Tag: kebahagiaan

  • Menyiapkan Anak untuk Sukses dan Bahagia: Sebuah Kisah Orang Tua yang Bijak

    Mari kita mulai cerita ini dengan sebuah pertanyaan sederhana, namun begitu dalam: Apa yang benar-benar kita inginkan untuk anak-anak kita? Jika kita jujur, mungkin jawabannya adalah gabungan dari dua hal: kita ingin mereka sukses dan bahagia. Kedua hal ini seringkali dianggap sama, padahal sebenarnya berbeda.

    Bayangkan seorang anak, sebut saja namanya Dika, yang suatu sore bertanya pada orang tuanya, “Ma, Pa, apakah aku harus selalu menjadi yang terbaik agar bisa bahagia?” Pertanyaan ini menghentikan langkah orang tuanya. “Hmm… mengapa, Nak?” tanya sang ibu dengan lembut.

    “Aku dengar temanku bilang, kalau kita gak jadi juara atau gak masuk sekolah favorit, kita gak akan bahagia.”

    Dika adalah anak yang cerdas, namun mungkin seperti banyak anak-anak lainnya, ia sudah merasakan tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik sejak kecil. Orang tuanya pun mulai menyadari bahwa ada yang harus diubah.

    Bahagia dan Sukses Bukanlah Dua Hal yang Sama

    Dalam mendidik anak, sering kali kita terpaku pada tolak ukur “sukses” yang kaku: nilai akademis yang tinggi, masuk sekolah favorit, atau mendapat pekerjaan dengan gaji besar. Namun, penelitian dari Harvard Study of Adult Development, salah satu studi terpanjang tentang kebahagiaan, menunjukkan bahwa kesuksesan eksternal sering kali tidak menjamin kebahagiaan. Penelitian ini justru menekankan pentingnya hubungan baik dan kesehatan mental dalam mencapai kebahagiaan sejati.

    Di Jepang, misalnya, ada fenomena karoshi, atau kematian akibat kerja berlebihan. Para pekerja ini mungkin “sukses” di mata masyarakat, tetapi di balik semua pencapaian tersebut, ada harga yang harus dibayar. Banyak dari mereka terjebak dalam tekanan untuk sukses dan kehilangan keseimbangan hidup.

    Kembali ke Indonesia, kita bisa belajar dari kisah keluarga sederhana yang berhasil membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih dan kebijaksanaan. Ibu Sri, seorang ibu rumah tangga dari Yogyakarta, memiliki dua anak yang kini sukses di bidangnya masing-masing. Namun, kesuksesan mereka tidak hanya dinilai dari posisi atau gaji, melainkan dari kebahagiaan dan kedewasaan yang mereka capai.

    “Saya selalu mengajarkan anak-anak saya untuk menghargai proses,” ujar Ibu Sri. “Saya beritahu mereka bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keikhlasan akan membawa mereka ke jalan yang baik, walaupun hasilnya kadang tak seperti yang kita inginkan.” Kedua anaknya kini menjadi sosok yang dicintai dalam komunitas mereka dan menjalani kehidupan yang penuh makna. Mereka sukses, tapi yang terpenting, mereka bahagia.

    Mengubah Paradigma — Dari IQ ke EQ

    Pada tahun 1995, seorang psikolog bernama Daniel Goleman mempopulerkan konsep Emotional Intelligence (EQ) atau kecerdasan emosional. Goleman menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sering kali lebih berpengaruh terhadap kebahagiaan dan kesuksesan jangka panjang dibanding IQ (Intelligence Quotient). Banyak penelitian mendukung pandangan ini, termasuk sebuah studi dari Stanford University yang menemukan bahwa 85% kesuksesan dalam hidup bergantung pada keterampilan sosial dan kemampuan memahami diri sendiri, bukan sekadar nilai akademis.

    Anak yang memiliki EQ tinggi cenderung lebih mampu mengelola stres, membangun hubungan yang kuat, dan menghadapi kegagalan dengan lebih baik. Mereka belajar untuk mengenali dan mengelola emosi, serta memahami perspektif orang lain — keterampilan yang penting untuk menghadapi kehidupan nyata.

    Langkah-langkah Praktis dalam Mendidik Anak yang Bahagia dan Sukses

    Bagaimana kita bisa mendidik anak agar sukses sekaligus bahagia? Berikut adalah beberapa praktik yang telah terbukti efektif:

    1. Tanamkan Pentingnya Proses, Bukan Hasil

    Anak-anak perlu diajari bahwa keberhasilan sejati adalah proses menuju tujuan, bukan hanya hasil akhir. Di Finlandia, yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia, para guru tidak menekankan pada nilai dan peringkat. Sebaliknya, mereka menanamkan rasa ingin tahu dan cinta belajar yang tulus, yang akhirnya membawa kesuksesan jangka panjang bagi siswa.

    2. Fokus pada Keseimbangan Hidup

    Sangat penting bagi anak-anak untuk menikmati waktu luang mereka, mengembangkan hobi, dan mengeksplorasi minat pribadi. Di Jepang, pemerintah bahkan kini mendorong agar perusahaan mengurangi jam kerja untuk mengatasi tingginya tingkat karoshi. Seimbangkan aktivitas belajar dengan kegiatan yang menyenangkan agar anak merasa hidupnya penuh dan seimbang.

    3. Beri Kebebasan untuk Membuat Kesalahan

    Kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Seorang profesor dari Stanford University, Carol Dweck, dalam teorinya tentang growth mindset, menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi kesempatan untuk mencoba dan gagal cenderung lebih tangguh dan termotivasi dalam hidup. Dengan mendukung mereka saat gagal, kita mengajarkan ketahanan dan keterampilan mengatasi tantangan.

    4. Ajarkan Nilai-nilai dan Etika yang Baik

    Kecerdasan akademis akan menjadi lebih bermakna bila didukung oleh karakter yang baik. Ajarkan anak untuk menghargai orang lain, menghormati perbedaan, dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Di negara-negara Skandinavia, pendidikan karakter seperti empati dan solidaritas ditanamkan sejak dini, dan ini terbukti menghasilkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

    5. Tunjukkan Dukungan Tanpa Syarat

    Salah satu cara terbaik mendukung anak adalah dengan memberikan cinta dan dukungan tanpa syarat. Pastikan anak tahu bahwa Anda bangga pada mereka bukan karena prestasi mereka, tapi karena siapa mereka. Dukungan ini akan menjadi sumber kekuatan ketika mereka menghadapi tekanan atau kekecewaan.

     Mengajarkan Makna Sukses yang Sejati pada Dika

    Kembali ke cerita Dika. Setelah obrolan panjang bersama orang tuanya, ia mulai memahami bahwa sukses tidak selalu berarti menjadi yang terbaik dalam segala hal, tetapi menjadi yang terbaik untuk dirinya sendiri. Ia belajar bahwa kebahagiaan datang dari rasa syukur, hubungan yang bermakna, dan kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang baik.

    Di kemudian hari, ketika Dika berhadapan dengan tantangan besar — entah dalam studi, pekerjaan, atau hubungan sosial — ia akan ingat bahwa menjadi “sukses” tidak berarti tanpa kegagalan. Ia belajar bahwa setiap orang punya jalan dan ritme berbeda dalam mencapai kebahagiaannya.

    Penutup: Mendefinisikan Ulang Kesuksesan dan Kebahagiaan

    Sebagai orang tua, kita memiliki kesempatan besar untuk membantu anak-anak kita memahami bahwa hidup tidak hanya tentang mengejar pencapaian, tetapi juga tentang menikmati proses dan menjadi pribadi yang utuh. Seperti kata pepatah lama, “Success is getting what you want; happiness is wanting what you get.”

    Dengan mendidik anak-anak untuk memahami bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bisa dan harus berjalan beriringan, kita memberi mereka kekuatan untuk menghadapi dunia ini dengan penuh percaya diri dan hati yang damai. Sebab, pada akhirnya, kebahagiaan adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan pada anak-anak kita.

    Bagi Anda yang ingin tahu cara mendidik anak yang sukses dan bahagia, segera terbit buku Super Child, Happy Child: Pola Asuh Mendidik Anak dan Bahagia dan SuksesKlik di sini untuk memesan!
  • Jalan Menuju Kebahagiaan

    Saya rasa ini adalah satu kata yang mewakili semua orang.
    Apa yang saya, Anda, dan kita semua lakukan saat ini mencerminkan apa yang membuat kita bahagia.
    Ada yang bahagia ketika banyak harta. Sebagian bahagia jika punya tahta. Tak sedikit yang bisa bahagia jika punya banyak pengikut di jagad maya
    Sayangnya, tidak semua orang menyadari apa yang benar-benar membuatnya bahagia. Akibatnya, meski semua pencapaian duniawi telah digapai, yang mereka dapatkan hanyalah kesenangan semu.
    Setiap individu memiliki persepsi, makna, dan standar masing-masing akan kebahagiaan. Jadi, tentu saja kebahagiaan setiap orang tidak dapat diperbandingkan.
    Apa yang membuat Anda bahagia, belum tentu membuat saya bahagia. Dan sebaliknya.
    Karena kebahagiaan itu sendiri sangat subyektif.
    Namun, secara umum kebahagiaan dapat kita capai jika kita menerima apa yang ditawarkan oleh semesta tanpa banyak menghakimi. Bersyukur adalah kata kuncinya. Yaitu merayakan semua pengalaman yang menghampiri diri kita.
    Banyak pakar mengatakan bahwa rumus kebahagiaan = realita – ekspektasi. Artinya apa? Mensyukuri segala hal yang terjadi. Ikhlas alias menerima segala hal yang ditawarkan oleh semesta.
    Rumus ini sepertinya begitu sederhana. Tapi toh dalam praktiknya masih banyak orang yang belum berhasil menerapkannya. Karena mereka masih kalah dengan ego atau hawa nafsunya.
    Kebahagiaan bisa kita wujudkan dengan begitu banyak cara. Berikut adalah sejumlah cara terpopuler yang bisa kita coba terapkan dalam keseharian.
    Pertama,  berbagi. Dalam semua ajaran agama, berbagi senantiasa dianjurkan. Entah dalam bentuk materi, waktu, tenaga, pikiran atau lainnya.
    Kedua, membuat jurnal syukur. Caranya gampang, setiap hari kita menuliskan apa yang dapat kita syukuri. Tidak harus muluk-muluk, namun dapat kita mulai dari yang kecil-kecil.
    Ketiga, berolahraga. Selain membuat fisik kita bugar, berolahraga juga dapat menjaga kebahagiaan kita. Karena dalam prosesnya, tingkat stres dapat menurun.
    Keempat, membantu orang lain. Bantuannya bisa berupa apa saja. Semakin orang lain merasa terbantu, semakin berbahagialah kita.
    Nah, bagaimana dengan Anda hari ini?
    Sudahkah Anda bahagia?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 8 Mei 2023
  • Mewujudkan Kebahagiaan di Tempat Kerja

    Harus kita akui atau tidak, sebagian besar waktu kita “habis” untuk urusan pekerjaan. Meskipun kebanyakan orang secara tertulis “hanya” bekerja 8 jam perhari. Faktanya, tuntutan pekerjaan mengharusnya banyak profesional untuk bekerja hingga 10 atau 14 kerja jam perhari. Di luar itu, akhir pekan tidak sedikit yang diminta untuk lembur.
    Bagi yang bekerja di kota besar seperti Jakarta, tantangannya jauh lebih besar lagi. Sebagian besar profesional yang tinggal di kota-kota penyangga harus merelakan waktu 1,5 hingga 4 jam setiap harinya untuk berangkat dan pulang bekerja. Waktu yang dihabiskan di jalan tersebut bisa jadi jauh lebih lama pada momen-momen tertentu, khususnya setelah hujan lebat atau terjadi banjir.

    Jika kita bekerja 40 jam dari 168 jam seminggu, itu hampir seperempat dari minggu kita dihabiskan di tempat kerja. Tentu saja, kita mungkin ingin memastikan jam-jam itu lebih menyenangkan atau membahagiakan. Faktanya, banyak orang yang tidak gembira dalam berkarya.

    Faktanya, Teem — perusahaan analitik perangkat lunak dan tempat kerja yang diakuisisi WeWork pada tahun 2018 — melakukan penelitian tentang masalah ini. Menurut Survei Kebahagiaan Karyawan Teem 2017 terhadap lebih dari 1.300 pekerja, 48% dari mereka yang disurvei melaporkan tidak bahagia atau “agak bahagia” di tempat kerja.
    Di antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hal ini adalah keseimbangan kerja-kehidupan yang buruk (48%), pekerja merasa kurang dihargai di posisinya (46%), dan orang-orang yang merasa berkewajiban untuk menanggapi rekan kerja setiap saat, karena aplikasi komunikasi (49%).

    Sementara itu, berdasarkan hasil riset CNBC dan Survey Monkey yang menyurvei lebih dari 8.500 profesional secara nasional di berbagai industri  menemukan bahwa 85% responden merasa agak atau sangat puas dengan pekerjaan mereka, dan 30% secara serius mempertimbangkan untuk berhenti dari pekerjaan mereka dalam tiga bulan terakhir.

    Nah, bagaimana strategi agar kita dapat mereguk kebahagiaan di tempat kerja? Berikut adalah beberapa tips yang dapat kita terapkan di keseharian kita.
    Temukan Karier yang Bermakna
    Bagi sebagian orang, karier yang mereka nikmati mungkin berarti menemukan pekerjaan yang menggunakan keterampilan yang mereka banggakan. Dalam kasus lain, karier yang kita nikmati bisa jadi merupakan pekerjaan yang kita sukai atau yang menurut kita memuaskan secara pribadi.

    Tidak ada karyawan yang senang bekerja setiap hari, dan bahkan pekerjaan yang kita sukai terkadang bisa membuat frustrasi atau membosankan. Tetapi jika karier kita adalah sesuatu yang umumnya kita nikmati dan banggakan, kemungkinan besar kita akan merasa bahagia di tempat kerja. Lihatlah diri kita, keterampilan, dan minat kita, dan temukan sesuatu yang dapat kita nikmati setiap hari.
    Temukan Pekerjaan yang Mendukung Gaya Hidup

    Bagi banyak orang, pekerjaan adalah sesuatu yang memungkinkan mereka menciptakan gaya hidup yang mereka hargai di luar kantor. Pertimbangkan seperti apa hidup  yang kita inginkan. Apakah kita ingin menghabiskan malam dan akhir pekan bersama teman? Banyak waktu liburan untuk mengejar hobi ? Atau jadwal rutin yang memungkinkan kita berada di rumah bersama anak-anak setiap malam?

    Bahkan jika kita tidak menemukan pekerjaan yang kita sukai, jika kita menyukai kehidupan yang memungkinkan kita untuk menciptakannya, kemungkinan besar kita akan bahagia di tempat kerja.
    Utamakan Pengembangan Diri

    Kendalikan pertumbuhan kita sendiri dengan berinvestasi dalam pengembangan pribadi dan profesional kita. Kembangkan rencana dan tujuan untuk karier kita, lalu kejarlah.

    Mintalah bantuan khusus dan bermakna dari atasan kita jika memungkinkan. Cari tugas yang akan membantu kita mencapai tonggak karier atau mempelajari keterampilan khusus. Kejar peluang dan koneksi yang menurut kita berharga, bahkan jika atasan kita saat ini tidak menciptakan peluang itu untuk kita.

    Ketika kita merasa memegang kendali atas karier kita dan dapat melihat diri kita meningkat dan berkembang, kita akan merasa lebih puas dengan posisi kita saat ini.
    Proaktiflah

    Merasa ketinggalan di tempat kerja, atau mengetahui bahwa kita kehilangan informasi penting yang dimiliki karyawan lain, dapat membuat kita merasa tidak puas dan diremehkan. Tetapi jika kita menunggu orang lain mengisi kita, informasi yang kita butuhkan mungkin tidak akan pernah datang.

    Alih-alih menunggu untuk mengetahui apa yang terjadi dengan perusahaan, proyek departemen, atau rekan kerja kita, carilah informasi secara proaktif yang kita perlukan untuk melakukan pekerjaan kita dan membuat keputusan penting. Kembangkanlah jaringan informasi. Secara tegas mintalah pertemuan mingguan dengan atasan kita dan ajukan pertanyaan yang bermakna.

    Kita mungkin menemukan bahwa rekan kerja atau penyelia kita tidak menyadari adanya gangguan komunikasi, atau kita mungkin menemukan bahwa kantor kita saat ini tidak memiliki budaya kerja komunikasi terbuka yang kuat. Jika kita bertanggung jawab untuk menemukan informasi yang kita butuhkan, kita akan lebih mampu melakukan pekerjaan  dan akan merasakan kontrol yang lebih besar atas lintasan karier kita.
    Mintalah Umpan Balik secara Berkala

    Menerima umpan balik tentang pekerjaan kita dapat memberikan penguatan positif yang membuat kita merasa dihargai, atau dapat mengisi kesenjangan keterampilan dan pemahaman utama yang akan membantu kita melakukan pekerjaan dan lebih berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Karena hasil riset membuktikan bahwa karyawan yang tidak menerima umpan balik ini dari manajer sering merasa diremehkan, tidak mampu melakukan pekerjaannya, dan tidak bahagia di tempat kerja.

    Jika kita tidak menerima umpan balik rutin dari atasan, mulailah bersikap proaktif untuk memintanya. Mintalah umpan balik atasan kita di setiap tugas atau bicarakan dengan tim manajemen tentang penerapan penilaian karyawan reguler untuk membantu semua orang berhasil dalam pekerjaan mereka.

    Bicaralah dengan pelanggan kita juga; jika kita melayani mereka dengan baik, umpan balik mereka akan menguatkan. Semakin banyak umpan balik yang kita terima, semakin besar kemungkinan kita berhasil dalam pekerjaan kita. Ini akan menghasilkan penguatan yang lebih positif yang meningkatkan rasa bahagia kita di tempat kerja.
    Berpeganglah pada Komitmen

    Salah satu penyebab stres dan ketidakbahagiaan kerja yang paling serius adalah gagal memenuhi komitmen. Dalam banyak kasus, karyawan menghabiskan lebih banyak waktu membuat alasan untuk gagal menjaga komitmen dan mengkhawatirkan konsekuensi dari tugas yang tidak selesai daripada yang mereka habiskan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

    Untuk mengelola tingkat stres dan meminimalkan ketidakbahagiaan di tempat kerja, buat sistem untuk melacak komitmen dan mengelola jadwal kita. Tetaplah teratur sehingga kita dapat menilai dengan cepat dan akurat apakah kita benar-benar dapat berkomitmen pada permintaan atau tugas baru. Jangan sukarela untuk pekerjaan tambahan atau tugas kantor jika kita tidak punya waktu.

    Jika beban kerja kita secara teratur melebihi waktu dan energi yang tersedia, jangan menerima status quo yang tidak menyenangkan. Bicaralah dengan rekan kerja kita untuk mengetahui apakah ada orang lain yang merasakan hal yang sama, kemudian bicarakan dengan atasan kita tentang bagaimana perusahaan dapat menyediakan waktu, bantuan, atau sumber daya tambahan yang dibutuhkan karyawan.
    Hindari Toxic People

    Berpartisipasi dalam lingkungan kerja yang beracun akan meningkatkan ketidakbahagiaan kita, tidak peduli seberapa besar kita menikmati pekerjaan. Memilih untuk bahagia di tempat kerja berarti sebisa mungkin menghindari percakapan negatif, gosip, dan hubungan kerja yang tidak sehat.

    Tidak peduli seberapa positif perasaan kita, orang-orang negatif berdampak besar pada jiwa kita. Jika kita menemukan bahwa kelompok tertentu di tempat kerja lebih cenderung terlibat dalam perilaku negatif seperti bergosip atau mengeluh, cobalah untuk menjauhkan diri dari orang-orang tersebut. Jika itu tidak memungkinkan, lakukan yang terbaik untuk mengarahkan percakapan ke topik yang lebih positif.

    Kita juga dapat memilih untuk berbicara dengan atasan kita tentang menciptakan budaya perusahaan yang menghargai kepositifan dan kerja sama, daripada daya saing, untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih bahagia bagi semua karyawan.
    Cerdaslah Mengatasi Konflik

    Banyak orang takut akan konflik, terutama di tempat kerja ketika konflik terasa dapat memengaruhi masa depan profesional dan keamanan finansial kita. Jika kita tidak pernah belajar bagaimana terlibat dalam konflik yang bermakna, kita mungkin menganggapnya menakutkan, berbahaya, dan menyakitkan.

    Konflik bisa bersifat negatif, tetapi jika dilakukan dengan baik, konflik juga dapat membantu kita mencapai misi kerja dan visi pribadi. Ketika ditangani secara terbuka, dengan komunikasi yang positif, tujuan yang jelas, dan menghormati rekan kerja dan atasan kita, konflik dapat menjadi hal yang positif di tempat kerja. Mempertahankan prinsip atau ide yang kita yakini dapat membantu kita melayani pelanggan, menciptakan perubahan yang berarti, dan menjadi lebih sukses dalam pekerjaan kita.

    Mempraktikkan keberanian profesional juga dapat menciptakan peluang baru bagi kita, baik dalam posisi kita saat ini atau lebih jauh dalam karier kita. Dan ketika kita membela ide, tujuan, dan impian kita, kitacenderung merasa bangga pada diri sendiri dan bahagia dengan pilihan kita.
    Nah itulah beberapa tips untuk berbahagia di tempat kerja. Akhir kata, saya teringat dengan pesan Joe Bidan yang mengatakan bahwa “Pekerjaan lebih dari sekadar gaji. Ini tentang martabat Anda. Ini tentang rasa hormat. Ini tentang tempat Anda di komunitas Anda.’”
  • Mengapa Banyak Orang Tidak Bahagia?

    Hidup ini hanya sekali, guys. Tatkala kita mati, kita tidak bisa mengulagi apa yang telah terjadi. Kecuali, kamu percaya dengan reinkarnasi.

    Entah kamu sadari atau tidak, apa yang kamu kejar selama ini untuk menggapai apa yang disebut dengan kebahagiaan. Harta, tahta, ketenaran, atau apapun itu namanya.

    Sayangnya, kebanyakan orang fokus pada hasil akhir. Mereka lupa dengan prosesnya. Jadi, di sepanjang hidupnya mereka justru tidak bahagia.

    Yang lebih lucu, kebanyakan orang tidak bisa membedakan kesenangan dengan kebahagiaan. Bedanya apa, dong?

    Kesenangan itu bersifat sesaat, guys. Naik jabatan, senang. Mendapatkan cuan, senang. Bisa beli barang mewah, senang. Bisa keliling dunia, senang. Bisa berhubungan badan, senang. Dan seterusnya, tak berujung.

    Lalu, apa kebahagiaan itu guys? Kebahagiaan itu tidak berhubungan dengan benda atau peristiwa yang terjadi di luar diri kita. Namun, justru datang dari dalam diri, guys.

    Kebahagiaan itu adalah pilihan. Jadi, ketika kita mendapatkan “ujian”, kita bisa bahagia. Tatkala kita mendapatkan “keberuntungan”, kita pun bisa bahagia. Mengapa begitu?

    Karena hidup ini tentang keseimbangan, guys. Tak selamanya hidup kita senantiasa diliputi yang indah-indah. Tak seterusnya hidup kita diliputi rasa malang. Semuanya bersifat sementara. Tak ada yang abadi. Semua terjadi silih berganti.

    So, apa dong kunci untuk bisa berbahagia Mas Agung?

    Sederhana saja kok. Pertama, banyak bersyukur guys. Karena semua yang kita alami ini tidak ada yang kebetulan. Jadi, kita harus bisa menyadari hal ini. Jangan lupa menghitung anugerah yang Tuhan berikan dari detik ke detik.

    Kedua, jangan membanding-bandingkan guys. Di era digital ini, kita gampang sekali melihat linimasa orang lain. Sepertinya kehidupan orang lain lebih wah. Nampaknya mereka lebih dan lebih dari kita. Padahal, apa yang mereka tampilkan seringkali belum tentu sesuai kenyataan guys. Ingat ya. Akan selalu ada orang yang lebih kaya, lebih cantik, lebih tampan, lebih cuan, lebih terkenal, lebih hebat, lebih pintar, lebih berkuasa, lebih berpengaruh, dan seterusnya. Jadi, yang benar adalah bukan membandingkan diri kita dengan orang lain guys. Tapi membandingkan diri kita hari ini dengan diri kita hari kemarin. Apakah diri kita sudah lebih baik atau belum? Apakah sudah ada progress dalam mewujudkan mimpi? Catet ya guys.

    Ketiga, teruslah berupaya guys. Kalau kata salah satu Guru saya, bahagia itu kita dapatkan ketika kita memperjuangkan sesuatu yang kita yakini. So, lakukan saja apa yang membuatmu bisa bahagia guys. Tak usah risaukan hari esok, dan tak usah sesali apa yang telah terjadi. Hiduplah di saat ini, apapun yang terjadi. Terimalah segalanya, jalani saja. Jangan banyak menghakimi. Tak usah banyak mengeluh. Karena pada akhirnya segala hal yang kita lakukan nanti akan dinilai oleh Tuhan. Ingat ya, fokus pada prosess atau progress; bukan hasil akhir ya guys. Karena kita tidak akan pernah tahu, kapan garis akhir kita tiba. Selama kita hidup, masalah akan selalu ada. Semua yang terjadi pada diri kita adalah ujian untuk “naik kelas”. Selama kita tidak mampu menyelesaikan atau melaluinya dengan baik, kita akan senantiasa dihadapkan pada masalah serupa.

    Keempat, perbanyak berbagi guys. Ini bentuknya bermacam-macam. Bisa uang, tenaga, waktu, pikiran atau yang lainnya. Intinya, kita membagikan apa yang kita miliki kepada orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Tak percaya? Buktikan sendiri.

    Kelima, ingat mati guys. Mungkin ini terdengar aneh ya? Tapi, percayalah bahwa dengan mengingat mati kita akan senantiasa ingat bahwa hidup ini singkat guys. Kita akan terdorong untuk melakukan hal yang baik dan benar. Kita akan termotivasi untuk nothing to loose. Kita akan terangsang untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Pada akhirnya, kita akan senantiasa mengevaluasi diri untuk menjadi versi terbaik dari diri kita.

    Di luar itu, masih ada seabrek tips untuk menjadi bahagia. Karena kita semua tahu kan ya, versi bahagia kita tidak mungkin sama. Setiap orang memiliki makna masing-masing.

    Yang pasti, hidup ini begitu singkat guys. Temukan apa yang membuatmu bahagia. Fokuslah memperjuangkan apa yang membuatmu bahagia. Karena kebahagiaan adalah perjalanan hidup kita itu sendiri.

    Selamat mengarungi kebahagiaan guys.

    Agung Setiyo Wibowo

    Depok. 6 Juni 2022.

     

  • Seni Mengubah Hidup: Bagaimana Menjadi Pribadi yang Bisa Menarik Rezeki dan Kebahagiaan

    Bukan seberapa banyak Anda menghasilkan atau memiliki uang yang membuat Anda bahagia atau tidak bahagia. Melainkan energi yang diberikan dan diterima uang, yang menentukan aliran emosinya.

    Kebanyakan dari kita tidak memiliki hubungan yang sehat dengan uang, karena kita menghabiskan banyak waktu untuk membenci uang. Sebagian dari kita bahkan kelelahan, karena mengkhawatirkan kekurangan uang dan kehabisan energi untuk mengurusi hal-hal lainnya dalam hidup. Kita begitu terbebani untuk membayar tagihan, melunasi cicilan, dan memenuhi segala keinginan yang tak berujung.

    Tidak hanya orang miskin dan kelas menengah yang sengsara karena energi negatif dari uang. Kelas menegah ke atas dan orang kaya juga mengalaminya. Buktinya, banyak orang yang lebih kaya dari Midas pun masih takut kehilangan dengan apa yang dimiliki. Bahkan, mereka tidak tahu bagaimana cara menikmati uang mereka.

    Kekayaan yang membahagiakan tidak semata-mata diukur dari berapa banyak uang yang Anda hasilkan atau investasikan. Melainkan tentang permainan uang yang kita jalankan dan “tipe” kita dalam hubungan kita dengan uang. Lebih sering daripada tidak, pilihan keuangan yang kita buat tidak disadari dan kebanyakan dari kita merasa di luar kendali.

    Buku ini tidak hanya mengajak Anda mengenali keyakinan kita terhadap uang yang sebagian besar diwariskan dari orang tua kita. Melainkan juga mengajak Anda menghilangkan keyakinan negatif yang menghancurkan dan menguatkan keyakinan positif yang memberdayakan berdasarkan arketipe uang Anda. Kemudian menggunakan wawasan tersebut untuk menciptakan tidak hanya hubungan yang lebih baik dengan uang, tetapi juga kekayaan dan kemakmuran yang membahagiakan.

     

    Keunggulan Buku

    Buku ini mengajak pembaca untuk menemukan “mutiara” kekayaan sejati dari dalam diri dengan menggali sejarah keyakinan kita dengan uang yang sebagian besar dipengaruhi oleh orang tua. Selain memandu untuk menyembuhkan luka masa lalu hingga mengubah keyakinan terhadap uang, buku ini juga membantu pembaca menyadari arketipe keuangan masing-masing. Cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin menciptakan hubungan yang sehat uang guna mewujudkan kebahagiaan dan keberlimpahan.

     

    Apa Kata Mereka?

    “Well-Written. Buku yang tepat bagi Anda yang ingin mengubah perspektif dalam memandang uang, kehidupan dan kebahagiaan.”
    Anne Patricia Sutanto
    Vice CEO Pan Brothers

    “Apakah Anda bahagia dengan keadaan keuangan Anda sekarang? Apakah Anda merasa terberkati dan bersyukur akan apa yang Anda miliki saat ini? Atau jangan-jangan Anda merasa frustasi dan stres ketika berbicara mengenai uang? Bahkan merasa terjebak dalam permainan uang? Buku ini mengajak Anda untuk mengenali keyakinan Anda tentang uang dan strategi untuk mengubah keyakinan tersebut untuk mewujudkan kebahagiaan versi Anda.”
    Peter Shearer
    Founder Wahyoo

    “Kalau saya dulu membaca buku ini, mungkin saya sudah terjun ke bisnis. Buku Coach Yudi Candra dan Agung Setiyo Wibowo ini sangat mudah dimengerti dan membuka pikiran bahwa bisnis is ‘all about mindset’. Sekali kita men-setting pikiran, maka uang akan mengalir. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi anak muda yang ingin memulai kariernya di bisnis ataupun mencari rezeki lainnya.”
    Dede Yusuf
    Artis, Mantan Gubernur Jawa Barat & Mantan Ketua Komisi IX DPR RI

    “Uang sesungguhnya adalah energi. Untuk dapat mengundangnya, kita perlu menyediakan tempat yang nyaman pada diri kita. Semakin jelas kita mengenali sifat uang, semakin mudah kita mengadopsi karakteristiknya ke dalam diri kita. Semakin harmonis hubungan kita dengan yang, semakin nyaman uang akan datang pada diri kita. Buku ini bisa menjadi teman untuk mengenali emosi uang Anda.”
    Oscar Darmawan
    CEO Indodax

    “Berapa banyak uang yang Anda hasilkan kurang penting daripada seberapa banyak yang Anda inginkan – dan bagaimana Anda habiskan. Selain itu, tidak peduli seberapa banyak atau sedikit uang yang Anda miliki, Anda dapat menggunakannya untuk menjalani hidup yang lebih bahagia jika Anda memahami batasan dari apa yang dapat dilakukannya untuk Anda dan kekuatan yang Anda gunakan untuk pengendalian diri. Buku ini wajib dibaca oleh siapa saja yang ingin memperbaiki kualitas keuangan, kesuksesan dan kebahagiaannya.”
    Donny Pramono
    Founder & CEO Sour Sally Group

    “Buku ini adalah jalur cepat untuk menemukan cara mereguk kebahagiaan dan kelimpahan melalui uang.”
    Suteja Sidarta Darmono
    Direktur PT Jababeka Tbk

    “Buku ini sangat berfaedah untuk mengelola hubungan baru kita dengan uang secara lebih baik. Kita akan belajar untuk mengetahui pola dan kepercayaan diri yang menghalangi kita untuk menjadi versi terbaik diri kita dan menerima segala sesuatu yang terbaik dalam diri kita.”
    Johari Zein
    Presiden Komisaris JNE

    “Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda miliki atau hasilkan. Perasaan Anda tentang uanglah yang menentukan kekayaan Anda. Jika Anda tidak memiliki sikap yang sehat dan Anda merasa negatif tentang uang, maka jumlah uang di rekening bank Anda tidak ada artinya. Buku ini membantu Anda menyadari sejarah hubungan Anda dengan uang dan cara mengubahnya.”

    Adhi S. Lukman
    CEO PT. Niramas Utama (Inaco) & Ketua Umum GAPMMI

    “Hubungan kita dengan uang dibentuk sejak kecil oleh orang tua kita. Mereka menanamkan nilai-nilai tertentu dengan langsung memberikan contoh di kehidupan sehari-hari. Apa yang mereka ajarkan tanpa kita sadari membentuk pola keuangan kita. Selama kita tidak menyadari dan mengubah pola tersebut, pola keuangan kita sama dengan mereka. Buku ini bisa menjadi panduan Anda untuk mengubah ‘kesehatan keuangan’ Anda.”
    Michel Senjaya
    Founder & CEO Stella Maris

    Uang Kakinya Empat
    Dalam ilmu moneter diajarkan bahwa fungsi uang paling tidak ada tiga, yaitu: alat satuan hitung, alat tukar/pembayaran dan alat penimbun kekayaan. Nah fungsi ketiga (: penimbun kekayaan) inilah yang menyebabkan manusia dipenuhi dengan ambisi sebagai pemburu uang.
    Padahal dalam dialek Hokkian ada kata-kata bijak yang mengatakan: Lui si ka, Lang neng ka (: Uang kakinya empat, Manusia kakinya dua). Kata bijak ini mengandung makna mendalam bahwa ibarat manusia (yang kakinya hanya dua) kalau ingin mengejar uang (yang kakinya empat, seperti kuda) maka bisa dipastikan hidupnya akan kelelahan.
    Secara filosofis, pepatah bijak di atas sebetulnya juga mengajarkan bahwa uang tidak perlu diburu karena uang akan mencari “Tuannya” yang baik. Dengan demikian manusia harus memperlakukan uang sebagai alat, bukan sebagai tujuan utama hidup. Sebagai Tuan yang baik, rezeki justru akan menghampiri kita. Bisa saja dengan filosofi ini kita kalah kaya dibanding mereka yang terus mengejar uang dalam seluruh hidupnya. Namun bisa dipastikan hidup kita akan lebih bahagia dan bermakna daripada para pemburu uang tersebut. Bukankan kebahagiaan dan kebermaknaan adalah tujuan hakiki hidup manusia?
    Buku Money Magnet karya saudara Yudi Candra dan Agung Setiyo Wibowo ini sangat relevan dibaca karena menyampaikan pesan berharga tersebut di atas.
    Sudhamek AWS
    Chairman Garudafood

  • Kebahagiaan yang Tergadaikan

    Bahagia. Inilah yang diidam-idamkan semua anak manusia. Namun, kenapa sebagian besar orang gagal mereguknya.

    Jika kebahagiaan diukur dari harta benda, mengapa banyak taipan hidupnya merana?
    Jika kebahagiaan diukur dari popularitas, mengapa banyak pesohor menggantungkan hidupnya pada narkoba?
    Jika kebahagiaan diukur dari kekuasaan, mengapa banyak pejabat dilempar ke jeruji karena korupsi?
    Kebahagiaan tak pernah hadir untuk orang yang menyesali masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan. Kebahagiaan adalah menerima keadaan saat ini dengan penuh rasa syukur. Menerima bukan berarti pasif tak berdaya, melainkan ikhlas menjalani dengan upaya terbaik. Di saat yang bersamaan tak menghakimi dan berharap.
    Kebahagiaan sejati itu tanpa syarat. Pemulung dan presiden memiliki peluang yang sama. Begitu juga anak-anak dan lansia. Semua individu sudah memiliki segalanya di dalam dirinya untuk bisa berbahagia.
    Apa arti kebahagiaan di matamu?
    Hidup ini terlalu singkat untuk menggadaikan kebahagiaan dengan segala sesuatu di luar dirimu. Sudahkah kamu menyadarinya?
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 24 Februari 2020