“Eh, lo pernah denger gak sih tentang buku Thinking, Fast and Slow? Gua baru aja selesai baca, dan, bro, ini bikin gue mikir ulang tentang cara kita bikin keputusan.”
“Yang itu ya? Yang ditulis oleh Daniel Kahneman? Gila sih, dia dapet Nobel Ekonomi gara-gara riset ini!”
“Yoi, itu! Buku ini ngajarin kita gimana otak kita bisa jadi super cepat atau malah super lambat dalam ngambil keputusan. Ini penting banget buat pengusaha, karyawan, mahasiswa, apalagi kita yang sering dihadapkan dengan keputusan berat tiap hari.”
Buku yang Mengubah Cara Pandang Kita tentang Pengambilan Keputusan
Buku Thinking, Fast and Slow karya Daniel Kahneman ini bukan cuma buat orang yang suka baca buku berat atau canggih-canggih. Sebaliknya, buku ini bisa banget dipahami sama siapa aja, bahkan lo yang sering stuck ngambil keputusan dalam hidup, karier, atau bisnis. Kahneman, seorang psikolog yang berhasil meraih Nobel Ekonomi, mengungkap bahwa manusia punya dua cara berpikir: System 1 dan System 2.
System 1 adalah cara berpikir instan dan otomatis—biasanya cepat, tanpa kita sadari. Ini kayak ketika lo ngeliat wajah temen lo dan langsung tahu kalau dia lagi kesel. Lo nggak mikir panjang, kan? Cuma click aja, “Oh, dia marah.”
Sedangkan System 2 adalah cara berpikir yang lebih lambat, analitis, dan membutuhkan usaha. Kayak ketika lo harus menghitung pajak atau analisis pasar buat keputusan bisnis. Ini lebih dalam, tapi makan waktu.
Pengusaha dan Karyawan: Waspadai Bias yang Bisa Merugikan
Bagi pengusaha dan karyawan, System 1 ini seringkali membuat kita terjebak dalam bias—kesalahan berpikir yang bisa merugikan keputusan kita. Misalnya, bias confirmation bias, di mana kita cenderung mencari informasi yang mendukung pandangan kita dan mengabaikan yang bertentangan. Ini bisa bikin lo salah langkah dalam memilih strategi bisnis atau mengambil keputusan penting.
Contoh nyata? Pernah denger cerita tentang perusahaan Kodak yang gagal beradaptasi dengan digitalisasi? Mereka terlalu bergantung pada System 1 yang melihat film tradisional sebagai produk utama mereka, dan mengabaikan sinyal-sinyal dari System 2 yang memperingatkan bahwa digitalisasi akan menjadi masa depan. Alhasil, Kodak tenggelam.
Best Practice: Cobalah untuk melatih System 2 lebih sering. Misalnya, sebelum lo ambil keputusan besar dalam bisnis atau pekerjaan, coba tulis dulu semua alasan dan data yang ada. Jangan hanya berpegang pada intuisi cepat yang kadang bisa menyesatkan.
Mahasiswa: Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Buat mahasiswa, buku ini ngajarin kita bahwa System 1 bisa jadi teman yang ngeselin banget. Misalnya, saat ujian, kita sering keburu-buru jawab soal karena ngerasa udah tahu jawabannya. Padahal, System 2 yang lebih teliti justru yang lebih membantu lo ngingetin bahwa mungkin lo salah paham soal pertanyaannya.
Studi Kasus: Di dunia akademik, banyak mahasiswa yang gagal karena terburu-buru tanpa berpikir panjang. Coba deh ingat, pernah gak sih lo jawab soal ujian hanya karena “feeling” aja? Nah, itulah bias dari System 1.
Lesson Learned: Latih System 2 lo! Ketika lagi belajar atau ujian, usahakan untuk selalu mikir dua kali sebelum ngasih jawaban. Jangan keburu-buru ngasih jawaban yang menurut lo udah bener tanpa analisis lebih lanjut.
Masyarakat Umum: Jangan Terjebak dalam Keputusan Instan
Buku ini juga ngajarin kita tentang cara berpikir yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam memilih produk atau layanan, kita sering banget terjebak dalam keputusan cepat yang seolah-olah udah tepat. Misalnya, iklan yang mengatakan “produk ini terbaik di pasaran” atau “promo terbatas, beli sekarang!” Bisa jadi, itu cuma tipu daya yang memanfaatkan System 1 kita yang cenderung mengambil keputusan cepat.
Contoh kasus di Indonesia, banyak orang yang tergoda membeli produk gadget terbaru hanya karena iklan atau karena teman-teman mereka juga beli, padahal mereka belum butuh banget. Keputusan itu seringkali diambil tanpa analisis lebih lanjut—cuma berdasarkan insting dan tekanan sosial.
Best Practice: Sebelum membeli sesuatu atau mengambil keputusan penting, tanya dulu diri lo sendiri: Apakah ini keputusan yang dilandasi oleh fakta atau cuma perasaan instan?
Penutup: Lebih Bijak dalam Memilih, Lebih Cermat dalam Keputusan
Jadi, dari buku Thinking, Fast and Slow, kita bisa belajar bahwa dalam setiap langkah hidup, ada System 1 yang membuat kita cepat mengambil keputusan, dan ada System 2 yang butuh waktu lebih lama tapi bisa membawa hasil yang lebih matang. Untuk pengusaha, karyawan, mahasiswa, atau siapapun, penting banget untuk sadar kapan kita harus menggunakan kedua sistem ini. Kalau terlalu sering andalkan System 1, kita bisa jadi lebih sering salah pilih. Namun, kalo System 2 dipakai terlalu sering tanpa aksi, kita juga bisa terjebak dalam overthinking.
Ayo, coba lebih bijak dalam keputusan sehari-hari. Jangan biarkan bias dan keputusan instan merugikan lo! Semoga insight dari buku ini bisa jadi bekal berharga. Kalau lo merasa artikel ini bermanfaat, jangan lupa like, komen, atau share ke temen-temen lo ya!
Leave a Reply