Author: Agung Wibowo

  • Mendobrak Batas: Strategi Kuliah Minim Biaya Dari Orang Tua

    Mendobrak Batas

    Kuliah memang bukan satu-satunya faktor yang menjamin kesuksesan seseorang.  Namun, kuliah ialah salah satu jalan terbaik untuk mengubah nasib.

    Perguruan tinggi ibarat kawah candradimuka untuk menaikkan “derajat”.  Baik dalam perspektif sosial, finansial, politik atau yang lainnya.

    Memang benar, banyak pengusaha sukses yang tidak menamatkan pendidikan tingginya. Sebut saja Steve Jobs (Apple), Michael Dell (Dell Technologies), Bill Gates (Microsoft), Mark Zuckerberg (Facebook), Larry Ellison (Oracle) dan seterusnya. Namun kalau boleh jujur, ada lebih banyak orang sukses  di semua bidang yang pernah merasakan bangku kuliah – terlepas mau menyelesaikannya atau keluar di tengah jalan.

    Sayangnya, biaya pendidikan tinggi tidak mudah. Sehingga, setiap tahunnya jutaan anak Indonesia mengubur mimpinya untuk menikmati perkuliahan.

    Buku ini hadir untuk memotivasi pembaca agar tidak cepat menyerah dalam memperjuangkan pendidikan tinggi.  Yaitu dengan memaparkan berderet strategi kuliah tanpa membebani orang tua. Mulai dari beasiswa, bekerja  dulu – kuliah kemudian, kuliah sambil kerja, pinjaman pendidikan dan sekolah kedinasan.

     

    Apa Yang Dibahas Dalam Buku Ini?

    • 31 Kisah Pejuang Diploma dan Sarjana Dari Sabang sampai Merauke
    • Jurus Meraih Beasiswa Penuh dan Parsial Dari Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi, Individu, dan Swasta
    • Tips Bekerja Lepas (dan Paruh Waktu) Sambil Kuliah
    • Rahasia Memilih Pinjaman Dana Pendidikan
    • Trik Menembus Sekolah Kedinasan

     

    Keunggulan Naskah

    • Menguraikan 5 strategi kuliah tanpa (atau minim) biaya orang tua yaitu beasiswa, pinjaman lunak, kerja sambil kuliah, kerja dulu-kuliah kemudian dan sekolah kedinasan. Karena selama ini buku yang ada di pasaran hanya fokus pada inspirasi beasiswa.
    • Memberikan motivasi kepada para lulusan SMA/sederajat untuk melanjutkan pendidikan Diploma dan Sarjana. Karena selama ini kebanyakan buku yang ada di pasaran fokus pada inspirasi mengejar S2 di luar negeri.
    • Menampilkan 31 profil para pejuang ilmu lintas jurusan, angkatan, dan perguruan tinggi dari seluruh Indonesia yang pernah kuliah tanpa (atau minim) biaya orang tua

     

    Testimoni

    “Pendidikan ialah hak semua anak bangsa. Namun, kita tidak serta-merta tanggungjawab dibebankan oleh pemerintah karena keterbatasan sumber daya. Buku ini menyadarkan kita untuk turut melunasi salah satu janji kemerdekaan.”

    Prof. Suyanto, Ph.D

    Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta

     

    “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita yakin dengan pertolongan Allah dan tujuan kita. Dobraklah batasmu hingga kamu tahu betapa luar biasanya potensi dalam diri. Semua pasti bisa kuliah.”

     Boimin

    Penerima Beasiswa LPDP & Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Pangan  University of Massachusetts (UMASS) Amherst, Amerika Serikat

     

    “Buku ini tidak mengajak kita untuk mengabaikan tetapi untuk memahami dan menyiasati batas. Bahwa hidup manusia memang ada keterbatasannya tetapi itu bukan alasan untuk berhenti dan menyerah. Buku ini mengajak para mutiara bangsa untuk melampaui batas itu dengan cara yang kreatif dan menginspirasi.”

    I Made Andi Arsana, PhD
    Head, Office of International Affairs  Universitas Gadjah Mada

     

    “Seperti yang mereka katakan, bakat didistribusikan secara merata, tetapi kesempatan tidak. Banyak anak muda Indonesia yang cemerlang tidak memiliki kesempatan untuk berkembang karena kurangnya akses informasi dan dukungan keuangan untuk menyelesaikan pendidikan tinggi. Sejak 2010, melalui pengembangannya di KampusGw.com dan banyak buku lainnya serta ceramah, Agung telah memberikan inspirasi dan motivasi kepada generasi muda untuk mengatasi hambatan dalam melanjutkan pendidikan tinggi. Dari cara mendapatkan beasiswa, bekerja sambil kuliah, memilih jurusan, pengembangan diri hingga manajemen karier. Buku ini memberikan informasi dan inspirasi yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang membutuhkannya, dan yang paling diuntungkan darinya.”

    Dr. James Gifford

    Pendiri dan mantan Direktur Eksekutif UN Principles for Responsible Investment  (UNPRI)

    Senior Fellow University of Zurich

     

    “Menurut saya #MendobrakBatas merupakan buku pedoman terlengkap yang mengenai strategi melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tanpa merepotkan atau membebani biaya orang tua. Harus dibaca, dituturkan kembali dan disebarluaskan kepada para calon pejuang penimba ilmu.”

    Naba Aji Notoseputro

    Founder BSI Group

  • Tentang Transisi

    Jalan-jalan ke Kotamubagu
    Sambil mengenalkan produk kamu

    Manfaatkan masa mudamu

    Sebelum datang masa tuamu
    Belanja manisan di Kota Malang
    Lalu berwisata ke Banyuwangi
    Waktu yang berlalu takkan terulang
    Memori yang terlewati tak kembali lagi
  • Demi Waktu

    Waktu. Kadang-kadang disebut masa. Baru-baru ini  — khususnya sejak menikah dan memiliki keturunan – saya makin menyadari bahwa waktu merupakan aset paling berharga dalam hidup.
    Kita mungkin bisa kehilangan uang. Entah karena bisnis bangkrut, ditipu orang, atau lantaran berbagai musibah lainnya. Namun, jika uang nihil dalam genggaman; kita masih bisa mengejarnya untuk kembali bahkan meningkatkan nilainya.
    Lalu, bagaimana dengan waktu?
    Sayangnya, waktu tak bisa diputar ulang seperti video. Hari yang telah kita lewati tak mungkin kita “perbaiki”. Yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan “sisa” waktu yang kita sendiri tidak pernah tahu berapa lama.
    Kabar baiknya. Tuhan begitu adil. Kita semua mendapatkan 24 jam perhari. Tidak lebih, tidak kurang. Meskipun di sisi lain kita tak pernah tahu berapa jatah waktu hidup di dunia.
    Ya, kematian memang misteri. Kita tak mungkin bisa mempercepat kedatangannya. Kita pun tak pernah bisa meminta penundaan.
    Jika sudah begini, apa yang masih kita banggakan?
    Waktu memang benar-benar  tak terbeli. Sekali ia berlalu, ia tak pernah bisa kembali.
    Waktu adalah saksi yang hakiki. Tentang bagaimana hidup kita isi.
    Waktuku, waktumu, waktu kita. Semuanya telah tertulis dalam suratan takdir-Nya.
    Demi waktu. Demi masa.
    Agung Setiyo Wibowo
    Mega  Kuningan, 5 September 2019
  • Guru, Pelajaran dan Sekolah yang Terberi

    Di dunia ini, segala sesuatu telah ditulis oleh-Nya. Dalam kehidupan ini, semuanya telah ada skenarionya. Jika kita percaya,
    Memang benar, kita bisa mengupayakan dalam tingkat tertentu. Sehingga, jika hasil usaha kita dianggap sesuai dengan harapan, kita seringkali begitu percaya diri. Dan merasa bahwa itu semua semata-mata karena kemampuan diri sendiri. Tak jarang, hal ini membuat kita jumawa.
    Di sisi lain, hidup  memang menawarkan paradoks. Kadang-kadang kita sudah berupaya mati-matian, jungkir balik untuk mengejar sesuatu. Tapi hasil di lapangan tidak sesuai dengan asa. Di titik tersebut, jika kita tidak memiliki iman justru membuat jiwa kita makin terbakar. Kita mungkin merasa menjadi orang paling gagal, menderita, apes, atau apapun itu namanya.
    Ya, itulah hidup. Sesungguhnya segala sesuatu yang ditawarkannya menghadirkan keseimbangan. Pahit manis, bahagia sedih, tangis tawa, dan seterusnya.
    Sadarkah kita bahwa segala orang yang kita jumpai adalah guru? Mungkin mereka seringkali menjengkelkan, memuakkan, atau membuat kita hancur berkeping-keping. Sebagian bisa jadi mengajarkan kita dengan cara yang lebih elegan, lebih santun. Namun yang pasti, setiap orang yang masuk ke dalam relung-relung kehidupan kita adalah guru terbaik yang terberi.  Mereka adalah orang-orang yang diutus Tuhan untuk menjadikan diri kita lebih baik.
    Ada yang datang menawarkan kritikan. Ada yang tiba-tiba hadir langsung menawarkan solusi. Ada yang bisa jadi bertubi-tubi menyajikan cibiran untuk kita.
    Begitu pun masalah yang datang menghampiri. Mereka adalah pelajaran terbaik yang membuat kita bertumbuh. Mereka adalah hikmah yang memang sengaja dirancang Tuhan untuk pengembangan diri kita.
    Tempat-tempat yang pernah kita singgahi pun. Mereka adalah sekolah kita sesungguhnya. Entah kita sadari atau tidak, setiap tempat adalah tempat pembelajaran dengan cara masing-masing.
    Guru yang terberi. Pelajaran yang terberi. Sekolah yang terberi. Mereka ada bukan tanpa maksud. Mereka hadir bukan karena kebetulan. Semua telah tertulis dalam agenda besar-Nya. Jika kita percaya.
    Agung Setiyo Wibowo
    Mega Kuningan, 9 September 2019
  • Segera Terbit: Quarter-Life Bliss

    Segera terbit QUARTER-LIFE BLISS!

    Kepo dengan kontennya?

    Izinkan aku untuk sedikit membocorkan ya.

     

    SINOPSIS

    Ketidakpastian membuat siapa pun gelisah. Itu persis dengan kamu yang di momen Hari Raya enggan untuk menjawab berderet pertanyaan klise seperti: “Kerja di mana sekarang?“, “Bisnis apa yang kamu geluti?”, “S2-mu jurusan apa?”, “Kok belum dibawa calonnya?”, “Kapan menikah?”, “Kapan memiliki anak?”, “Masih tinggal indekost atau sudah punya rumah sendiri?”, dan seterusnya.

    Rentang umur 20an dan 30an yang sarat dengan ketidakapastian ibarat pesawat terbang.  Kamu mengalami pergolakan yang luar biasa di sepanjang jalan. Mungkin ada badai atau cuaca buruk yang menghadang dari detik ke detik selama di angkasa.  Tetapi jika kamu bisa mengetahui cara menavigasinya, kamu dapat melewatinya dengan pengalaman penuh warna nan bermakna.

    Krisis seperempat baya ibarat perjalanan hidup yang melampaui waktu. Karena ketika kamu lulus dari sekolah, kamu meninggalkan satu-satunya kehidupan yang pernah kamu kenal. Yaitu kehidupan yang telah dikemas rapi dalam bongkahan-bongkahan berukuran semester dengan tujuan-tujuan yang terletak di dalamnya. Tiba-tiba, kehidupan nyata datang seiring dengan kelulusanmu dari bangku sekolah atau perguruan tinggi. Silabusnya hilang seketika.

    Ada hari, ada minggu. Ada bulan, ada tahun. Tetapi tidak ada cara yang jelas untuk mengetahui kapan atau mengapa satu hal harus terjadi. Ini bisa menjadi eksistensi yang membingungkan. Ini dapat menjadi kenyataan yang membuatmu galau tak berkesudahan. Karena kamu dihadapkan pada ketidakpastian, perubahan yang tiada habisnya, persimpangan yang seakan-akan tiada ujungnya, atau pilihan hingga keputusan yang tak ada rumus bakunya.

    Krisis seperempat baya adalah salah satu titik paling krusial dalam hidupmu. Di fase itulah dirimu dibenturkan, dibentuk, dan diwarnai oleh apa yang disebut dengan persimpangan dengan frekuensi tertinggi. Di masa itulah kamu dipaksa untuk membuat keputusan dan menentukan pilihan rumit yang kelak mengubah peta hidupmu. Itulah periode strategis ketika hal-hal yang kamu lakukan atau tidak lakukan berdampak dahsyat di sisa hidupmu.

                Quarter-Life Bliss memandumu untuk bermanuver dalam menghadapi krisis seperempat baya yang menguras emosi. Kamu tidak hanya diajak untuk menjelajahi dari dalam untuk mengenal jati diri, namun juga dipandu untuk menyadari apa yang benar-benar kamu inginkan dalam hidup. Sehingga, kamu bisa mendefinisikan apa yang disebut dengan kebahagiaan dan kesuksesan dengan versi sendiri. Harapannya hidupmu makin terarah, kariermu makin berkah, dan keberadaan dirimu makin berfaedah.

     

     QUARTER-LIFE BLISS –  Seni Menjadikan Seperempat Bayamu Terarah, Berkah, dan Berfaedah

    Jumlah Halaman        : 200+xx

    Target Pembaca         : 18-35 tahun

    Penerbit                      : Tiga Serangkai

    Tahun Terbit               : 2020

    Genre                          : Psikologi Populer, Pengembangan Diri, Self-Help

     

     

    TESTIMONI 

    “Buku ini penting dibaca oleh para fresh graduate yang masih galau dengan masa depannya. Masa transisi dari lulus kuliah hingga bekerja dan berumah tangga memang tidak mudah. Karena ada begitu banyak pilihan, persimpangan jalan, dan ketidakpastian yang sering membingungkan setiap individu. Banyak orang yang hanya jalan di tempat atau malah jatuh terjerembab. Buku ini mungkin tidak bisa menjadi obat instan, tapi setidaknya bisa dijadikan rujukan untuk menjadi pribadi yang lebih siap menghadapi berbagai tantangan dan menjadi baik.”

    Kemal E. Gani

    Group Chief Editor SWA Media Inc

     

    “Bagi Gen-Y yang lahir antara 1995 dan 2010 buku ini akan menjadi deja vu.  Harapan orang tua dan tekanan lingkungan bergaul Gen Y – khususnya di dunia Timur, penuh dengan tantangan yang cukup bikin resah.  Variasi anekdot di buku ini akan dapat memuluskan life journey mereka dan generasi selanjutnya pada fase Quarter-Life Bliss.”

    Irham Dilmy

    Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara 2014-2019

     

    “Sangat Segar dan menarik! Buku ini bisa menginspirasi semua pembaca untuk berkarier dan hidup dengan tujuan.”

    Roma Tampubolon

    CEO  StrengthsID

     

    “Kebanyakan  orang nampaknya  lebih  banyak  waktu  dalam  merencanakan liburan  daripada  merancang  kehidupan.  Buku  ini  membantu  orang-orang  yang  tengah mengidap  krisis usia 20an untuk  menjalani  transformasi  hidup  mereka.  Berikan Quarter-Life  Bliss  ini  kepada  kenalan  Anda  yang  ingin  memaksimalkan  usia  20an dan 30annya!”

    Teguh Eko Budiarto

    CEO Prosa.ai

     

    “Ditulis dengan sangat baik. Buku ini layak dijadikan pegangan wajib bagi siapa saja yang ingin mengarungi masa transisinya dengan menyenangkan.”

    Prof. DR. Irwandy Arif, MSc

    Guru Besar Teknik Pertambangan ITB

     

    “Saya sangat merekomendasikan Quarter-Life Bliss bagi siapa pun yang mencari pilihan terbaik untuk karier di masa depan. Mas Agung menggambarkan bagaimana Anda dipersilahkan untuk bisa melihat dari berbagai sudut pandang tentang diri kita. Anda akan belajar bagaimana mencari jati diri, bagaimana mengubah masalah menjadi peluang dan memanfaatkan peluang untuk menjadikan sesuatu yang berharga guna menjadikan Anda lebih baik.”

    Teguh Yoga Raksa
    HR Tech Enthusiast

    Human Capital Division Head PT DSN Tbk

     

    “Ini adalah kehidupan nyata, bukan kehidupan praktik untuk hidup. Penting untuk berhenti sejenak memikirkan apa yang benar-benar penting, apa yang benar-benar membuat bersemangat, dan kemudian merancang peta jalan yang bernama masa depan. Buku Agung ini adalah peta jalan itu. Ia membantu Anda menjelajahi jati diri, memberi Anda strategi, dan membeberkan latihan inovatif untuk menunjukkan Anda bagaimana menjadikan mimpi pribadi dan profesional menjadi kenyataan.”

    Prof. Dr. Ir. A.R. Adji Hoesodo SH, MH, MBA

    President GPU Singapura

  • Karma

    Hei, kamu.
    Apakah kamu pernah mendengar kata karma?
    Jika ya, percaya kah?
    Jika ya, apa alasannya?
    Jika tidak, apa yang menjadi faktornya?
    Saya sih percaya dengan karma.
    Dari kaca mata sains saja menguatkan loh. Jadi, karma itu semacam energi yang konon abadi. Energi hanya berubah bentuk, tidak hilang, tidak musnah.
    Jadi, jika kita suatu hari menaburkan kebajikan kepada si X senilai Y. Entah kita sadari atau tidak, kelak kita akan mendapati “balasan” yang setimpal. Mungkin bentuknya bisa Dewata ubah dalam bentuk lain. Penerimanya pun bisa jadi tidak langsung melalui diri kita. Bisa pasangan, anak, atau bahkan cucu.
    Karma, karma, karma.
    Jika apa saja yang kita lakukan kelak mendapatkan balasannya, masih beranikah kita mengingkari nurani?
    Jika apa pun yang kita tanam nanti akan kita panen, maukah kita menanam asal-asalan?
    Jika segala pikiran, tindakan, ucapan dan sikap kita ke depannya akan ditimbang; masihkah kita seenaknya sendiri?
    Karma. Mungkin di setiap kepercayaan bahasanya berbeda-beda. Namun yang pasti, hukum ini berlaku universal.
    Tak peduli siapa diri Anda, tidak ada orang yang “kebal” dengan hukum ini.
    Apa yang kamu tanam, kelak itulah yang akan kamu panen.
    Demi karma. Hidupmu, hidupku, hidup kita semua. Semua akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya.
    Agung Setiyo Wibowo
    Mega  Kuningan, 12 September 2019