Kalau dengar kata ghostwriter, banyak orang langsung kebayang sesuatu yang misterius, seolah-olah kerjaannya cuma “nulis diam-diam” tanpa identitas. Ada juga yang mikir, ghostwriter itu sekadar juru ketik yang bisa disuruh nulis apa aja sesuai instruksi klien.
Tag: Menulis Buku
-
Menemukan Ide Menulis Buku
Pernahkah Anda merasa, setiap kali selesai bicara di podium, ruang rapat, atau wawancara media, ada bagian dari cerita Anda yang seakan hilang? Kata-kata menguap begitu saja setelah tepuk tangan reda. Padahal, gagasan itu penting. Pengalaman itu berharga. Visi itu layak dikenang.
-
Masih Worth It Gak Nerbitin Buku Itu, Kan Udah Ada Media Sosial?
“Buku itu udah ketinggalan zaman. Sekarang semua orang bisa bikin konten di media sosial. Ngapain repot-repot nulis buku?”
Pernah dengar kalimat itu? Ironisnya, kalimat yang sering diucapkan orang justru lahir dari mereka yang diam-diam masih bermimpi punya buku sendiri. -
Tips Menerbitkan Buku untuk Pemula: Refleksi 17 Tahun Sebagai Penulis Buku
“Eh, gimana sih caranya nerbitin buku?”
Kalimat ini udah jadi pertanyaan sejuta umat.
Entah lo penulis diary sejak SMP, suka nulis fiksi, curhatan, kisah inspiratif, sampe yang sering bikin thread di Twitter (eh, X) dan ngerasa, “kayaknya ini bisa dibukuin deh.” -
Kenapa Si Harus Nulis Buku? Gini, Gengs!
“Eh, lo pernah kepikiran nggak sih, buat nulis buku?”
“Tulis buku? Duh, kayaknya ribet deh. Gue kan lebih suka nulis caption Instagram, bukan buat novel atau buku serius gitu.”
“Gue juga dulu gitu, tapi lo tau nggak, nulis buku tuh bisa jadi cara keren buat berbagi pemikiran dan pengalaman lo, sekaligus bikin legacy yang gak gampang hilang!”
“Eh, serius? Tapi bisa sukses nggak sih? Gimana caranya?”
“Serius banget! Lo nggak bakal tau sampai lo coba. Banyak orang di luar sana yang bisa banget sukses nulis buku, bahkan dari hal-hal yang simpel banget. Dari pengalaman pribadi, pengetahuan yang lo punya, atau hal-hal yang bikin lo unik.”Ternyata, menulis buku itu bukan cuma buat orang yang pengen jadi penulis profesional, loh. Itu bisa jadi cara untuk mengekspresikan diri, berbagi ilmu, bahkan bisa jadi peluang untuk karier lo ke depannya. Kalau lo pikir itu cuma buat orang yang suka nulis banget, pikir lagi. Menulis buku itu, pada dasarnya, adalah cara lo ngomongin dunia lewat tulisan.
Tapi, mungkin banyak dari lo yang masih mikir, “Emangnya gue bisa?” Atau “Gue nggak punya waktu buat itu.” Nah, di sini gue bakal bahas kenapa nulis buku itu penting, gimana cara mulai nulis, dan apa aja yang lo bisa dapet dari nulis buku. Simak deh!
Menulis Buku: Lebih Dari Sekadar Menulis Halaman-Halaman
Menurut penelitian yang dilakukan oleh The Guardian, sekitar 60% orang dewasa di seluruh dunia merasa bahwa mereka memiliki satu ide untuk menulis buku, tapi hanya sedikit yang benar-benar melakukannya. Kenapa? Karena menulis buku sering dianggap sebagai pekerjaan yang “serius banget” dan “berat banget”. Tapi kenyataannya, menulis buku nggak harus selalu ribet kok. Banyak penulis terkenal yang justru mulai dari hal-hal sederhana, dari cerita hidup mereka, atau bahkan dari pengalaman sehari-hari yang mereka tulis dengan cara yang ringan.
Misalnya, ada Ryan Holiday, seorang penulis yang terkenal dengan buku-buku self-help-nya seperti The Obstacle Is the Way. Sebelum jadi penulis sukses, dia cuma mulai dari menulis artikel-artikel di blognya. Hal yang sama juga berlaku buat Tim Ferriss, penulis buku best-seller The 4-Hour Workweek. Tim nggak langsung nulis buku besar. Dia mulai dengan berbagi eksperimen hidup yang dia coba dan nyatanya itu menarik perhatian banyak orang.
Jadi, nulis buku nggak harus selalu berbicara tentang sesuatu yang besar dan formal. Lo bisa mulai dengan hal-hal yang lo ngerti banget, atau bahkan yang lo passionate tentang itu. Jangan takut untuk mulai dari yang simpel. Lo tau nggak, The Subtle Art of Not Giving a Fck* karya Mark Manson jadi best-seller karena dia nulis dengan cara yang jujur dan relatable banget, tanpa pretensi, dan itu yang bikin banyak orang merasa terhubung. Lo nggak perlu jadi ahli di bidang tertentu buat mulai menulis—lo hanya perlu berbicara dari hati.
Studi Kasus: Nulis Itu Bisa Menjadi Langkah Awal Buat Karier Lo
Gue nggak bakal cuma ngomongin teori, yuk lihat studi kasus dari Maya Angelou, penulis legendaris yang juga seorang penyair dan aktivis. Sebelum menjadi penulis, Angelou adalah seorang perempuan muda yang mengalami banyak kesulitan dalam hidup, dari pelecehan hingga diskriminasi. Tapi yang keren adalah, dia nggak lari dari kenyataan itu. Justru pengalaman hidupnya dia tuangin dalam buku I Know Why the Caged Bird Sings. Buku ini nggak cuma populer karena keindahan bahasa dan tulisannya, tapi juga karena cara Angelou menulis dengan begitu jujur dan berani.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari Maya Angelou adalah menulis bisa jadi cara untuk memproses dan menyembuhkan diri, sementara juga membuka peluang untuk mendapatkan pengakuan. Lo nggak harus menulis tentang kehidupan yang dramatis atau luar biasa. Lo bisa mulai dengan hal-hal kecil yang lo rasa punya makna buat diri lo, dan siapa tahu itu bisa memberi dampak besar bagi orang lain. Dan lebih dari itu, menulis bisa mengubah perspektif lo tentang diri lo sendiri, dan bikin lo lebih percaya diri untuk berbagi cerita.
Menulis Buku Itu Bisa Jadi Legasi, Gengs
Tahu nggak sih, salah satu alasan kenapa banyak orang sukses yang menulis buku adalah karena mereka pengen punya legasi? Lo pasti tahu kan, beberapa orang yang kita kagumi—baik itu di dunia bisnis, olahraga, atau bahkan selebritas—mereka punya buku yang mereka tulis tentang pengalaman hidup mereka. Buku-buku itu nggak hanya berbicara tentang keberhasilan mereka, tapi juga tentang pelajaran yang mereka dapat sepanjang hidup. Tools, tips, atau panduan yang mereka bagi, itu jadi ilmu yang bisa kita pakai, bahkan lama setelah mereka nggak ada lagi.
Contoh lainnya adalah Malcolm Gladwell, penulis buku Outliers dan The Tipping Point. Gladwell menulis dengan gaya yang menarik dan penuh cerita-cerita yang bikin kita mikir, dan itu menjadikannya sebagai figur yang nggak hanya dikenal di bidang jurnalistik, tapi juga di dunia bisnis dan kepemimpinan. Buku-bukunya memberi panduan berharga untuk orang yang ingin sukses, dan karena itulah dia punya pengaruh besar sampai sekarang. Ini bukti bahwa menulis buku itu bisa jadi cara buat lo meninggalkan warisan yang akan terus dikenang.
Best Practices: Gimana Mulainya?
Lo mulai bisa nulis dengan cara yang nggak berat, gengs. Coba aja deh mulai dengan menulis di blog atau jurnal pribadi dulu. Jangan buru-buru mikirin harus jadi best-seller. Fokus aja dulu ke konten dan pesan yang pengen lo sampaikan. Jangan khawatir kalau lo ngerasa tulisan lo nggak sempurna, karena proses editing bisa dilakukan nanti. Cobalah menulis setiap hari, meskipun cuma beberapa paragraf. Seiring berjalannya waktu, tulisan lo bakal semakin berkembang dan lo bakal dapetin lebih banyak ide untuk nulis buku.
Satu hal yang penting, selalu ingat untuk tetap autentik. Nggak ada yang lebih menarik daripada tulisan yang ditulis dengan hati. Tulis apa yang lo tahu, apa yang lo pelajari, dan apa yang lo rasakan.
Menulis buku memang bukan hal yang gampang, tapi kalau lo mulai dengan langkah kecil dan terus konsisten, lo bisa banget menghasilkan karya yang bukan hanya berharga buat lo, tapi juga buat orang lain. Jadi, kenapa nggak mulai sekarang? Siapa tahu, tulisan lo bisa jadi sesuatu yang akan menginspirasi banyak orang di masa depan!
-
Agar Karyamu Tembus Gramedia
Buku adalah jendela dunia. Dengan buku kita bisa memperkaya wawasan. Membuka cakrawala tanpa batas.
Di tengah gempuran internet yang menawarkan informasi gratis, pamor buku seakan memang makin meredup. Namun, itu bukan berarti buku sudah tidak ada peminatnya. Karena selama ada manusia, buku masih ada pasarnya.
Menyadari hal itu, setiap hari ribuan penerbit masih kewalahan menyeleksi naskah demi naskah. Mereka menyaring naskah-naskah yang masuk untuk memastikan kualitas konten dan potensi pasarnya.
Di sisi lain, penulis-penulis baru berdatangan dari hari ke hari. Mereka meramaikan bursa penulis di tanah air. Mereka turut mewarnai dunia literasi dengan para penulis senior yang lebih berpengalaman.
Sebagai penulis 50+ buku dengan lebih dari 15 tahun pengalaman, saya telah merasakan sendiri jatuh-bangun berkecimpung di bidang ini. Dari berbagai pelatihan daring dan luring yang saya adakan, salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah bagaimana tips agar naskah buku kita tembus Gramedia.
Pertanyaan tersebut saya anggap mengandung dua unsur. Yang pertama, buku kita diterbitkan salah satu penerbit di bawah jaringan Kompas Gramedia Group yang mana secara otomatis buku kita akan dipasarkan di jaringan toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Yang kedua, buku kita diterbitkan oleh penerbit ternama, sehingga kemungkinan besar akan juga tampil di rak-rak Toko Buku Gramedia.
Sederhana saja. Agar naskah buku kita tembus Gramedia, karya kita harus berkualitas. Tidak ada tawar-menawar di sini. Untuk mencapai titik itu, kita perlu memenuhi satu aspek utama.
Aspak itu adalah: buku kita memecahkan masalah. Buku yang tembus Gramedia otomatis menjadi solusi bagi pembaca. Itu artinya, buku kita perlu memberikan nilai tambah bagi pembaca. Entah itu perspektif baru, pandangan berbeda, metodologi baru, kisah inspiratif yang unik, atau sesuatu yang ada “harga”-nya di mata publik.
Jika kita ingin memenuhi aspek ini, kuncinya adalah riset. Kita perlu tahu apa saja keluhan, tantangan, atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Abad digital memudahkan kita untuk menemukannya yaitu dengan mengetahui apa saja yang sedang viral, menjadi trending di media sosial atau sedang hype. Ini yang namanya kebutuhan.
Dalam hal ini, kita perlu lebih peka. Kita bisa melakukan survei langsung ke toko buku, marketplace, atau toko-toko buku online. Buku apa di bidang kepakaran atau passion kita yang sudah atau belum ada. Kita hubungkan dengan kebutuhan masyarakat. Dari sini, kita bisa menemukan gap-nya. Begitu mudah bukan?
Sebagai contoh untuk buku non-fiksi. Anda mengamati bahwa di pasaran belum ada buku yang mengulas tentang kesehatan mental, lalu Anda merasa memiliki kepakaran di situ dan Anda telah menemukan fakta bahwa isu kesehatan mental sedang naik daun di pasaran. Nah, di situlah sweet spot-nya. Anda telah menemukan benang merah. Oleh karena itu, Anda harus segera menulis naskah buku tersebut.
Mungkin Anda akan bertanya lagi:
- Minimal berapa halaman Mas?
- Format penulisannya bagaimana?
- Dikirimkan ke siapa ya?
Ini pertanyaan begitu mendasar yang mudah dijawab. Setiap penerbit memiliki kebijakan atau syarat dan ketentuan masing-masing. Tinggal andalkan Google, lalu Anda bisa membacanya di situs web resmi mereka. Ikuti saja apa maunya mereka.
Sudah begitu jelas bukan?
Atau Anda merasa masih bingung?
Jika ingin menerbitkan buku tapi Anda belum tahu harus mulai dari mana atau masih ragu ingin menulis dengan gaya seperti apa, jangan sungkan untuk bertanya.
Anda bisa menghubungi saya melalui Whatsapp +62 852 3050 4735. Japri aja saja. Kita bisa berdiskusi sambil ngopi-ngopi.
Jika Anda tidak punya waktu untuk menghubungi saya secara daring maupun luring, tenang saja. Anda bisa membaca buku Write First. Beli saja versi digitalnya. Karena semua ilmu dan pengalaman saya dalam dunia menulis dan menerbitkan buku telah saya kupas tuntas di situ.
Salam literasi,
Depok, 23 Maret 2024