendalam di bidang tersebut.
Teori Brand Association mengatakan bahwa ketika orang sering melihat nama atau wajah kita terhubung dengan konten berkualitas, mereka akan mengasosiasikan kita dengan nilai-nilai positif dan expertise tertentu. Ini sangat penting dalam dunia profesional karena kita ingin dikenal atas skill dan pengetahuan kita yang relevan.
5. Engagement Bukan Sekadar Kuantitas, Tapi Kualitas
Ingat, engagement yang kita lakukan harus punya nilai tambah. Bukan sekadar spam komentar atau share artikel tanpa konteks. Fokus pada kualitas interaksi kita. Coba bagikan cerita pengalaman, opini yang menarik, atau solusi dari masalah yang sedang tren. Orang-orang akan lebih menghargai kita ketika melihat kita berkontribusi pada diskusi dengan cara yang meaningful.
Menurut teori Reciprocal Altruism, ketika kita memberikan sesuatu yang bermanfaat tanpa mengharapkan balasan langsung, orang lain akan cenderung memberi timbal balik di masa depan. Jadi, kalau kita aktif memberikan insight dan dukungan di postingan orang lain, mereka akan lebih mungkin melakukan hal yang sama di postingan kita.
Kesimpulan: Bangun Jaringan, Bukan Hanya Koneksi
Engagement di LinkedIn bukan tentang seberapa banyak kita punya koneksi, tapi seberapa kuat jaringan yang kita bangun. Fokus untuk memberikan nilai, membangun hubungan yang nyata, dan berinteraksi dengan tulus. Mulailah dengan hal-hal sederhana: berikan komentar, bagikan pengalaman, atau sekadar mengucapkan selamat kepada rekan yang mendapat pencapaian baru.
Di era di mana dunia digital jadi tempat kita berkumpul dan berkembang, engagement adalah kunci untuk membuka peluang yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Jadi, ayo mulai aktif engage dan lihat bagaimana karier dan bisnis kita bisa melejit lebih jauh!
Selamat mencoba dan semoga sukses membangun jaringan yang kuat di LinkedIn!
Leave a Reply