“Gue sih udah baca Rich Dad, Poor Dad! Cuma… emang bener ya, jadi kaya harus begini?”
Pertanyaan itu mungkin sering muncul di pikiran kamu. Buku Rich Dad, Poor Dad karya Robert Kiyosaki memang jadi salah satu buku finansial yang paling banyak dibaca. Meskipun udah lebih dari 20 tahun sejak pertama kali diterbitkan, pesan-pesan di dalamnya masih relevan banget, lho! Bukan cuma buat pengusaha, tapi juga buat karyawan, mahasiswa, atau bahkan masyarakat umum yang pengen banget punya financial freedom.
Kiyosaki mengajarkan kita tentang mindset, yaitu cara kita berpikir tentang uang, kekayaan, dan investasi. Tapi… apa sih sebenarnya yang bisa kita pelajari dari buku ini, dan gimana sih penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama di Indonesia? Yuk, kita bahas!
1. Kaya itu soal Mindset, Bukan Penghasilan
Gini, dalam Rich Dad, Poor Dad, ada dua karakter yang jadi representasi dari dua jenis mindset tentang uang: si “Rich Dad” (ayah dari teman Kiyosaki) dan “Poor Dad” (ayah kandung Kiyosaki). Si “Poor Dad” cenderung melihat uang sebagai sesuatu yang harus dicari lewat kerja keras, jam kerja panjang, dan stabilitas pekerjaan. Sementara si “Rich Dad” lebih memandang uang sebagai alat untuk menciptakan lebih banyak uang, lewat investasi dan pemanfaatan aset.
Menurut riset dari Harvard Business Review, mindset orang kaya memang berbeda. Orang kaya lebih fokus pada pemikiran “bagaimana cara uang bekerja untuk saya”, sedangkan orang biasa lebih banyak berpikir “bagaimana saya bekerja untuk uang”. Konsep ini dibuktikan dalam banyak studi yang menunjukkan bahwa orang yang punya mindset kaya lebih cenderung berinvestasi dan mengelola uang dengan cara yang cerdas dan berkelanjutan.
Best Practice: Bagi kamu yang masih bekerja sebagai karyawan atau bahkan mahasiswa, jangan pernah berpikir bahwa “kerja keras” adalah satu-satunya kunci sukses. Cobalah untuk berpikir bagaimana kamu bisa mulai membuat uangmu bekerja untukmu. Misalnya, dengan memulai investasi kecil-kecilan atau belajar tentang pengelolaan keuangan yang lebih cerdas. Coba mulai belajar investasi saham atau properti—dua hal yang sudah banyak dicontohkan oleh orang-orang sukses di Indonesia!
Case Study: Banyak pengusaha sukses di Indonesia yang memulai dari usaha kecil-kecilan dan akhirnya berkembang menjadi bisnis besar. Contoh nyata adalah Cemilan Garuda yang dulu hanya dimulai dari bisnis rumahan, tapi kini jadi salah satu merek terkenal di pasar snack Indonesia. Mereka berhasil memanfaatkan aset (dalam hal ini, produk) dan kemudian mengembangkan bisnis lewat strategi distribusi yang cerdas.
2. Pendidikan Keuangan itu Penting, Sekali!
Buku ini juga menekankan bahwa pendidikan formal itu penting, tapi pendidikan keuangan lebih penting lagi. Sayangnya, di banyak sekolah dan universitas, kita nggak diajarkan tentang cara mengelola uang. Banyak dari kita cuma diajar buat jadi good employees, bukan good investors atau entrepreneurs.
Menurut laporan dari OECD, meskipun banyak negara maju yang sudah mulai memasukkan literasi keuangan dalam kurikulum mereka, di Indonesia sendiri, literasi keuangan masih tergolong rendah. Dalam riset OJK, hanya 38% orang Indonesia yang cukup memahami konsep dasar tentang investasi dan pengelolaan keuangan.
Best Practice: Mulai deh belajar tentang bagaimana cara mengelola uang dari sekarang. Buat yang masih mahasiswa, kamu bisa mulai dengan mengelola uang saku dan belajar menyisihkan sebagian buat investasi jangka panjang. Buat yang udah kerja, cobalah untuk belajar cara mengelola penghasilanmu dengan bijak—misalnya dengan membuat anggaran, menyisihkan dana darurat, atau belajar investasi.
Lessons Learned: Banyak orang yang merasa “terlambat” mulai belajar tentang keuangan, padahal semakin cepat kamu memulai, semakin banyak waktu yang kamu punya untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan peraturan pasar yang selalu berubah. Misalnya, beberapa orang yang sudah mulai belajar saham sejak kuliah dan konsisten berinvestasi kini bisa menikmati hasilnya di usia muda.
3. Menghargai Aset, Bukan Hanya Penghasilan
Salah satu hal yang paling mengubah cara pandang saya setelah membaca buku ini adalah pemahaman tentang aset dan liabilitas. Kiyosaki bilang, “Aset itu sesuatu yang menghasilkan uang, sedangkan liabilitas itu sesuatu yang mengeluarkan uang.” Artinya, kalau kamu membeli barang mewah seperti mobil atau rumah besar tanpa berpikir untuk menjadikannya sumber penghasilan, itu bisa jadi liabilitas. Sebaliknya, kalau kamu membeli properti yang bisa disewakan atau saham yang menghasilkan dividen, itu adalah aset.
Best Practice: Cobalah untuk mulai berinvestasi di aset yang bisa menghasilkan cashflow, bukan hanya beli barang yang nilainya menurun. Misalnya, kamu bisa mulai dengan investasi properti kecil, membeli saham dengan dividen tinggi, atau bahkan berinvestasi di reksadana yang relatif lebih mudah diakses oleh masyarakat umum di Indonesia.
Case Study: Di Indonesia, ada banyak contoh orang yang membeli rumah dan kemudian menyewakannya untuk mendapatkan passive income. Seperti cerita tentang seorang pengusaha properti yang membeli tanah murah di daerah pinggiran kota, kemudian membangun kos-kosan. Saat ini, dia memiliki beberapa properti yang memberikan penghasilan pasif tiap bulan. Langkah-langkah seperti ini yang bisa dicontoh, meski tentu harus dengan pertimbangan matang dan analisis pasar yang baik.
3 Takeaway yang Bisa Kamu Ambil:
- Mindset itu Kunci – Kaya bukan soal penghasilan, tapi bagaimana cara kamu mengelola dan memanfaatkan uang.
- Pendidikan Keuangan Itu Penting – Mulai belajar tentang literasi keuangan sejak dini, nggak cuma fokus pada kerja keras.
- Aset Lebih Penting dari Penghasilan – Mulai beli aset yang bisa menghasilkan uang, jangan terjebak dengan liabilitas yang justru menguras uangmu.
Nah, jadi kamu yang ingin mencapai financial freedom ala Rich Dad, bisa mulai dari mana saja! Yang penting adalah mindset yang benar, pendidikan keuangan, dan mulai menciptakan aset. Jangan lupa, kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat, klik like, komen, atau share ke teman-teman kamu yang butuh insight serupa!
Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Leave a Reply