Pernah nggak sih lo ngerasa hidup tuh kadang berat banget tanpa alasan yang jelas? Kayak ada “beban” yang nempel di punggung lo, padahal kalau ditanya, secara logika, semua aman-aman aja. Lo punya kerjaan oke, circle lumayan suportif, hidup di era modern yang katanya serba mudah—tapi tetap aja ada rasa kosong, rasa cemas, atau bahkan rasa bersalah yang nggak bisa lo jelasin.

Gue pernah ngerasain itu. Dan itu bikin gue frustrasi.

“Apa gue terlalu lemah ya?

Apa gue terlalu drama?”

Gue sempat nyalahin diri sendiri. Sampai akhirnya gue nemuin buku It Didn’t Start with You karya Mark Wolynn.

Dan jujur, buku ini ngebuka mata gue.

Hidup Itu Kayak Software yang Kadang Masih Ada Bug

Bayangin gini. Hidup kita itu kayak smartphone. Kelihatan modern, canggih, kece, tapi kadang masih suka nge-lag, tiba-tiba error, atau stuck di satu aplikasi. Padahal kita ngerasa nggak ngapa-ngapain yang bikin error itu muncul.

Nah, menurut Wolynn, error itu bisa jadi “warisan” dari software lama—alias trauma generasi sebelumnya. Kayak ada bug yang belum pernah diperbaiki, terus diwarisin dari nenek moyang kita ke generasi sekarang. Kita jadi kayak mewarisi “kode error” yang bukan salah kita, tapi tetap kebawa. 

Sering banget kita denger nasihat mainstream: “Udah, lupain aja masa lalu. Move on. Fokus ke hal-hal positif.”

Kedengarannya manis. Tapi kenyataannya? Nggak semudah itu, Ferguso.

Wolynn nunjukin lewat riset ilmiah—termasuk bidang epigenetika—bahwa trauma nggak cuma berhenti di satu generasi. Perasaan takut, rasa bersalah, atau kehilangan bisa “nyangkut” di memori biologis kita. Jadi meskipun kita pengen move on, tubuh kita kadang masih menyimpan “memori” yang bikin kita stuck.

Itulah kenapa ada orang yang selalu takut gagal padahal nggak pernah bener-bener gagal gede. Atau ada yang merasa nggak layak dicintai padahal hubungannya baik-baik aja.

Jadi jelas ya, mitos “cukup positif thinking aja” itu nggak cukup. Ada kerjaan lebih dalam yang harus kita lakukan.

Kalau luka itu bukan dimulai dari kita, berarti… seberapa banyak cerita keluarga kita yang sebenarnya masih hidup dalam diri kita?

Inti Pelajaran dari It Didn’t Start with You

Buku ini ngajarin kita tiga hal penting:

1. Trauma Bisa Diwariskan Tanpa Kata-Kata

Kadang orang tua kita nggak pernah cerita soal masa lalunya. Tapi tubuh mereka menyimpan luka—dan kita tanpa sadar menyerap itu.

Contoh sederhana: seorang kakek pernah kehilangan harta bendanya karena perang. Anaknya lahir dengan kecemasan soal uang. Lalu cucunya—yang mungkin udah hidup mapan—masih ngerasa “nggak pernah cukup” meski saldo rekening aman.

Kita sering salah paham, ngira itu sifat bawaan. Padahal bisa jadi itu jejak trauma yang diwariskan.

2. Kita Bisa Putus Rantai Itu

Wolynn ngajarin konsep core language: kata-kata atau pola kalimat yang sering kita ulang tanpa sadar, yang sebenarnya petunjuk dari luka yang diwarisin. Misalnya, sering bilang:

  • “Gue takut ditinggalin.”

  • “Gue kayaknya nggak pantas dapet kebahagiaan.”

  • “Hidup gue kayak nggak pernah cukup.”

Kalau lo aware, kata-kata itu bisa jadi pintu masuk untuk memahami luka lama. Dan dari situ, kita bisa mulai proses healing—dengan terapi, journaling, meditasi, atau sekadar berani ngobrol terbuka tentang sejarah keluarga.

3. Sukses & Bahagia Itu Butuh Rekonsiliasi dengan Masa Lalu

Kalau lo pengen bahagia, sukses, bahkan punya hubungan yang sehat, lo nggak bisa pura-pura buta sama masa lalu keluarga. Justru dengan menerima dan memahami, lo jadi bisa ngelepas.

Bayangin kayak lo punya koper lama yang berat banget. Selama ini lo pikul kemana-mana, bikin capek. Tapi pas lo buka, ternyata isinya bukan punya lo—punya orang lain. Tugas lo bukan bawa terus, tapi balikin koper itu ke pemiliknya.

Contohnya? Ada temen gue yang selalu cemas banget tiap ngomongin karier. Dia udah punya kerjaan bagus, tapi masih suka panik, takut kehilangan, takut miskin. Pas ditelusuri, ternyata bokapnya pernah ngalamin PHK besar-besaran tahun 90-an, dan kakeknya bangkrut karena politik zaman dulu.

Dia nggak pernah ngalamin langsung. Tapi cemas itu kayak diwarisin. Begitu dia sadar pola itu bukan sepenuhnya “milik dia,” dia mulai bisa pelan-pelan ngelepas. Dia journaling, terapi, dan akhirnya lebih berani ambil keputusan besar tanpa dihantui rasa takut berlebihan.

Cara Menerapkannya dalam Hidup

Oke, sekarang lo mungkin mikir: “Terus gue harus ngapain dong?”

Ini beberapa langkah yang bisa lo coba:

  1. Perhatikan “Core Language” Lo
    Coba sadarin kalimat-kalimat negatif apa yang sering lo ulang. Itu bisa jadi sinyal.

  2. Ngobrol sama Keluarga
    Kalau memungkinkan, tanya cerita lama. Kadang ada puzzle yang bikin “klik” setelah lo tau sejarah keluarga.

  3. Journaling & Refleksi
    Tulis perasaan lo. Kadang dengan nulis, pola yang nggak kelihatan jadi lebih jelas.

  4. Cari Bantuan Profesional
    Kalau luka terlalu dalam, jangan ragu ke psikolog atau terapis. Nggak usah gengsi.

  5. Practice Self-Compassion
    Ingat, kalau lo ngerasa stuck atau sedih, itu bukan kelemahan lo. Bisa jadi itu “warisan” yang lo lagi coba putuskan rantainya.

Kenapa ini penting untuk kesuksesan dan kebahagiaan kita?

Karena sukses itu bukan cuma soal skill atau kerja keras. Kalau ada luka batin yang diwarisin, lo bisa sabotase diri sendiri tanpa sadar.

  • Lo pengen sukses, tapi selalu ragu ambil peluang.

  • Lo pengen hubungan sehat, tapi selalu takut ditinggalin.

  • Lo pengen bahagia, tapi merasa nggak layak.

Dengan memahami pola ini, lo bisa buka jalan buat hidup lebih ringan. Dan trust me, begitu beban itu dilepas, energi lo buat berkembang jadi jauh lebih besar.

Kesimpulan

Jadi, kalau lo pernah ngerasa hidup berat tanpa alasan, mungkin jawabannya sederhana: It didn’t start with you. Tapi kabar baiknya, lo bisa bikin itu berakhir dengan lo.

Lo bisa jadi generasi yang putus rantai, yang nggak cuma sembuh buat diri sendiri, tapi juga buat generasi setelah lo.

Sekarang pertanyaannya: lo berani nggak buka koper tua itu, dan milih buat nggak bawa lagi?


Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:

#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #ItDidntStartWithYou #MarkWolynn #PersonalGrowth #HealingJourney #TraumaHealing #LinkedInIndonesia #Leadership #MentalHealthAwareness #GenerationalHealing #SuksesBahagia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *