Jujur aja, ada masa dalam hidup gue di mana gue mikir, “Kalau duit gue udah cukup, pasti gue bakal lebih bahagia, lebih produktif, dan lebih gampang semangat kerja.”
Ternyata… itu nggak sepenuhnya benar.
Gue pernah dapet bonus gede di satu project. Rasanya? Seneng banget… tapi cuma bertahan seminggu. Setelah itu, mood gue balik lagi ke baseline: kerja, capek, rutinitas. Motivasi gue nggak jadi lebih stabil, malah kadang makin kosong. Kayak, “Oke, duit udah ada, terus apa?”
Selama ini kita dikasih mindset: kalau mau orang kerja lebih keras, kasih mereka insentif. Kalau mau performa meningkat, kasih bonus. Kalau mau anak belajar rajin, kasih hadiah.
Masalahnya? Pola pikir itu udah jadul.
Bener, insentif materi bisa bikin orang bergerak cepat… tapi cuma sesaat. Begitu reward-nya hilang, motivasi juga ikut menguap. Malah kadang jadi bumerang: orang jadi cuma mau bergerak kalau ada iming-iming uang.
Kalau gitu, apa sih yang sebenarnya bikin kita long-lasting motivated? Apa yang bikin orang bisa semangat terus, bahkan ketika nggak ada bonus, nggak ada applause, nggak ada sorotan?
Di sinilah gue ketemu insight keren dari buku Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us karya Daniel H. Pink. Buku ini mindblowing banget karena ngasih jawaban yang nggak mainstream. Pink bilang: motivasi manusia di era modern bukan lagi soal reward & punishment, tapi ada tiga hal kunci yang jauh lebih kuat:
-
Autonomy (Kebebasan)
-
Mastery (Keahlian)
-
Purpose (Tujuan Hidup)
Mari kita kupas satu per satu.
1. Autonomy – Butuh Ruang untuk Mengatur Diri Sendiri
Coba bayangin: lo dikasih target gede banget sama bos, tapi setiap detil kerjaan lo diatur. Jam segini harus begini, cara ngerjain harus persis kayak gini, nggak boleh improvisasi.
Apa yang lo rasain? Frustrasi.
Sebaliknya, kalau lo dikasih trust: “Ini goal yang harus dicapai. Caranya, gue serahin ke lo.” Rasanya? Lebih percaya diri, lebih bebas, dan lebih kreatif.
Itulah autonomy. Kita lebih termotivasi ketika punya kontrol atas cara kita bekerja, kapan kita bekerja, dan dengan siapa kita bekerja.
Misalnya, Google pernah bikin eksperimen “20% time” — karyawan dikasih waktu 20% dari jam kerja mereka untuk ngerjain project apa pun yang mereka mau. Dari situ lahirlah Gmail, Google Maps, dan Google News. Kalau nggak dikasih autonomy? Bisa jadi ide-ide itu nggak pernah lahir.
Aplikasi buat hidup kita:
-
Kalau lo pengusaha, kasih tim lo ruang untuk eksplor ide.
-
Kalau lo karyawan, carilah role yang ngasih lo fleksibilitas lebih, bukan cuma gaji gede.
-
Kalau lo orang tua, kasih anak lo kesempatan pilih cara belajar, bukan sekadar dipaksa hafalan.
2. Mastery – Naluri untuk Jadi Lebih Baik
Motivasi terbesar manusia sering kali bukan untuk dapet hadiah, tapi buat ngerasain progress. Kita seneng banget kalau skill kita meningkat, kalau hari ini kita lebih jago dibanding kemarin.
Masalahnya? Banyak orang stuck karena mereka udah puas di zona nyaman. Padahal, mastery itu proses tanpa akhir. Selalu ada ruang buat jadi lebih baik.
Contohnya? Liat aja atlet e-sport. Mereka bisa latihan 10 jam sehari bukan karena ada duit instan, tapi karena mereka pengen push skill mereka ke level yang lebih tinggi. Rasa puas ketika naik rank atau menguasai teknik baru itu priceless.
Aplikasi buat hidup kita:
-
Jangan cuma kejar hasil, nikmati proses belajar.
-
Pecah target besar jadi milestone kecil, biar progress lebih kerasa.
-
Invest waktu buat upgrade diri, meski nggak langsung ada reward finansial.
3. Purpose – Tujuan yang Lebih Besar dari Diri Sendiri
Nah, ini yang paling powerful. Kita semua butuh alasan lebih besar buat apa yang kita lakuin. Duit bisa bikin kita survive, tapi purpose bikin kita alive.
Kalau lo kerja cuma buat gaji, lo gampang capek. Tapi kalau lo kerja karena ngerasa sedang bikin impact buat orang lain, energi lo nggak habis-habis.
Contohnya? Liat para tenaga medis waktu pandemi. Banyak dari mereka kerja gila-gilaan, dengan resiko tinggi, bahkan tanpa kompensasi yang sebanding. Kenapa mereka tetep jalan? Karena mereka punya purpose: nyelamatin nyawa.
Aplikasi buat hidup kita:
-
Tanyain ke diri lo: “Gue kerja ini buat apa? Buat siapa?”
-
Temukan benang merah antara passion lo dengan kontribusi buat orang lain.
-
Purpose itu bukan soal besar kecilnya impact, tapi seberapa meaningful buat lo pribadi.
Menghubungkan Tiga Elemen
Autonomy bikin kita bebas, mastery bikin kita tumbuh, purpose bikin kita merasa hidup. Kalau tiga ini ketemu dalam hidup kita, motivasi jadi stabil dan sustainable.
Bayangin lo punya pekerjaan yang:
-
Ngebebasin lo bereksperimen (autonomy),
-
Ngasih tantangan buat upgrade skill (mastery),
-
Dan punya makna buat orang banyak (purpose).
Itu kombinasi motivasi ultimate. Dan kabar baiknya, setiap orang bisa nyari atau nyiptain kombinasi ini dalam hidupnya.
Jadi . . .
Yang bikin hidup lebih berenergi justru ketika kita punya ruang buat milih (autonomy), tantangan buat berkembang (mastery), dan alasan kenapa kita harus terus jalan (purpose).
Sekarang kalau gue lagi ngerasa stuck, gue coba cek:
-
Apakah gue kehilangan autonomy?
-
Apakah gue berhenti belajar sesuatu yang bikin gue berkembang?
-
Apakah gue lupa tujuan gue?
Biasanya salah satu dari tiga ini yang bikin motivasi gue drop. Dan begitu gue align lagi, semangat balik.
Jadi, kalau hari ini lo lagi ngerasa kehilangan semangat, coba jangan buru-buru nyalahin kurangnya reward atau gaji. Bisa jadi, yang hilang adalah autonomy, mastery, atau purpose dalam hidup lo.
Kalau tiga ini lo temuin lagi, trust me—energi lo bakal jauh lebih stabil, hidup lebih bahagia, dan sukses jadi efek sampingnya.
Dan buat lo yang pengen terus upgrade diri, salah satu cara paling ampuh adalah lewat menulis. Karena menulis itu bukan cuma soal menuangkan ide, tapi juga melatih clarity, membangun legacy, dan menguatkan purpose. Gue udah bantu banyak decision maker dan public figure menemukan suara autentiknya lewat tulisan. Siapa tau, next project bisa bareng lo?
Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:
Leave a Reply