Jujur aja, gue pernah ngerasa kayak hidup ini dikelilingi orang yang “nggak nyambung.”

Lo juga pernah ngalamin nggak?

Misalnya, lo udah jelasin instruksi sejelas mungkin, eh rekan kerja lo malah ngerjain hal yang beda total.

Atau lo cerita panjang lebar ke pasangan, tapi responnya kayak “Oke” doang, dingin banget.

Pernah juga, waktu gue lagi sibuk-sibuknya, ada orang yang minta tolong hal remeh temeh, bikin gue mikir: “Serius, lo nggak bisa handle sendiri?”

Rasanya frustrasi. Capek. Kadang bikin pengen nyalahin orang lain.

Tapi ternyata, masalahnya bukan mereka. Bukan dunia yang salah. Bukan karena semua orang di sekitar kita “idiot.”

Masalahnya… ada di gue.

Gue yang nggak ngerti gimana cara komunikasi yang nyambung sama orang lain.

Gue yang masih pakai kacamata sendiri, berharap semua orang ngerti cara gue mikir.

Jadi, kalau lo ngerasa dikelilingi “idiot”, jangan-jangan sebenarnya lo cuma belum ngerti cara mereka?

Nah, di sinilah Surrounded by Idiots karya Thomas Erikson jadi eye-opener banget buat gue.

Apa Sih Buku Ini?

Buku ini ngenalin kita ke model komunikasi berbasis warna:

  • Merah → Dominan, tegas, pengen cepat, suka kontrol.

  • Kuning → Ekstrovert, kreatif, penuh ide, gampang excited.

  • Hijau → Santai, penyabar, supportif, nggak suka konflik.

  • Biru → Analitis, detail, perfeksionis, butuh data jelas.

Nah, setiap orang biasanya punya warna dominan, tapi bisa kombinasi. Dan konflik sering muncul bukan karena niat jahat, tapi karena perbedaan gaya komunikasi ini. Kalau lo pernah ikutan asesmen kepribadian DISC, lo pasti paham hehe.

Insight yang Gue Pelajari

1. Gue Sering Salah Kaprah

Dulu gue sering mikir orang yang slow itu malas. Padahal bisa jadi mereka tipe hijau, yang memang butuh waktu buat mikir dan nggak nyaman dipaksa buru-buru.

Atau, gue suka bete sama orang yang bawel ide mulu tapi nggak eksekusi. Padahal mereka tipe kuning, yang memang dapet energi dari eksplorasi, bukan eksekusi.

Jadi, bukan salah mereka. Gue aja yang maksa semua orang harus “nyambung” sama gaya gue.

2. Bahagia Itu Bisa Dimulai dari Paham Orang Lain

Ketika gue mulai ngerti “warna” orang lain, hidup jadi lebih ringan. Gue nggak gampang tersinggung, nggak gampang nyalahin, dan lebih bisa lihat sisi positif orang lain.

Contoh: rekan kerja gue yang tipe biru, awalnya gue anggap terlalu ribet karena suka detail banget. Tapi ketika gue sadar itu kekuatan dia, gue jadi appreciate. Gue biarin dia cek detail, sementara gue fokus ke gambaran besar. Alhasil, hasil kerjaan tim malah lebih solid.

Bahagia itu ternyata sesederhana: berhenti maksa orang jadi kayak lo. 

3. Kunci Komunikasi: Ngomong dengan Bahasa Mereka

Bayangin lo ke luar negeri tapi maksa semua orang ngerti bahasa Indonesia. Susah kan? Nah, komunikasi juga gitu. Lo harus belajar bahasa mereka.

Kalau sama merah → langsung ke poin inti aja dah.
Kalau sama kuning → kasih ruang buat ide liar mereka.
Kalau sama hijau → jangan bikin mereka mepet waktu.
Kalau sama biru → kasih data dan bukti jelas.

Dan gue ngerasain banget: ketika lo ngomong dengan bahasa mereka, semua jadi lebih lancar. Konflik berkurang, kerjaan lebih cepat, hubungan lebih hangat. 

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Di Kantor

  • Merah: Bos lo mungkin tipe merah. Kalau lo laporan panjang bertele-tele, dia bakal kesel. Jadi, kasih summary dulu, baru detail kalau ditanya.

  • Kuning: Rekan kerja kuning itu asik buat brainstorming. Jangan matiin ide mereka dulu, tampung aja, baru filter belakangan.

  • Hijau: Anak tim yang hijau butuh reassurance. Jangan asal push, tapi kasih dukungan. Mereka loyal banget kalau udah percaya.

  • Biru: Kalau mau approval dari orang biru, siapin data lengkap. Jangan pake kalimat “kayaknya” atau “feeling gue.”

Di Rumah

Bila pasangan lo tipe Biru

Mereka butuh kepastian, detail, dan konsistensi.

  • Jangan cuma bilang “Aku sayang kamu.” Tunjukin lewat aksi nyata: pulang tepat waktu, selalu kabarin kalau telat.

  • Mereka suka kalau lo inget hal-hal kecil: selera makanan, cara mereka lipat baju, atau bahkan posisi gelas favorit.

  • Konsistensi bikin mereka merasa aman dan dihargai.

Bila anak lo tipe Kuning

Anak kuning itu ceria, penuh ide, gampang heboh.

  • Jangan marah kalau mereka sering gonta-ganti aktivitas atau janji mereka nggak ditepati (misal: janji beresin mainan, tapi malah bikin mainan baru). Itu bagian dari excitement mereka.

  • Dukung imajinasi mereka, ajak ngobrol tentang ide-ide aneh sekalipun.

  • Yang penting, kasih mereka ruang untuk berekspresi tanpa terlalu banyak larangan.

Bila orang tua lo tipe Hijau

Mereka sabar, tenang, nggak suka ribut.

  • Kalau ada beda pendapat, jangan langsung ngegas. Ngomong pelan, kasih waktu buat mereka mikir.

  • Mereka lebih bahagia kalau lo sering nemenin tanpa harus ada agenda. Sekadar duduk bareng, ngobrol santai, atau nemenin nonton TV.

  • Buat mereka, kehadiran lo jauh lebih berharga daripada hadiah mewah.

Bila saudara (atau pasangan juga bisa) lo tipe Merah

Mereka tegas, cepat, dan maunya jelas.

  • Kalau minta tolong, jangan bertele-tele. Langsung ke inti: “Tolong jagain anak sebentar jam 5 sore, ya.”

  • Mereka suka kalau keputusan di rumah cepat diambil, misalnya pilih tempat liburan, menu makan, atau jam berangkat.

  • Mereka respect kalau lo berani jujur dan tegas, bukan mengulur-ulur.

Sama Diri Sendiri

Yang menarik, kita juga bisa paham kelemahan diri sendiri. Gue pribadi ada campuran kuning–hijau.

  • Kelebihannya, gue gampang akrab sama orang, fleksibel, dan bisa bikin suasana adem.

  • Tapi kekurangannya, kadang gue terlalu menghindari konflik, nggak enakan, dan gampang ke-distract sama hal-hal seru yang lewat.

Dengan sadar itu, gue belajar buat lebih tegas kalau harus ambil keputusan, dan lebih fokus kalau lagi ngerjain sesuatu. Jadi, sisi kuning-hijau gue tetap jadi kekuatan, tapi nggak bikin gue kejebak kelemahannya.

Bahagia Itu Tentang Nyambung, Bukan Menang

Akhirnya gue sadar: banyak orang nggak bahagia bukan karena kurang duit, kurang sukses, atau kurang cinta… tapi karena komunikasinya macet.

Kita terlalu sibuk pengen dimengerti, tapi lupa buat berusaha ngerti.

Padahal, hidup jadi jauh lebih adem kalau kita bisa nyambung dengan orang lain, apa pun warnanya.

Jadi . . .

Surrounded by Idiots ngajarin gue hal paling mendasar tapi sering kita lupa: manusia itu beda-beda, dan itu bukan masalah—itu justru kekayaan.

Bahagia bukan berarti semua orang harus jadi kayak lo. Bahagia adalah ketika lo bisa hidup bareng orang lain, paham bahasa mereka, dan saling melengkapi.

Dan siapa tahu, ketika lo berhenti mikir “gue dikelilingi idiot,” lo justru nemuin bahwa lo dikelilingi guru.


Nah, bagaimana dengan diri lo? Sudah dapet banyak manfaat dari LinkedIn belum? Sudah tahu cara main LinkedIn yang efektif? Sudah paham jurus jitu dapet kerjaan tanpa melamar, dapet klien tanpa pitching, dapet orderan tanpa jualan, dapet investor tanpa proposal, atau dapet mitra bisnis tanpa menawarkan diri? Ikutin solusi gue ini:

 

#LinkedInHacks #LinkedInStorytelling #LinkedInThatWorks #Networking #PersonalBranding #SurroundedByIdiots #CommunicationSkills #Leadership #SelfAwareness #PersonalGrowth #LinkedInNewsletter #Storytelling #LifeLessons

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *