Dewasa ini, kebanyakan dari kita memiliki “tekanan” yang begitu besar untuk mencapai apa yang disebut dengan kesuksesan. Entah kita sadari atau tidak, kita mendorong diri sendiri atau bahkan mencoba memenuhi ekspektasi orang lain. Apalagi diperkuat oleh budaya “memamerkan diri” atas nama personal branding pada linimasa media sosial tertentu agar kita diberi label bahagia, sukses, berpengaruh, atau mungkin terkenal di mata audiens.
Di tengah tekanan hidup yang semakin tinggi, sejatinya semua dari kita membutuhkan “sedikit” bantuan dari orang lain. Salah satunya dari seorang coach profesional jika kita memiliki anggaran untuk membayarnya. Bila kita ingin melakukan coaching secara mandiri, kita semua memiliki kapasitas untuk melakukannya. Pasalnya, tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang untuk mengembangkan penguasaan diri kita dan menunjukkan kebaikan pada diri kita sendiri.
Salah satu teman karib saya, Krishna (bukan nama sebenarnya), adalah coach yang hebat bagi orang lain, baik secara informal maupun formal. Dia menyemangati anak-anaknya, memotivasi rekan-rekannya, melatih stafnya, dan mendukung teman-temannya. Tapi dia dengan bebas mengakui bahwa dia membutuhkan bantuan untuk menggunakan keterampilan itu pada dirinya sendiri.
Saat kita memberi, memberi, memberi kepada orang lain, terlalu mudah untuk melupakan kebutuhan kita sendiri dan teralihkan serta menjauh dari agenda kita sendiri. Self-coaching adalah bentuk dari perawatan diri.
Kita semua mampu melakukan coaching kepada diri kita sendiri, entah bertujuan untuk melejitkan karier, memiliki kebiasaan yang sehat atau untuk mengembangkan bisnis secara eksponensial. Sayangnya, banyak orang yang belum memahami esensi dari coaching.
Singkat kata, self-coaching adalah proses membina pertumbuhan dan perkembangan kita, terutama melalui periode transisi, baik di ranah profesional maupun pribadi.
Self-Coaching mencakup seluruh diri kita dan semua bidang kehidupan kita. Jika semuanya baik-baik saja di satu area, itu bagus, tetapi jika kita tidak puas atau tidak bahagia di area lain, ini harus menjadi fokus kita — terutama karena hal itu dapat memengaruhi aspek lain dalam hidup kita.
Dari pengetahuan yang saya dapatkan dari International Coaching Federation (ICF) sekaligus pengalaman pribadi, berikut adalah beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk Self-Coaching.
1. Identifikasi hasil yang kita inginkan
Ini adalah titik awal kita. Kita perlu memutuskan tujuan akhir kita untuk mengetahui ke mana tujuan kita dan ke mana harus mengarahkan upaya kita.
Tanyakan pada diri kita pertanyaan seperti, “Apa yang penting bagi saya saat ini?”, “Saya ingin menjadi orang sebaik apa?”, “Apa yang harus saya kejar?”, “Apa yang perlu saya miliki?”, atau “Apa yang perlu saya lakukan agar bahagia?”
Cobalah untuk lebih spesifik dengan bingkai positif. Misalnya, tujuan seperti “Saya ingin tidak mudah tersinggung” dapat dibuat lebih spesifik dan positif dengan mengatakan, “Saya ingin lebih sabar dengan pasangan dan anak-anak saya setiap hari,” atau “Saya ingin menunjukkan lebih banyak sabar dengan tim saya dalam rapat.”
2. Kembangkan kesadaran diri
Lakukan penilaian cepat dan mudah untuk meninjau posisi kita saat ini. Intinya bukan untuk menilai diri sendiri dan membuat diri kita merasa buruk — ini hanya untuk mendapatkan beberapa informasi tentang di mana kita berada dan di mana kita ingin berada.
Langkah pertama adalah membawa kesadaran pada situasi kita dan menentukan apa yang perlu kita kerjakan. Pertimbangkan posisi kita pada skala 1 sampai 10 di area yang ingin kita tingkatkan. Kita juga dapat membuat jurnal harian seputar topik ini untuk mengeksplorasi lebih jauh apa yang kita alami.
3. Lakukan brainstorming pilihan
Timbang kemungkinan yang terbuka untuk kita. Ini adalah kesempatan bagus untuk menjadi kreatif dan bertukar pikiran bagaimana kita dapat mencapai tujuan kita. Pilihan apa yang tersedia untuk kita? Opsi mana yang paling beresonansi saat ini?
4. Buat rencana
Bagaimana kita akan menempatkan pilihan kita pada tempatnya? Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan ini atau memperbaiki situasi kita? Tindakan apa yang perlu kita ambil untuk mencapai tujuan kita?
Misalnya, berdasarkan contoh sebelumnya, sebuah rencana mungkin terlihat seperti “Pada jam 7 malam, saya akan mematikan gadget saya dan tersedia untuk anak-anak dan pasangan saya,” atau “Dalam pertemuan hari Senin, saya akan mendengarkan masukan setiap anggota tim, sebelum saya berbicara.”
5. Ambil tindakan
Ambil langkah pertama — dan lanjutkan. Tetaplah pada rencana kita. Apakah kita melakukan apa yang kita katakan ketika kita mengatakan akan melakukannya?
6. Ukur dan rayakan
Tentukan bagaimana kit akan mengukur kesuksesan kita dan merayakannya. Pertahankan diri kita untuk bertanggung jawab, atau temukan teman sharing untuk melihat bagaimana keadaan kita. Hadiahi upaya kita saat kita mencapai tonggak sejarah itu atau mencapai tujuan itu.
Self-Coaching adalah hal mudah sekaligus gratis yang dapat kita lakukan untuk menggapai kebahagiaan dan kesuksesan versi diri kita sendiri. Berikut adalah dua praktik sederhana yang dapat kita coba terapkan
Pertama: Gunakan Roda Kehidupan
Ada teknik coaching yang sangat sederhana dan efektif sehingga banyak Life Coach maupun Business Coach menggunakannya sebagai latihan dengan klien mereka.
Ini disebut Roda Kehidupan, dan ini adalah latihan hebat yang dapat kita lakukan di rumah untuk menguasai pengembangan diri kita.
Yang harus kita lakukan adalah mempertimbangkan bagaimana kita saat ini menghabiskan waktu dalam hidup kita dan seberapa puas kita dengan setiap aktivitas selama jadwal harian kita.
Itu harus mencakup area apa pun yang penting bagi kita. Termasuk keuangan, karier, keluarga, sosial, kesehatan, percintaan, spiritual dan hobi. Kita mungkin dapat memikirkan lebih banyak kategori dari itu.
Bayangkan “roda” seperti diagram lingkaran. Setiap irisan kue merupakan aspek penting dalam kehidupan kita.
Sekarang, nilai rasa kepuasan kita untuk setiap kategori. Kita dapat menggunakan skala bernomor dari 1-10 atau cara lain untuk memeringkatnya. Nilai mereka berdasarkan tingkat penghargaan yang kita rasakan dan jumlah yang membuat kita bersemangat.
Setelah semuanya diberi peringkat, akan mudah untuk melihat area mana dalam hidup kita yang paling membutuhkan improvisasi.
Tujuan dari latihan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan hidup kita saat ini. Ini akan memberi kita beberapa detail tentang di mana harus memulai perjalanan Self-Coaching. Melalui pengembangan diri, kita akan menemukan cara untuk menaikkan skor hingga seimbang ke tingkat yang dapat diterima berdasarkan cara kita memprioritaskan masing-masing skor.
Kedua: Temukan Alasan Kuat
Latihan efektif lainnya yang dapat kita lakukan sendiri, di rumah, adalah menemukan alasan kuat atau motivasi dari dalam diri.
Alasan kuat kita adalah bagian mendasar dari proses coaching karena, menurut banyak teori motivasi, jika kita menemukannya, kita dapat menggunakannya untuk keuntungan kita agar tetap termotivasi dan mencapai tujuan kita.
Alasan kuat kita adalah hasrat kita yang paling dalam. Itu ibarat adalah “bahan bakar” yang menggerakkan mobil atau sepeda motor. Jika kita memiliki tujuan dalam pikiran, tanyakan pada diri sendiri “mengapa saya ingin mencapai tujuan ini?” Jawabannya biasanya dikaitkan dengan emosi yang begitu kuat ini.
Kemudian, tanyakan pada diri kita lagi. Dan lagi. Dan lagi!
Kedengarannya membosankan tetapi sebenarnya bisa sangat menyenangkan dan mencerahkan. Akhirnya, kita akan memahami semuanya dan membuka “motivator” terdalam kita sendiri.
Mari kita lihat sebuah contoh:
Jika kita ingin belajar menerbitkan buku karya sendiri, tanyakan pada diri sendiri “mengapa?”
Jika jawabannya adalah “personal branding”, lanjutkan: mengapa?
Kita mungkin menyadari bahwa alasan kita ingin menerbitkan buku karya sendiri adalah agar dianggap ahli atau menonjol di bidang tertentu. Sehingga, orang akan mempersepsikan diri kita sesuai harapan kita.
Tapi jangan berhenti di situ! Mengapa Personal Branding itu penting bagi kita?
Akhirnya, kita mungkin menyadari bahwa keinginan kita untuk menerbitkan buku karya sendiri berakar pada kebutuhan untuk diakui oleh banyak orang.
Seperti yang kita lihat, urutan “mengapa” dapat membantu introspeksi yang menakjubkan. Sekarang setelah kita mengetahui lebih banyak tentang emosi yang mendorong minat kita, kita dapat membuat rencana yang sesuai!
Alasan kita akan menjadi jangkar bagi hampir semua kesuksesan Self-Coaching maupun pengembangan diri kita.
Jadi, siapkah kita untuk mencapai mimpi terbesar kita? Maukah kita berubah demi melejitkan potensi terbaik diri kita? Jika jawaban keduanya iya, mungkin Self-Coaching patut kita pertimbangkan untuk dicoba.