Banyak orang masih percaya sama mitos klasik ini: “Kalau lo kerja keras, pasti sukses. Orang pasti akan notice.”
Sounds familiar kan?

Sayangnya, itu nggak sepenuhnya benar. Dunia sekarang terlalu bising, bro. Terlalu banyak orang juga kerja keras, bahkan lebih keras dari lo. Bedanya, ada yang terlihat, ada yang tenggelam. Dan yang terlihat—bukan selalu yang paling jenius atau paling rajin—tapi yang punya platform.

Nah, di sinilah letak permainan. Lo bisa jago banget di bidang lo, tapi kalau nggak ada “panggung” tempat lo nunjukin value, lo bakal jadi hidden gem. Indah, tapi nggak ada yang nemuin.

Michael Hyatt dalam bukunya Platform: Get Noticed in a Noisy World langsung nendang mitos itu. Dia bilang: kerja keras perlu, skill perlu, tapi platform lah yang bikin lo benar-benar didengar.

Bayangin lo nyanyi di sebuah festival musik. Lo punya suara emas, pitch perfect, dan lagu lo ngena banget. Tapi… lo nyanyi tanpa mikrofon. Sementara band lain, mungkin nggak se-perfect lo, tapi mereka nyanyi pakai sound system yang kenceng, lighting megah, dan panggung gede.

Pertanyaan gue: penonton bakal lebih ingat siapa?
Ya jelas, yang punya panggung.

Platform itu ibarat mikrofon lo. Lo bisa punya suara paling tulus sekalipun, tapi tanpa platform, lo cuma jadi pengamen yang suaranya kalah sama bisingnya kendaraan.

Gue pernah ada di fase ini. Kerja keras, bikin karya, ngasih value, tapi semuanya sepi-sepi aja. Nggak ada yang notice, nggak ada yang angkat.

Gue inget banget dulu, gue nulis panjang lebar, full research, tapi views-nya bisa dihitung jari. Rasanya kayak nembak orang tapi nggak pernah dapat balasan.

Sampai akhirnya gue sadar: bukan soal konten gue jelek, tapi gue nggak punya platform. Gue sibuk bikin sesuatu, tapi nggak nyediain panggung buat orang lain bisa nemuin gue.

Dan yang lebih sakit? Ketika orang lain yang mungkin effort-nya biasa aja tapi tampilannya lebih “terlihat”, malah lebih dulu diundang, didengar, dihargai.

Pernah ngalamin?

Jadi, Mau Sampai Kapan Teriak di Ruang Hampa?

Serius deh, coba lo tanya diri sendiri: “Kalau hari ini gue ngeluarin karya, siapa aja yang bakal notice? Berapa banyak yang bakal nyebarin?”

Kalau jawabannya: “Ya paling temen dekat gue doang,” berarti lo lagi nyanyi tanpa mikrofon.
Dan itu sayang banget. Karena bisa jadi value lo justru lebih dibutuhin orang banyak.

Apa yang Gue Pelajari dari Platform dan Kenapa Itu Penting

Michael Hyatt ngajarin kita, platform itu bukan cuma soal branding. Itu strategi hidup. Karena dunia ini nggak cuma kompetitif, tapi juga bising. Jadi lo butuh cara buat stand out.

Biar gampang, gue breakdown jadi 5 pelajaran besar yang gue dapet:

1. Mulai dari Produk yang WOW

Platform tanpa isi = kosong. Hyatt bilang: “Start with something remarkable.”

Artinya, sebelum lo teriak-teriak minta didengar, pastiin dulu lo beneran punya sesuatu yang layak didengar.

Contoh nyata: Apple nggak bakal sebesar sekarang kalau produknya nggak wow. Orang bisa bilang marketing mereka jago, tapi kalau iPhone isinya sampah, ya nggak akan sustain.

Aplikasi buat kita:

  • Kalau lo penulis → pastiin tulisan lo bener-bener insightful.

  • Kalau lo entrepreneur → pastiin produk lo beneran nyelesain masalah orang.

  • Kalau lo profesional → pastiin kerjaan lo punya standar tinggi.

Platform cuma akan mempercepat reputasi lo. Kalau value lo jelek, reputasi jelek lo juga yang makin cepat tersebar

2. Bangun Rumah Digital Sendiri

Hyatt bilang: jangan cuma numpang di “rumah orang lain” kayak IG, TikTok, atau LinkedIn. Lo perlu “rumah digital” sendiri, entah itu blog, website, atau newsletter.

Kenapa? Karena algoritma itu kayak cuaca. Berubah-ubah dan lo nggak bisa kontrol. Tapi kalau lo punya rumah sendiri, lo bisa bikin rules lo sendiri.

Contoh: Banyak creator panik waktu reach IG anjlok. Tapi yang punya blog atau list email, mereka tetap bisa nyampein pesan ke audiensnya.

Aplikasi buat kita:

  • Lo bisa mulai dari blog sederhana.

  • Atau minimal, bikin LinkedIn Newsletter (kayak yang lo baca sekarang).

  • Jadi, orang punya alasan buat balik ke lo, bukan cuma nunggu algoritma kasih mereka.

3. Konsistensi itu Mata Uang

Gue paling kena di poin ini. Hyatt bilang: “Consistency builds trust.”

Percuma lo muncul sekali viral, terus ilang lagi. Platform itu soal hadir terus-menerus. Konsistensi bikin orang percaya, dan kepercayaan itu bikin orang akhirnya jadi fans, bukan cuma penonton lewat.

Analoginya: bayangin kalau barista kopi favorit lo kadang buka, kadang nggak. Lo bakal males balik. Tapi kalau dia konsisten buka tiap hari jam segini, lo jadi percaya.

Aplikasi buat kita:

  • Pilih ritme yang realistis. Misalnya: nulis seminggu sekali.

  • Jangan terlalu muluk-muluk di awal, tapi pelan-pelan tambah intensitas.

  • Ingat: lebih baik konsisten kecil-kecilan daripada jor-joran sekali lalu ghosting. 

4. Bangun Relasi, Bukan Hanya Audience

Hyatt juga bilang, platform itu bukan soal jumlah follower, tapi kualitas hubungan.

Lo bisa punya 1 juta follower, tapi kalau mereka cuma jadi penonton pasif, itu bukan platform—itu sekadar papan iklan.
Tapi kalau lo punya 1.000 orang yang bener-bener engage, itu udah lebih kuat.

Aplikasi:

  • Jangan cuma broadcast. Balas komentar, engage, ngobrol.

  • Jangan gengsi buat reach out. Networking itu bagian dari platform.

  • Ingat, platform terbaik adalah yang bikin orang merasa dilihat, bukan cuma lihat lo.

5. Jadilah Otentik: People Buy You, Not Just Your Work

Hyatt bilang, orang connect sama manusia, bukan brand steril.

Gue pribadi dulu sering takut buat kelihatan vulnerable. Takut dibilang nggak expert. Tapi kenyataannya, audiens justru lebih connect kalau lo jujur tentang struggle lo. Karena mereka juga manusia, bukan robot.

Aplikasi:

  • Share story lo, bukan cuma pencapaian lo.

  • Tunjukin sisi gagal lo juga, bukan cuma highlight reel.

  • Bikin orang ngerasa: “Wah, gue nggak sendirian ternyata.”

Platform Itu Bukan Soal Terkenal, Tapi Soal Didengar di Momen yang Tepat

Lo mungkin mikir: “Gue nggak mau jadi seleb, ngapain bikin platform?”
Tapi percaya deh, platform itu bukan soal ketenaran. Ini soal survival di dunia modern.

Bayangin lo lagi cari kerja. CV lo bagus banget, tapi nggak ada yang notice. Dengan platform, lo bisa bikin recruiter nemu lo duluan.
Bayangin lo punya bisnis kecil. Dengan platform, lo bisa bikin produk lo lebih dipercaya.
Bayangin lo punya pesan penting. Dengan platform, lo bisa bikin suara lo nyampe lebih jauh.

Jadi, sebenernya pertanyaannya bukan: “Perlu nggak sih gue bikin platform?”
Tapi: “Mau sampai kapan gue kerja keras tanpa mikrofon?”

Gue percaya, setiap orang punya sesuatu yang layak didengar. Tapi semua itu cuma bisa sampai kalau lo punya platform.

So, mulai aja dari langkah kecil. Tulis. Share. Bangun “panggung” lo sendiri. Karena dunia nggak bakal tiba-tiba notice lo kalau lo nggak bikin diri lo terlihat.


Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:

#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #Platform #PersonalBranding #Storytelling #MichaelHyatt #LinkedInTips #GenZMindset #SuccessMindset #CareerGrowth #SelfDevelopment #GetNoticed

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *