Gue pernah ketemu seseorang yang hidupnya kelihatan rapi banget di LinkedIn.
Follower banyak.
Postingan rame.
Karier naik terus.
Orang-orang bilang dia “kerja keras banget,” “pintar networking,” “strateginya bagus,” dan segala pujian yang biasa kita dengar.
Sampai satu hari dia cerita langsung ke gue — dengan nada lirih tapi jujur:
“Gung… gue tuh cuma kerja keras sedikit. Sisanya hoki.
Bos gue dulu resign mendadak.
Klien besar datang ke gue gara-gara salah kirim email.
Postingan viral pertama gue? Itu juga ketekan upload nggak sengaja.”
Dan yang bikin gue speechless adalah kalimat lanjutannya:
“Orang pikir gue strategis. Padahal banyak hal itu terjadi tanpa gue kontrol.”
Di situ gue diem.
Karena di kepala gue muncul satu kesadaran sederhana:
Kita sering salah menilai kesuksesan orang lain — dan kesuksesan diri kita sendiri.
Dan buku The Success Equation karya Michael J. Mauboussin adalah buku yang ngejelasin fenomena itu dengan cara yang bikin gue mikir ulang banyak hal dalam hidup.
Mari kita jujur sebentar.
Di LinkedIn, di seminar, di video motivasi — orang suka banget bilang kesuksesan adalah hasil skill, kerja keras, disiplin, strategi, konsistensi… pokoknya semua hal yang terlihat keren.
Keberuntungan?
“Ah, itu cuma excuse orang gagal.”
Padahal Mauboussin bilang:
Ini bukan berarti skill nggak penting.
Justru sebaliknya.
Skill itu fondasi.
Tapi luck adalah pengungkit.
Dan yang bikin banyak orang insecure adalah ini:
Kita hanya melihat hasil, bukan proporsi skill vs luck di baliknya.
Orang yang hoki bisa kelihatan “lebih jago.”
Orang yang jago bisa kelihatan “kurang usaha.”
Orang yang biasa aja bisa tiba-tiba meledak kariernya.
Orang yang kerja keras bisa tetap stagnan.
Mauboussin bilang:
“Jangan salah menilai hasil sebagai cerminan skill. Lihat prosesnya.”
Dan ini, kalau jujur, bikin kita ngerasa agak lega.
Karena artinya…
Kesuksesan tidak sepenuhnya di tangan kita — dan kegagalan juga tidak sepenuhnya salah kita.
Bayangin gini.
Ada dua orang kompetitif:
si A jago banget strategi lempar koin, si B biasa aja.
Mereka lomba siapa yang dapat gambar paling banyak.
Tapi… lempar koin itu 50% peluang.
Jadi bisa terjadi:
-
Si B menang telak → bukan karena lebih jago, tapi karena hoki.
-
Si A kalah → bukan karena nggak kompeten, tapi karena probabilitas.
Mauboussin bilang:
Dalam bisnis, karier, bahkan hubungan — kita bisa “meningkatkan peluang,” tapi nggak bisa “menentukan hasil final.”
Nah, kesalahan banyak orang adalah:
❌ Mengira hasil itu 100% skill
❌ Merasa gagal kalau hasilnya nggak sesuai
❌ Menganggap orang lain lebih sukses karena mereka “lebih pintar”
Padahal sering kali…
➡️ Mereka cuma dapat giliran hoki duluan.
➡️ Kamu dapat giliran belakangan.
➡️ Atau giliran kamu belum datang — tapi akan datang.
Pelajaran Besar dari The Success Equation
Gue rangkum jadi 5 insight yang paling ngena buat gue pribadi.
1. Fokus ke Proses, Jangan Terobsesi Hasil
Banyak hal di luar kontrol kita:
ekonomi, algoritma, bos resign, klien pindah, timing buruk, pandemi, tren industri.
Tapi yang bisa kita kontrol adalah:
-
skill kita
-
pilihan tindakan kita
-
effort kita
-
etika kita
-
cara kita upgrade diri setiap hari
Mauboussin bilang:
“Hasil = Skill + Luck. Tapi proses 100% dalam kendali kita.”
Dan itu cukup buat bikin hidup lebih tenang.
2. Skill Naik → Pengaruh Luck Jadi Lebih Besar
Ini kontra-intuitif banget.
Semakin banyak orang jago di bidang yang sama,
semakin besar peran luck.
Contoh:
-
Semua pemain NBA jago → pembedanya: momentum & timing.
-
Semua top trader pintar → pembedanya: market luck.
-
Semua pelamar kerja berprestasi → pembedanya: cocok-cocokan.
Jadi jangan heran kalau dua orang sama-sama bagus,
tapi hasilnya beda jauh.
Kadang ya…
giliran keberuntungannya beda.
3. Keberuntungan Bisa Dibangun (Yes, Seriously)
Mauboussin bilang:
Hoki bukan sesuatu yang datang tiba-tiba.
Hoki datang ke orang yang terus muncul di momen yang tepat.
Cara bikin diri “lebih sering hoki”:
-
banyak ketemu orang
-
banyak coba hal baru
-
sering pitching
-
kirim DM
-
rajin posting
-
visible
-
aktif di komunitas
-
punya reputasi baik
Kesempatan muncul karena kamu menyediakan permukaannya.
4. Orang Sering Terkecoh dengan ‘Outcome Bias’
Ini yang paling bahaya.
Kita sering menilai sesuatu berdasarkan hasil, bukan kualitas keputusan.
Padahal:
Keputusan bagus + timing buruk → hasil jelek
Keputusan jelek + timing hoki → hasil bagus
Itulah kenapa kita sering iri dengan orang yang kelihatannya “sukses padahal biasa aja.”
Dan kadang kita merendahkan diri sendiri padahal kita sedang membangun fondasi besar — hanya saja hasilnya belum nongol.
5. Yang Terpenting: Bangun Hidup yang Kita Pilih, Bukan Hidup yang Kita Bandingkan
Ketika kita memahami proporsi skill dan luck,
kita akan lebih:
-
rendah hati
-
legowo
-
berhenti overthinking
-
berhenti membandingkan
-
lebih fokus ke kontrol diri
-
lebih damai menjalani proses
Hidup jadi lebih ringan.
Lebih manusiawi.
Dan lebih bahagia.
Penerapannya dalam Hidup Sehari-Hari
Berikut versi aplikatifnya — bahasa simpel, to the point.
1. Jangan bandingkan highlight orang dengan behind-the-scenes diri kita
Kadang orang sedang hoki.
Kadang lagi rezekinya.
Kadang sedang momentum.
Kita nggak tahu ceritanya.
2. Mainkan permainan jangka panjang (compound luck)
Lebih banyak mencoba → lebih banyak peluang → lebih banyak momen hoki.
3. Upgrade skill supaya peluang yang datang bisa ditangkap
Hoki tanpa skill = momen lewat begitu saja.
Skill tanpa hoki = progress lambat tapi stabil.
Gabungan keduanya = boom.
4. Rayakan kemajuan, bukan hanya kemenangan
Karena progress itu skill.
Hasil itu campuran banyak hal.
5. Most importantly: Amor Fati
Cintai jalanmu, lengkap dengan keberuntungan dan ketidakberuntungannya.
Karena hidup bukan permainan satu ronde.
Hidup itu maraton probabilitas.
Penutup
Setelah baca The Success Equation, gue jadi lebih damai menjalani hidup.
Gue paham bahwa:
-
Kita nggak bisa mengontrol segalanya.
-
Kita bisa memperbesar peluang.
-
Kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita.
-
Kita bisa mencintai proses — amor fati.
Dan yang terpenting:
Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:
Leave a Reply