Tag: Organisasi

  • The Pilot Way

    IMG-20210301-WA0011

    Penerbangan mengajarkan kita begitu banyak. Tentang memandang dan memaknai kehidupan.

    Dari proses terbangnya pesawat itu sendiri misalnya. Kita disadarkan bahwa hidup ini adalah perjalanan. Petualangan dari titik A ke titik B. Dari sini kita bisa mengingat siapa diri kita, di mana kita saat ini, dan mau dibawa ke mana hidup ini.

    Penerbangan mengajarkan kita untuk memilih. Mau pergi ke kota mana, dengan maskapai apa, di kelas layanan mana, di jam berapa, dan dengan siapa.

    Dari bandar udara kita disadarkan  bahwa hidup ini hanyalah persinggahan, bukan tujuan akhir.  Tempat tinggal sementara saja, bukan selamanya.

    Dari fisik pesawat, kita diajarkan untuk hidup seimbang. Karena mana mungkin pesawat bisa terbang jika sayapnya hanya satu? Sama halnya dengan burung.

    Dalam hidup, apapun yang tidak seimbang itu mendatangkan kehancuran. Itu mengapa sudah semestinya kita memperhatikan semua aspek dalam bingkai harmoni. Mulai dari spiritual, finansial, sosial, intelektual, mental, kesehatan, keluarga, karir, hingga pengembangan diri.

    Dari pilot, kita diingatkan bahwa kitalah pemegang kendali kehidupan. Karena pilot yang profesional tahu harus bagaimana bersikap ketika cuaca buruk datang, agar semua penumpang selamat sampai tujuan.

    Buku ini mengajak pembaca menyelami makna kepemimpinan dan kehidupan dengan perspektif penerbangan – khususnya pilot. Disajikan dengan gaya bertutur tanpa maksud menggurui, buku ini penuh dengan cerita menggelitik, studi kasus, best practices, dan pembelajaran untuk semua kalangan.

     

    TESTIMONI

    “Buku ini menggambarkan perjalanan panjang sahabatku Cerah yang penuh liku dalam hidup dan meniti karier di beberapa perusahaan setelah impian menjadi seorang pilot di CAE, Oxford Air Training School, UK untuk menjelajah bentangan langit di tujuh benua; kandas dalam perjalanannya tidak menjadi kenyataan.

    Yang menarik dari buku ini adalah adanya prinsip-prinsip dalam penerbangan yang dipakai sebagai referensi untuk meraih keberhasilan dalam hidup yang digambarkannya bagaikan perjalanan seorang pilot dalam merencanakan dan mempersiapkan sebuah penerbangan yang aman, nyaman serta menjadikan keselamatan adalah prioritas utama. Tidak lain adalah penerbangan yang berfokus pada proses ketaatan pada Standard Operating Procedure (SOP) dan segala regulasi yang ada agar keselamatan pesawat yang berada pada genggaman kemudinya dipastikan berjalan dengan baik  mulai dari lepas landas menjelajah di birunya langit hingga mendarat dengan mulus dan selamat mencapai tujuan.

    Bagi pembaca yang suka tantangan dan ingin api semangat juangnya terus menyala dalam dirinya, saya sarankan untuk membaca buku ini.

    Terimakasih Cerah, terimakasih sahabat. Jadilah penerang membangun generasi penerus, generasi perubahan yang akan membawa bangsa ini ke peradaban yang lebih maju dan menjadi bangsa yang jauh lebih terhormat.”

    Capt Suhasril Samad

    Vice President Operation, PT Garuda Indonesia Tbk (2005 -2015)

    Buku menarik dan mudah dicerna yang disajikan dalam bahasa yang enak dan renyah.  Ditulis oleh dua orang dari dua generasi yang berbeda; buku ini cocok dibaca oleh Baby Boomers, Gen X, milenial maupun Gen Z. Terlebih isinya dituliskan dalam alur penerbangan ala pilot, sarat dengan kisah perjuangan dengan kata-kata bijak nan filosofis yang dapat membangkitkan motivasi untuk berani keluar dari zona nyaman guna meraih kehidupan yang lebih baik demi membahagiakan ibu satu-satunya yang dimiliki penulis sejak kecil.

    Buku ini berisi pengalaman penulis sebagai profesional yang meniti karier dari bawah dan pindah-pindah perusahaan yang membawa dirinya piawai sebagai motivator dann senior dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Cocok dibaca bagi siapa saja yang ingin maju, suka tantangan demi karier, masa depan dan kesejahteraan lebih baik.”

    Sahat Sianipar

    CEO MSA Kargo

    Mau menjadi pemimpin yang kuat? Anda bisa belajar dari buku The Pilot Way ini, karena memberikan pemahaman mulai dari apa itu kepemimpinan dan juga ada tools untuk melakukan muhasabah (self- reflection) dan juga dasar manajemen berdasarkan way of thinking seorang pilot yang mementingkan keselamatan  tidak jauh berbeda dengan bidang yang saya geluti yaitu satelit.

    Tonda Priyanto

    Direktur Utama PT Telkom Satelit Indonesia

    “Sanggup memimpin diri sendiri adalah salah satu syarat seorang pemimpin yang baik, kemudian ia sanggup memotivasi bawahan untuk memunculkan performa terbaiknya. Apabila terwujud, itu adalah keberhasilannya dan keberhasilan timnya. Seperti kopi dalam latte, susu tidak akan menghapus rasa kopi tetapi justru memunculkan rasa kopi dan menimbulkan cita rasa baru. Buku ini adalah panduannya.”

    Fonda Rafael

    Master Trainer Public Speaking, Hypnotheraphy Instructor, Author, Personal Life Improvement Coach, & Motivator

    Penumpang tidak akan bisa mencapai destinasinya dengan aman dan nyaman tanpa kepemimpinan pilot yang didukung kerja sama solid dari co-pilot, pramugari, hingga air traffic controller. Demikian juga kita, yang nyata-nyata adalah penumpang dalam kehidupan kita. Sesederhana itulah pesan buku ini.”

    Michael Adryanto

    Praktisi Manajemen SDM

    Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa ini sepertinya tepat untuk menggambarkan manfaat Anda ketika membaca buku ini. Anda bisa belajar kepemimpinan dalam konteks pribadi, pentingnya kerja tim dalam membangun imperium bisnis, dan tentunya makna perjalanan hidup.

    Hevy Febriyansyah

    General Manager Wira Angkasa Aviation Training Center

    “Menakjubkan! Penulis mampu menceritakan rumitnya konsep kepemimpinan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan.”

    Jimmy Susanto, CSMT.NLP, ACC

    100 Best Global Coaching Leaders Award Winner

    “Mau menjadi pemimpin? Anda bisa belajar dari mana saja. Termasuk dari The Pilot Way ini.”

    Captain Dharmadi

    CEO Flybest Flight Academy

    “Setiap orang laksana pilot untuk perjalanan hidupnya sendiri. Setiap pemimpin bisnis ibarat pilot yang menentukan berputarnya roda organisasi. Dua hal ini saya anggap paling mewakili pesan dari lahirnya buku ini.”

    Yohanes Grady Irawan

    First Officer Garuda Indonesia

    The Pilot Way is awesome! Destinasi kita adalah tujuan hidup kita.  Baik sebagai pilot untuk diri kita sendiri, keluarga, maupun orang lain.  Pilihan cara (strategi), dan implementasi mencapai destinasi sangatlah menentukan pencapaian hasil akhir (sampai ke tujuan destinasi). Be focused and different we will reach our destination!

    Dr. Adi Nurmahdi, MBA

    Director of Inovation, Alumni & International Cooperation

    Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta

  • Sudahkah Organisasi Anda “Bertujuan”?

    Semua orang tahu bahwa bisnis diciptakan untuk mendatangkan keuntungan. Sehingga pertumbuhan bisnis berkelanjutan tidak bisa ditawar lagi, agar bisa bertahan di tengah persaingan yang kian sengit. Namun sadarkah kita mengapa ribuan perusahaan yang dulunya “jagoan” satu persatu tumbang? Di saat yang bersamaan, mengapa ada segelintir perusahaan “kawakan” yang masih mampu eksis hingga sekarang? Jawabannya tentu bergantung dari sudut mana kita memandangnya.

    Belakangan ini saya bertemu dengan Ali Zaenal Abidin, yang tidak lain adalah Chief of Organizational Happiness Insight Out. Kami berjumpa di salah satu gerai makanan cepat saji populer di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan. Jebolan Wagner Graduate School of Public Service di New York University tersebut, menyadarkan saya pentingnya “tujuan” dalam bergerak. Tidak hanya dalam konteks individu, namun juga dalam konteks bisnis.

    Seperti yang (mungkin) telah Anda ketahui, Ali bersama rekan-rekannya mendirikan Insight Out dengan “tujuan” mulia. Mereka ingin membantu para individu dan organisasi menemukan dan menjalankan “tujuan”, hingga membangun budaya organisasi yang berbasis nilai. Sehingga bisa diterjemahkan ke dalam kegiatan sehari-hari.

    Di tataran individu, Insight Out memiliki program bertajuk I’m On My Way (IOMW). Sebuah program yang dibesut untuk memfasilitasi individu menemukan dan menjalani passion dan “panggilan hidup”, merancang jalur hingga memulai perjalanan untuk mencapainya. Tidak tanggung-tanggung, program ini memiliki misi untuk mewujudkan satu juta “Purposeful People”,  yaitu orang-orang yang telah menemukan dan menjalankan tujuan hidupnya pada tahun 2027. Melalui proses fasilitasi self-discovery intensif selama 10 pekan, program ini tidak hanya benar-benar cocok untuk membantu para peserta mengenali siapa dirinya, tapi juga menciptakan snowball effect dalam  mempromosikan “Enabling Purposeful Dreams” yaitu mewujudkan mimpi yang dapat memberikan positif bagi masyarakat.

    Lantas apa hubungannya dengan dunia bisnis? Kalau IOMW membantu individu untuk menemukan “panggilan hidup”, Insight Out memiliki  jasa Organizational Discovery untuk tataran organisasi – baik profit maupun non-profit. Jadi jasa konsultansi ini membantu organisasi-organisasi menentukan visi-misi, mengembangkan nilai-nilai dan perilaku, menerjemahkan ke dalam kegiatan operasional. Hingga kepada cara mengukur kinerjanya secara sistematis. Singkat kata Insight Out membantu klien membangun budaya perusahaan, dengan cara yang berbeda dari firma konsultansi kebanyakan.

    Insight Out mengingatkan saya dengan Ford Motor Company. Perusahaan legendaris asal Negeri Paman Sam ini pada tahun 1914 menjadi yang pertama dalam mengedepankan “tujuan”, di samping keuntungan dalam berbisnis. Suatu ketika Henry Ford  mengejutkan jagat, karena mampu melipatgandakan upah karyawan sebanyak dua kali upah rata-rata produsen mobil lain pada zamannya. Tidak hanya itu beliau juga memotong jam kerja, dari sembilan menjadi delapan setiap harinya. Serta menawarkan pembagian keuntungan bagi karyawan yang mau menjalani gaya hidup “bersih”, hingga memimpikan setiap karyawannya mampu membeli sendiri mobil buatannya.

    Apakah Ford tumbang karena terlalu dermawan? Bukankah kebijakan di atas hanya menghabiskan keuntungan saja? Anggapan yang salah. Ford begitu berhasil pada zamannya. Ia justru menjadi perusahaan yang paling didambakan dan di saat yang bersamaan paling profitable sepanjang abad ke-20.

    Ford mengingatkan saya lagi kisah sukses Facebook. Perusahaan fenomenal besutan Mark Zuckerberg ini mengaku bahwa pada awalnya didirikan sebagai misi sosial, bukan sebagai perusahaan. Tidak lain ialah untuk membuat dunia yang lebih terbuka dan terhubung. Sehingga Zuckerberg tidak membebani pengguna dengan biaya untuk membuat akun, hingga menikmati berderet fitur gratis yang kian bertambah dari hari ke hari.  Hal tersebut  justru membuat Facebook  menjadi salah satu jejaring sosial, dengan jumlah pengguna terbanyak dan keuntungan terbesar di dunia.

    Ketika para pengguna menikmati fitur-fitur yang ditawarkan Facebook, dengan sendirinya mereka tentu merekomendasikan kepada teman-temannya untuk membuat akun dan  berlama-lama aktif di sana tanpa diminta. Seiring dengan  meningkatnya jumlah  pengguna dan durasi mengaksesnya, para pengiklan berbondong-bondong mempercayakannya untuk mempromosikan produk dan jasanya. Belakangan Facebook memperbaharui “tujuan” bisnisnya menjadi sebuah perusahaan yang mampu memberikan kesempatan kepada orang-orang kekuatan, untuk membangun komunitas dan mendekatkan dunia bersama-sama.

    Apa “benang merah” dari perjalanan Ford dan Facebook? Sederhana saja. Organisasi tanpa tujuan hanya mampu mengelola sumber dayanya, sedangkan organisasi yang “bertujuan” bisa memobilisasi sumber dayanya. Tujuan merupakan kunci terwujudnya budaya perusahaan yang kuat, terukur dan berkelanjutan. Ia memang bukan elemen terlihat, namun kehadirannya selalu menyertai derap langkah perusahaan. Ia laksana  ruh yang memberikan energi tak terbendung.

    Menyadari hal itu kini semakin banyak saja perusahaan, yang menuliskan pernyataan tujuan guna melengkapi pernyataan misi. Satu hal yang sekilas sama, namun sebenarnya jelas terlihat perbedaannya.

    Misi menggambarkan apa yang diinginkan, dikejar, atau dicapai oleh perusahaan. Sedangkan tujuan adalah alasan mengapa perusahaan didirikan. Jadi tujuan bukan semata-mata mengenai hasil – melainkan perjalanan atau proses.

    Kita bisa ambil contoh dari perusahaan sekelas PricewaterhouseCoopers (PwC). Perusahaan yang berpusat di New York ini memiliki misi untuk membantu perusahaan dan organisasi, untuk menciptakan nilai melalui jasa-jasa yang ditawarkannya.  Adapun “tujuan” PwC adalah membangun kepercayaan di tengah masyarakat dan menyelesaikan masalah-masalah penting. Tujuan itulah yang menjadi jawaban mengapa ia masih begitu “perkasa” bersanding dengan Deloitte, Ernst & Young, dan KPMG.

    Jadi sudahkah perusahaan Anda menemukan purpose? Jika ya, apakah ia telah benar-benar “terpatri” dalam budaya perusahaan Anda? Tujuan ialah “ruh” mengapa bisnis Anda ada, untuk siapa bisnis Anda dijalankan, dan apa yang ditawarkan bisnis Anda untuk melayani, menciptakan nilai tambah, dan memecahkan masalah di sekitar kita.

     

    Artikel ini sebelumnya pernah dimuat di Inti Pesan, 21 Juli 2017