Tag: Agung Setiyo Wibowo

  • Hidup dalam Antrian

    “Ih sebel deh. Lama bener antrinya. Buang-buang waktu saja.”

    Hemmm, pernahkah kamu menjadi jengkel karena mengantri? Apakah batas kesabaranmu pernah habis ketika menunggu giliran?
    Saya yakin kita semua pernah menghadapi antrian panjang. Namun, saya percaya bahwa setiap orang memiliki beragam sikap melewatinya.
    Sesungguhnya, hidup adalah tentang mengantri. Di setiap masa, kita menunggu sesuatu demi mendapatkan giliran, jatah atau apapun itu namanya.
    Terkadang antrian sesuai keinginan. Tidak jarang malah sebaliknya.
    Jika antrian urusan dunia kita mungkin masih bisa merekayasa, tidak demikian dengan antrian meninggalkan dunia. Giliran kita sudah tertulis dengan jelas. Kita tidak kuasa mengubahnya.
    Ya, kita memang tak bisa menunda maupun mempercepat kematian. Bahkan, sedetik pun. Bahkan trilyunan uang tak bisa kita manfaatkan untuk mengintervensi ajal.
    Jadi, sudahkah kamu bersabar dengan antrian-antrianmu? Sadarkah kamu bahwa kini kamu sedang mengantri untuk dipanggil oleh-Nya? Apa saja yang telah, sedang dan akan kamu siapkan selama mengantri?
    Demi masa. Demi antrian. Demi Tuhan.
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 26 Agustus 2020
  • Batas Buatan Sendiri

    “Sabar ada batasnya!”

    “Mimpi itu tanpa batas!”
    Pernahkah kamu mendengar dua pernyataan di atas? Atau setidaknya yang mirip maknanya?
    Katakanlah ya. Apa reaksimu? Apapun jtu, batas sesungguhnya tak ada. Yang menciptakan batasan adalah kita sendiri.
    Batas sejalan dengan keyakinan diri kita. Ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu, nilai-nilai, kebiasaan, cara pandang dan bagaimana kita menilai diri sendiri.
    Jadi, apa yang membatasi langkahmu untuk mewujudkan mimpi? Benarkah batasan yang kamu anggap menghalangimu itu ada?
    Hidup sejatinya penuh dengan segala kemungkinan. Tanpa batas. Kamu sendirilah batasnya.
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 31 Agustus 2020
  • Kamu Tiada Duanya

    Unik.

    Berbeda.
    Tidak sama.
    Itulah tiga kata yang bisa kusematkan ketika menilai seseorang. Ya, masing-masing diri kita memiliki historis tersendiri.
    Tak ada satu orang pun yang memiliki  cerita berbeda denganmu. Karena kamu spesial. Tiada duanya.
    Bahkan dua orang yang katanya kembar pun memiliki seabrek perbedaan. Setuju?
    Jadi, mau apa lagi?
    Jangan pernah membandingkan dirimu dengan siapapun. Karena jalan hidupmu dengan mereka tidak sama.
    Jangan pernah minder melihat orang yang kamu anggap lebih oke. Jangan pernah sombong melihat orang yang kamu anggap lebih nelangsa.
    Hidup begitu singkat, kawan. Cintai takdirmu.
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 21 September 2020
  • Persembahan Tertinggi

    Hidup menurutku adalah persembahan. Apakah kamu setuju?

    Persembahan untuk Tuhanlah yang pasti. Sebuah bukti ketundukan kita kepada-Nya.
    Kenapa persembahan? Karena tanpa-Nya kita kosong. Kita diciptakan dan kelak dileburkan oleh-Nya.
    Kita tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Yang kita anggap milik kita sejatinya adalah titipan. Tak lebih dari sekedar ujian.
    Jadi, apa yang layak dibanggakan? Tak ada. Apa yang bisa disombongkan? Nihil. Apa yang masih dikhawatirkan, ditakutkan, dan dijadikan beban jika sesungguhnya semua itu kita tinggalkan?
    Persembahkanlah dirimu lahir dan batin. Ikhlaslah menjalani segala skenario-Nya. Ikhtiar dan tawakkal jadikan kunci. Niscaya hidupmu akan tenteram.
    Persembahan tertinggi. Itulah aku menyebut perjalanan hidup ini. Kalau kamu?
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 29 September 2020
  • Mengingat Mati

    Hidup penuh liku-liku. Kesedihan dan kesenangan silih berganti. Datang dan pergi.

    Hal menyenangkan dan menjengkelkan setiap detik menghampiri. Menguji sikap. Menyaring siapa yang kelak bisa memenangkan dan sebaliknya.
    Masalah seakan-akan memang tiada habisnya. Seringkali kita ingin menyerah. Putus asa. Depresi. Galau. Down. Takut. Cemas.
    Negativisme seolah-olah menjadi pilihan termudah. Karena tak jarang kita merasa menjadi korban alias tidak memiliki kendali penuh dengan arah hidup kita.
    Namun, menurutku ada satu pengingat yang sangat ampuh untuk menjadikan kita lebih bijaksana. Tidak lain adalah mengingat mati.
    Kematian adalah kepastian. Selebihnya serba tidak pasti.
    Jika memang demikian, mengapa kita tidak mengupayakan semaksimal mungkin? Kematian membayang-bayangi setiap saat. Tak dapat diperlambat, tak dapat dipercepat. Tak dapat ditawar, tak dapat dibeli.
    Semua sudah dituliskan-Nya. Jadi, apa yang sudah, sedang dan akan kamu persiapkan menyambut kematian?
    Ingat mati, ingat mati. Niscaya hidupmu akan jauh lebih bermakna.
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 14 Oktober 2020
  • Mengejar Kupu-Kupu

    Depresi.

    Kecewa.
    Stres.
    Sedih.
    Galau.
    Pernahkah kamu mengalami setidaknya satu dari lima keadaan di atas? Jika ya, kamu tahu apa penyebabnya?
    Banyak pakar bilang ekspektasi. Setujukah kamu?
    Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan. Setiap detik kita seakan-akan setengah mati mengejarnya.
    Masalahnya, semakin kita kejar kebahagiaan seakan-akan semakin menjauh. Persis ketika kita mengejar kupu-kupu.
    Lalu sebaiknya bagaimana dong? Simple aja. Terimalah apapun yang ada di depanmu. Hadapi dengan tulus. Ikhlaskanlah. Karena bukankah hakikat hidup ini perjalanan itu sendiri?
    Selamat berpetualang sobat.
    Agung Setiyo Wibowo
    Depok, 10 September 2020