Pernah terpikir untuk menulis buku, tapi selalu mentok di halaman pertama?
Atau sudah mulai, tapi ujungnya draft-nya jadi file yang tidak pernah dibuka lagi?
Tenang. Anda tidak sendirian.
Pernah terpikir untuk menulis buku, tapi selalu mentok di halaman pertama?
Atau sudah mulai, tapi ujungnya draft-nya jadi file yang tidak pernah dibuka lagi?
Tenang. Anda tidak sendirian.
“Bro, lo pernah ngerasa kayak udah nulis bagus, tapi kenapa tulisan lo nggak juga dapet respon? Gue juga dulu begitu, sampe akhirnya sadar kalo gue ngelakuin kesalahan-kesalahan yang bikin tulisan gue nggak ‘nyantol’. Lo pernah ngerasain itu juga gak?”
Yup, banyak penulis pemula yang ngalamin hal yang sama. Nulis itu asik, tapi kadang bisa jadi perjuangan buat nyampe ke audiens yang tepat. Nah, di artikel kali ini, gue bakal ngomongin 10 kesalahan yang sering banget dilakukan oleh penulis pemula. Penasaran? Simak sampai habis, ya!
Salah satu kesalahan terbesar adalah nggak tahu siapa yang bakal baca tulisan lo. Gue pernah nemuin banyak penulis yang cuma nulis buat diri mereka sendiri atau nulis tanpa memikirkan siapa yang bakal menerima pesan itu.
Studi Kasus: Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Writing Research (2021), ditemukan bahwa penulis yang gagal memahami audiens cenderung menulis dengan gaya yang tidak sesuai dan membuat pembaca merasa jauh dari tulisan mereka. Pembaca cenderung “nggak connect” kalau lo nggak mikirin siapa yang bakal baca dan apa yang mereka butuhkan.
Lesson Learned: Sebelum nulis, coba pahami siapa audiens lo dan apa yang mereka cari. Misalnya, kalo lo nulis buat anak muda, gaya bahasa yang santai dan tren terkini akan lebih efektif.
Best Practice: Baca dulu konten yang sejenis dan perhatikan bagaimana audiens menanggapi tulisan tersebut. Ini bisa jadi acuan buat lo menyesuaikan gaya dan topik.
Satu hal yang sering dilupakan penulis pemula adalah tujuan menulis. Apakah lo ingin menginformasikan, menghibur, atau mengajak pembaca berpikir?
Penelitian: Menurut Writing in the Disciplines (2020), penulis yang punya tujuan jelas dalam setiap tulisan cenderung lebih sukses dalam menyampaikan pesan dan mencapai tujuan komunikasi mereka.
Lesson Learned: Tentuin dulu tujuan lo sebelum mulai nulis. Ini bakal mempengaruhi gaya bahasa, struktur tulisan, dan fokus konten.
Sering banget penulis pemula asal nulis tanpa mikirin struktur tulisan. Padahal, tulisan yang berstruktur rapi bakal lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Teori: Dalam buku The Elements of Style karya Strunk & White, dijelaskan bahwa struktur yang jelas (pengantar, isi, kesimpulan) sangat penting untuk membimbing pembaca memahami ide yang disampaikan.
Best Practice: Gunakan struktur yang sistematis. Misalnya, mulai dengan pendahuluan yang menarik, lanjutkan dengan argumentasi yang jelas, dan akhiri dengan kesimpulan yang memukau.
Penulis pemula kadang terlalu fokus untuk ‘show off’ kemampuan menulis mereka dengan menggunakan kalimat yang berbelit-belit atau terlalu panjang.
Studi Kasus: Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh The Journal of Applied Linguistics (2019), ditemukan bahwa pembaca lebih menyukai tulisan yang lugas dan langsung pada inti permasalahan. Semakin berbelit-belit tulisan, semakin sulit bagi pembaca untuk mengikutinya.
Lesson Learned: Jangan terlalu ‘pamer’ dengan gaya bahasa yang rumit. Lebih baik menulis dengan sederhana, tapi tetap efektif dan mengena.
Nulis itu nggak cuma soal menuangkan ide di atas kertas. Proses editing itu sama pentingnya. Banyak penulis pemula yang malas atau buru-buru menyelesaikan tulisan tanpa memeriksa kembali.
Teori: Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Educational Psychology (2018), proses revisi yang mendalam dapat meningkatkan kualitas tulisan secara signifikan.
Best Practice: Setelah menulis, berikan waktu jeda sebelum mulai mengedit. Ini bakal memberi lo perspektif baru saat membaca tulisan lo kembali.
Penggunaan kosakata yang terlalu kompleks atau jargon yang nggak perlu bisa bikin pembaca merasa ‘pusing’ dan malah nggak mau lanjut baca.
Studi Kasus: Penelitian yang dilakukan oleh National Writing Project (2019) menunjukkan bahwa penulis yang menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami memiliki tingkat pembaca yang lebih tinggi.
Lesson Learned: Gunakan bahasa yang sesuai dengan audiens lo dan jangan takut untuk menyederhanakan kalimat.
Menulis adalah skill yang perlu latihan terus menerus. Jangan cuma berhenti pada tulisan pertama lo aja, karena semakin sering lo menulis, semakin jago lo.
Teori: Dalam buku Outliers karya Malcolm Gladwell, ada konsep yang menyatakan bahwa untuk mencapai keahlian dalam suatu bidang, lo perlu melakukan latihan sekitar 10.000 jam. Dalam hal menulis, konsistensi itu kunci.
Best Practice: Luangkan waktu tiap hari untuk menulis. Entah itu blog, jurnal pribadi, atau artikel pendek. Semakin sering lo nulis, semakin berkembang kemampuan lo.
Seringkali penulis pemula merasa ‘perfect’ dengan apa yang mereka tulis dan enggan menerima kritik. Padahal, feedback itu penting banget buat berkembang.
Penelitian: Harvard Business Review (2017) menekankan bahwa penulis yang terbuka terhadap kritik dan siap melakukan perbaikan akan lebih cepat berkembang daripada yang menolak kritik.
Best Practice: Minta feedback dari teman, mentor, atau bahkan pembaca di platform online. Ini bakal ngebantu lo melihat tulisan dari sudut pandang yang berbeda.
Terlalu mikirin ide besar sampai akhirnya nunda-nunda nulis. Padahal, ide bisa datang kapan aja. Jangan sampai lo kehilangan kesempatan hanya karena menunggu ide yang sempurna.
Studi Kasus: Dalam Psychology of Writing (2022), penulis yang overthinking ide cenderung menunda proses menulis, yang akhirnya menghambat kreativitas mereka.
Lesson Learned: Mulai aja dulu. Ide akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Bukan cuma isi tulisan, cara lo menyajikan tulisan itu juga penting. Tata letak, font, dan paragraf yang terlalu panjang bisa bikin pembaca langsung ‘lelah’ baca.
Teori: Journal of Visual Literacy (2018) menekankan bahwa pembaca cenderung lebih nyaman membaca teks yang mudah dipindai dengan judul yang jelas dan paragraf yang tidak terlalu panjang.
Best Practice: Pecah tulisan lo dalam paragraf pendek, gunakan heading yang jelas, dan pertimbangkan untuk menambahkan gambar atau grafik jika perlu.
Jadi, penulis pemula, udah siap untuk ngelakuin improvement? Jangan takut untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Nulis itu perjalanan, bukan tujuan akhir! Yuk, share pendapat atau pengalaman lo tentang kesalahan yang sering lo lakukan sebagai penulis pemula di kolom komentar! Siapa tahu bisa jadi bahan diskusi seru.