Stories

  • Kesementaraan

    Hidup ini singkat. Bahkan kata orang bijak, begitu singkat.

    Masyarakat Jawa mengibaratkan hidup ini tak lebih dari “menumpang minum”. Bahasa aslinya, “Urip iku mong mampir ngombe.”
    So, apa yang dapat kita ambil hikmahnya? Masalah datang silih berganti. Ujian datang dan pergi. Tak ada yang abadi.
    Semua yang ada di dunia ini fana. Kesementaraanlah yang pasti. Karena satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian.
    Kalau mendapati berkah, jangan lengah. Karena kesialan menjadi pengiringnya.
    Kalau mendapati ujian, bersabarlah. Karena kebaikan menjadi penyelingnya.
    Teman, sadarkah kamu? Kesementaraan adalah kepastian. Karena semua yang ada di sekitar kita hanyalah fana.
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 25 Februari 2020

  • Rezeki yang Diacuhkan

    Rezeki.

    Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ini?
    Aku tak berhak menghakimi pendapatmu. Yang kuyakini, rezeki bukan hanya perihal uang.
    Waktu luang adalah rezeki. Anak adalah rezeki. Kesehatan adalah rezeki. Pekerjaan yang memberdayakan adalah rezeki. Nasabah yang loyal adalah rezeki. Rumah tangga yang harmonis adalah rezeki. Iman yang teguh adalah rezeki.
    Hidup ini kompleks, teman. Kita tidak bisa menilai segala sesuatu dari satu sudut pandang saja. Kita seharusnya memaknai semuanya secara global.
    Jadi, hilangkah keluh kesahmu. Jalani segala masalah yang menghadangmu. Karena kita serangkali mengacuhkan rezeki yang begitu melimpah.
    Rezeki memang misteri, teman. Tapi rezeki tak pernah tertukar.
    Tabik.
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 25 Februari 2020

  • Persembahan Tertinggi

    Hidup adalah persembahan.

    Bekerja, berumah tangga, & bersosial semuanya adalah “sesaji” untuk-Nya. Bukan karena dorongan ego, tekanan eksternal atau semata-mata demi manusia.
    Andaikata kita menyadari fitrah itu, tiada keluh kesah. Bila kita memahaminya, tiada resah. Pun tak ada ketakutan dan keraguan.
    Jika segala waktu, tenaga, pikiran, dan materi adalah persembahan untuk-Nya; bukankah kita mengupayakan yang terbaik? Karena semua yang kita berikan dinilai.
    Tempatkan diri Anda sebagai penerima hadiah, bukankah mendambakan yang paling berharga? Mana mungkin Anda mengharapkan pemberian yang ecek-ecek?
    Begitulah hidup. Sejatinya apa yang kita lalui adalah ujian yang mendorong kita untuk mempersembahkan. Apapun yang Anda kejar, cari dan perjuangkan tidak lain adalah “sesaji” untuk-Nya.
    Jadi, apa yang sudah, sedang dan akan Anda persembahkan?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 26 Februari 2020

  • Berkah dan Kutukan

    Netral. Itulah kata yang kuucapkan ketika memandang segala sesuatu.

    Ya, begitulah hidup. Segala peristiwa yang hadir pada diri kita sesungguhnya bersifat netral. Kitalah yang menghakimi, menilainya.
    Namun, bukan berarti kita seenaknya sendiri. Kita semestinya memakai nalar dan hati secara berimbang ketika menyikapi segala hal.
    Netralitaslah yang menawarkan berkah dan kutukan. Bagai koin bermata dua.
    Menjadi berkah jika kita menyikapi hidup ini sebagai persembahan kepada Tuhan dan diniatkan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain. Menjadi kutukan bila kita mengabaikan peran-Nya dan justru merugikan sesama.
    Berkah bisa dipancing. Kutukan bisa dibuat. Segalanya dimulai dari sendiri.
    Sudahkah Anda menyadarinya?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 26 Februari 2020

  • Menihilkan Ekspektasi

    Ekspektasi.

    Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata itu? Menghubungkannya dengan mimpi, sasaran atau target?
    Yang pasti, ekspektasi bisa menjadi sahabat untuk berprestasi jika dirimu pandai mengelolanya. Karena jika sebaliknya justru membawamu pada petaka.
    Pernahkah kamu merasa kecewa? Bukankan karena ada sesuatu yang tak sesuai dengan rencanamu?
    Pernahkah kamu menyesal? Bukankan karena kamu menangisi ekspektasi yang tak terwujud?
    Pernahkan kamu depresi hingga down? Apa ada hubungannya dengan ekspektasi?
    Jika kamu ingin berbahagia, nihilkan ekspektasimu. Lalu?
    Kerjakan apa saja sebaik mungkin. Terimalah segala masalah yang menghampiri tanpa syarat. Bersikaplah ikhlas.
    Siapkah kamu menihilkan ekspektasi?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 2 Maret 2020

  • Memilih Gaya Hidup

    Gaya hidup. Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata ini?

    Siapapun kamu, gaya hidup adalah identitasmu. Itu menggambarkan nilai-nilai yang kamu yakini.
    Ada orang penghasilannya relatif rendah tapi hidupnya bahagia. Sebaliknya, banyak orang kaya hidupnya tetap sengsara karena tidak bijak memilih gaya hidup.
    Nilai dirimu bukan ditentukan seberapa besar pendapatanmu. Tapi, itu ditentukan oleh seberapa banyak yang kamu berikan kepada sesama.
    Apa guna aset, tabungan, atau investasi jika kelak tak dibawa mati? Bukankah lebih baik dibagikan kepada orang-orang yang paling membutuhkan.
    Memilih gaya hidup itu gratis. Tapi, tidak dengan konsekuensinya.
    Sudahkah kamu memilih gaya hidupmu?  Kamu adalah majikan, bukan budak gaya hidupmu. Ingat itu baik-baik, teman!
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 2 Maret 2020