Pernah nggak kamu merasa: “Aku sudah kerja keras, sudah pantang menyerah, tapi kok ya masih begini-begini saja?”
Atau pernah punya keyakinan: “Kalau aku bisa kontrol pikiran & emosiku, maka hidupku aman dan bahagia”?

Nah — di sini letak jebakannya: banyak dari kita tumbuh dengan mitos bahwa kontrol penuh terhadap pikiran dan perasaan adalah jalan ke kebahagiaan. Kita berpikir, kalau kita bisa “memastikan” pikiran positif terus bersinar, kalau kita bisa “menahan” emosi negatif agar tak muncul, maka kita aman.

Tapi Michael A. Singer dalam bukunya The Untethered Soul justru mengajak kita membantah mitos itu. Biarin saya cerita:

Misalnya kamu lagi galau, tiba-tiba pikiran buruk menyerang: “Apa aku memang nggak cukup?”, “Orang lain lebih hebat dari aku.” Di mitos kontrol, kita akan berontak melawan pikiran itu—menekan, menyalahkan diri, memaksa “stop” pikiran jahatnya. Tapi apa yang sering terjadi? Pikiran itu makin agresif, kamu stres, emosi makin memuncak.

Singer bilang: jangan melawannya — saksikanlah ia lewat, biarkan ia muncul, tapi jangan melekat. Kita bukan pikiran itu. Jika kita terlalu identifikasi dengannya, kita kehilangan pusat diri.

Jadi mitos dikutuk: bukan kontrol total terhadap pikiran & emosi, melainkan kesadaran & pelepasan

Bayangkan kamu berada di tepi sebuah sungai yang deras. Di atas sungai itu mengalir daun-daun, ranting, bahkan sampah. Kamu berdiri di tepian, memandang sungai itu. Daun dan ranting bergerak mengikuti arus. Kalau kamu mencoba mengejar daun, mendorongnya, atau menangkapnya, kamu capek sendiri—daun itu tetap mengikuti arus.

Tapi kalau kamu tetap di tepian, mengamati daun lewat tanpa bereaksi, kamu tenang. Kamu sadar: sungai itu mengalir sendiri; daun itu hanyalah bagian dari alurnya.

Dalam analogi ini:

  • Sungai = kesadaran / diri sejati

  • Daun / ranting = pikiran, emosi, kejadian luar

  • Dirimu yang berdiri di tepian = “aku sadar yang mengamati”

Tugas kita: jangan terbawa setiap daun, jangan mengejar atau menolak daun, tapi tetap tinggal di tepian — menjadi saksi, tetap hadir. 


Inti Pelajaran dari The Untethered Soul

Berikut poin-poin penting yang saya timba dari buku ini, lengkap dengan struktur, narasi, dan aplikasi:

Poin Utama Inti Ajaran & Insight Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari
Menjadi Saksi atas Pikiran / “The Voice Inside Your Head” Kita punya dialog batin yang nonstop. Tapi ada kita yang mendengar dialog itu. Bukan semua pikiran itu “kamu”. Latihan “berjarak”: ketika pikiran negatif muncul, katakan dalam hati: “Oh, itu cuma pikiran yang lewat.” Jangan ikut larut. Mulai meditasi pendek 5 menit per hari untuk membangun kemampuan observasi.
Energi Batin & Blockage (Blokade Energi) Ada sumber energi batin yang mengalir jika hati dan pikiran tak diblok. Tapi ketika kita menutup diri (takut, membela diri, menyimpan dendam), energi itu terhambat. Saat kamu merasa “berat”, “stuck”, hati terasa sesak — itu tanda blokade. Latih diri untuk “melepas”—menangis, menulis jurnal, meditasi, berbicara dari hati. Katakan: “Aku melepaskan ketakutan ini.”
Tendency to Close (Kecenderungan Menutup Diri) Saat rasa sakit muncul, naluri kita adalah menutup hati—agar nggak terluka lagi. Tapi itu malah menghambat pertumbuhan. Ketika situasi sulit datang (konflik, kritik, kehilangan), jangan langsung “pasang dinding”. Coba tarik napas panjang, rileks, biarkan rasa itu muncul lalu lepas perlahan.
Letting Go Now or Fall (Melepas Sekarang atau Jatuh ke Dalamnya) Semakin lama kita menahan sesuatu, semakin besar kemungkinan kita “jatuh” ke pola negatif yang lebih dalam. Segera kenali ketika pikiran emosional memancingmu, lalu lepaskan dulu — jangan menunggu sampai meledak.
Menjadi Diri yang Lebih Luas dari Identitas Semu (Transcending Self-Concepts) Apa yang kamu anggap “aku”: nama, pekerjaan, kisah hidup, pikiran — itu semua palsu dalam arti sempit. Diri sejati lebih besar daripada identitas mental kita. Saat kamu merasa tertekan oleh status, reputasi, ekspektasi, ingat: kamu bukan “pekerjaanmu”. Latih kebebasan internal: bertindak meski tanpa gelar, menjadi autentik tanpa perlu pengakuan luar.
Contemplating Death (Merenungkan Kematian) Menyadari bahwa hidup ini fana bisa menjadi pemutar ulang: apa yang kalau kamu tahu waktunya terbatas, mau kamu ubah? Senin pagi misalnya, pikirkan: “Jika ini minggu terakhirku, apa yang aku lakukan?” Jadikan itu bahan prioritas. Jangan tunda bicara, melakukan impian, segera hidupkan momen.
The Middle Way (Jalan Tengah / Nonresistance) Jangan ekstrem ke reaksi (menolak) ataupun negasi (menahan). Jalan tengah: menerima — bukan pasif, tapi aktif melepas resistensi. Dalam konflik: jangan melawan atau berdendam, tapi hadapi dengan hati terbuka (tanpa meledak). Dalam keberhasilan: jangan terjebak euforia, tetap seimbang.

Izinkan saya berbagi sebuah cerita kecil:

Beberapa tahun lalu, saya sedang menghadapi proyeksi penting di kantor. Ada tekanan besar, ekspektasi tinggi, dan keraguan batin muncul: “Apakah aku pantas? Bagaimana kalau gagal?” Pikiran itu mendera: “Kamu bodoh,” “Kamu kurang siap,” “Orang lain pasti lebih baik.”

Biasanya, saya akan memaksa diri positif, menyuruh diri “semangat, jangan menyerah”, atau bahkan mengabaikan rasa takut itu. Tapi dari The Untethered Soul, saya belajar pendekatan baru.

Waktu pikiran negatif muncul, saya berhenti. Saya duduk diam selama 2 menit, tarik napas, dan berkata dalam hati: “Oke, ini cuma pikiran. Aku yang mengamatinya.” Saya biarkan rasa takut hadir, membiarkannya “mengalir” lewat. Saya tidak melawannya, tidak memaksanya hilang. Lalu saya mengalihkan fokus: apa langkah kecil yang bisa saya kerjakan sekarang?

Ternyata, energi saya pulih. Ketakutan menjadi bahan motivasi, bukan menggagalkan. Proyek itu berjalan — bukan mulus sempurna, tapi saya terasa lebih ringan, lebih sadar, dan lebih damai.

Itu bukan kekuatan orang yang “sempurna”, tapi kekuatan orang yang bisa melepas & tetap bertindak

 Bagaimana Cara Menerapkan dalam Kehidupan Kita )

Berikut langkah strategis agar pelajaran dari The Untethered Soul bukan sekadar gagasan, tapi nyata dalam hidupmu:

A. Latihan Harian: Menjadi Pengamat Pikiran

  • Setiap hari, sisihkan 5–10 menit untuk “diam” — duduk, tutup mata, hanya mendengar pikiran datang dan pergi.

  • Tanamkan kebiasaan berkata/ingat: “Ini pikiran, bukan aku.”

  • Jika kamu kesulitan, gunakan aplikasi meditasi, audio pembimbing, atau video napas sederhana.

B. Catatan Emosi & Pelepasan

  • Siapkan jurnal kecil. Ketika ada emosi berat (marah, sedih, takut), tuliskan — apa yang muncul, bagaimana rasanya.

  • Setelah menulis, lakukan ritual pelepasan: tarik napas dalam, katakan “Aku melepaskan ini”, lipat kertasnya, atau hancurkan secara simbolik.

C. Momen Respon vs Reaksi

  • Sebelum merespon (komentar, balas chat, ambil keputusan), berhenti sejenak: lihat perasaan yang muncul, biarkan berlalu sedikit.

  • Pastikan kamu bertindak dari ruang tenang, bukan ruang terpancing emosi.

D. Prioritaskan “Apa yang Benar-benar Penting”

  • Gunakan momen contemplation death secara periodik (bulanan / tahunan). Tanyakan: jika waktu terbatas, apa yang mau aku lakukan?

  • Susun prioritas berdasarkan jawabannya — yang bersifat makna, bukan sekadar urgensi dunia luar.

E. Keseimbangan & Nonresistance

  • Dalam proyek / target: jangan push diri ke ekstrem ego. Jangan menyerah ketika hambatan datang.

  • Latih fleksibilitas: jika sesuatu gagal, lepas ego agar bisa adaptasi.

  • Dalam hubungan: jika ada konflik, coba terbuka. Jangan menyangkal emosi, tapi jangan juga “melompat ke reaksi destruktif”.

Kenapa Ini Berkontribusi ke Sukses & Kebahagiaan

Mungkin kamu bertanya: “Oke, semua ini “spiritual”. Tapi di dunia nyata — karier, relasi, target — apa dampaknya?”

Berikut beberapa dampak yang saya alami / observasi:

  • Ketenangan internal → keputusan lebih jernih. Saat pikiran tak terlalu gaduh, kamu bisa melihat situasi dengan lebih objektif, sehingga keputusan tak didorong panik atau ego semata.

  • Berani mengambil risiko & gagal dengan lapang. Kalau identitasmu tak tergantung pada hasil, maka kegagalan bukan akhir dunia — dia bagian dari proses.

  • Relasi lebih autentik. Kamu tak butuh “topeng” agar disukai, karena kamu sadar siapa dirimu. Orang merasakan kejujuran itu.

  • Fokus pada hal yang bermakna. Dengan merenung arti kehidupan, kamu memilih proyek, relasi, kegiatan yang menyentuh jiwa — bukan sekadar “status”.

  • Energi tak terkuras oleh konflik internal. Ketika kamu tak terus-menerus melawan pikiran & emosimu sendiri, banyak energi yang bisa dialihkan ke kreativitas, kerja, inspirasi.

Jadi bukan hanya “tenang batin”, ini mendasari kekuatan untuk berprestasi dan merasakan kebahagiaan.

Penutup

Kawan, saya nggak datang sebagai guru suci. Saya datang sebagai teman yang juga sering “dilempar kehidupan”. Buku seperti The Untethered Soul membuka mata saya bahwa kadang kita terlalu sibuk “mengendalikan” diri kita sendiri, hingga lupa bahwa kita punya dasar kesadaran yang lebih besar dari kontrol itu.

Saya ingin kamu tahu: rasa takut, kegelisahan, kritik dalam pikiran—itu bukan kesalahanmu. Tapi kalau kamu terus hidup membiarkannya menguasai, kamu kehilangan ruangmu yang paling damai.

Jadi, yuk sama-sama:

  • Berani menjadi saksi diri sendiri.

  • Melepaskan yang harus dilepas.

  • Melangkah meskipun belum sempurna.

  • Hidup dari pusat kesadaranmu sendiri.

Semoga tulisan ini bergema sedikit saja di hatimu — dan membuka jalan baru agar kamu bisa sukses dan bahagia, bukan salah satu saja.


Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:

#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #TheUntetheredSoul #MichaelSinger #KecerdasanEmosional #PengembanganDiri #Mindfulness

Comments

2 responses to “Melepaskan Itu Bukan Kalah, Tapi Cara Baru Menang”

  1. Paulus Pangka Avatar
    Paulus Pangka

    Sungguh Tulisan Motivasi yg menggairahkan hidup dan membangkitkan semangat yg kadang rapuh, ditengah gelombang hidup yg selalu datang dan pergi
    Tq Pak Agung Wibowo.
    Salam Prestasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *