Tag: Bahan Bakar

  • Bahan Bakar Kehidupan

    “Aku lagi males nih.”

    “Hei, apa sih rahasiamu kok kelihatannya tak pernah lelah mengejar ambisi.”
    “Kamu itu gimana sih, mapan juga belom. Kok kurang greget?”
    Pernahkah mau mendengar atau mengucapkan kalimat di atas? Aku sendiri pernah, bahkan sering.
    Dulu, ketika aku masih duduk di bangku SMA, aku begitu naif. Aku yang kutu buku, seringkali memandang rendah teman-temanku yang kelihatannya bandel. Mungkin teman-temanku juga memiliki persepsi tentangku yang kurang gaul atau tidak asyik.
    Belakangan, aku baru menyadari. Bahwa semuanya  bermuara pada motivasi. Saya menyebutnya bahan bakar kehidupan.
    Dulu aku menjadi kutu buku karena kupikir menjadi juara kelas bisa membuatku bahagia. Dulu teman-temanku SMA yang kuanggap bandel ternyata berprestasi di bidang musik, ada yang menempa diri di bidang olahraga hingga agama.
    Selepas kuliah, pengaruh motivasi semakin terlihat dari derajat kesuksesan yang sengaja ditampilkan di jagad media sosial. Temanku yang menganggap akademik penting saat ini banyak yang sudah bergelar doktor. Temanku yang mengedepankan uang kini banyak yang sudah menjadi pengusaha. Temanku yang mengagungkan keseimbangan hidup kini banyak yang sudah menetap di kampung halaman, meninggalkan Jakarta. Temanku yang memprioritaskan stabilitas kini sudah menikmati kariernya sebagai PNS. Temanku yang gila jabatan kini banyak yang sudah menduduki kursi di partai X bahkan sebagian menjadi anggota DPR.
    Teman, motivasi bersumber dari nilai atau apa yang kamu yakini dan anggap penting. Motivasimu berbeda denganku.  Itu mengapa caraku mengartikan kesuksesan dan kebahagiaan tidak sama denganmu.
    Sepeda motor membutuhkan bensin untuk bergerak. Kita memerlukan motivasi untuk mengejar impian.
    Sudahkah kamu mengetahui bahan bakar hidupmu?  Jika sudah, selamat ya! Jika belum, temukan sekarang juga!
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 5 Maret 2020
  • Bahan Bakar Itu Bernama Nilai

    Nilai. Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar satu nama itu?

    Mungkin sebagian dari diri Anda menghubungkannya dengan angka. Sebagian lainnya bisa jadi mengaitkannya dengan ukuran. Sisanya barangkali hanya geleng-geleng kepala.

    Nilai yang saya maksud di sini ialah apa yang paling kita anggap penting dalam hidup. Suatu hal yang berkaitan erat dengan kepercayaan, prinsip, dan filosofi hidup pribadi.

    Mengapa nilai begitu penting?

    Karena kita sadari atau tidak, nilai merupakan bahan bakar diri kita. Apa yang kita alami sejauh ini merupakan buah darinya. Nasib kita sekarang pun tak bisa dilepaskan begitu saja darinya.

    Nilai menjadi unsur sentral dalam pengambilan keputusan. Nilai paling memengaruhi kita dalam memprioritaskan apa saja. Nilai mewarnai kita dalam membuat sasaran, target, dan tujuan hidup. Intinya, nilai menunjukkan siapa kita.

    Apakah itu berlebihan?

    Sebelum Sabbatical, saya tidak peduli dengan nilai. Karena dulu saya pikir, apa gunanya sih memikirkan sesuatu yang abstrak? Namun, masalah demi masalah menyadarkan saya betapa pentingnya kita mengetahui jati diri. Dan itu bisa terbantu jika kita mengenali nilai-nilai yang kita pegang.

    Seorang pengusaha yang berani ambil risiko memiliki nilai tidak sama dengan seorang Aparatur Sipil  Negara. Seorang politisi yang haus kekuasaan memiliki nilai berbeda dengan seorang artis yang haus ketenaran. Seorang guru idealis di pedesaan tentu memiliki nilai yang tidak serupa dengan guru di sebuah sekolah internasional di kota besar.

                Derajat kesuksesan setiap individu dipengaruhi oleh nilai. Begitu pun profesi, cara pengambilan keputusan, pola asuh mendidik anak, kepemimpinan, hingga kebahagiaan.

    Jadi, bagaimana dengan diri Anda? Sudahkan Anda mengenal “bahan bakar” yang tersembunyi dalam diri Anda.? Selamat berkelana!

     

    Agung Setiyo Wibowo

    Depok, 25 Mei 2019