Tag: Ilusi Kepemilikan

  • Ilusi Kepemilikan

    Stres.

    Pembunuhan.
    Perceraian.
    Bunuh diri.
    Gila.
    Lima hal tersebut adalah segelintir efek negatif dari orang yang kemelekatannya pada dunia begitu tinggi. Keakuannya bergelora pada jiwanya.
    Gara-gara merasa memiliki, kehilangan harta benda dan orang-orang terdekat berujung stres.
    Gara-gara ingin memiliki, semakin banyak orang menghilangkan nyawa orang lain. Mereka pikir harta benda bisa memuaskan nafsu.
    Gara-gara kepemilikan, pasutri bercerai. Kurangnya kepemilikan membuat istri atau suami kecewa, kesal, dan marah yang berujung petaka.
    Gara-gara kepemilikan, tak terhitung jumlahnya orang tega membuat nyawa mereka melayang. Mereka malu karena miskin, terhimpit ekonomi yang menyesakkan. Tak sedikit yang berkelimpahan melakukan hal sama karena perebutan harta warisan hingga merasa diperlakukan tidak adil oleh keluarganya.
    Gara-gara kepemilikan semakin banyak orang gila. Mereka tidak bisa mengendalikan diri.
    Teman, hidup ini adalah ujian. Semua yang kita miliki adalah titipan. Anak-anakmu dan pasanganmu bukan milikmu. Harta bendamu bukan milikmu. Jabatanmu dan ketenaranmu bukan milikmu.
    Lalu, apa guna kamu mengakuinya? Itu hanya membuatmu menjauh dari-Nya.
    Dunia seisinya adalah milik-Nya. Kita hanya diberi titipan yang kelak akan dipertanggungjawabkan.
    Ilusi kepemilikan. Makin kamu merasa memiliki, makin sengsara hidupmu.
    Tabik.
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 19 Februari 2020
  • Ilusi Kepemilikan

    “Sudah 10 tahun merantau, lo sudah punya apa aja?”

    Itu adalah pertanyaan yang kulontarkan kepada diri sendiri. Di abad digital seperti sekarang agaknya sebagian besar orang memamerkan kepemilikannya yang ditampilkan di akun-akun media sosialnya. Mereka pikir, orang lain bisa takjub atau setidaknya bilang “Wow!”.
    Bagaimana denganmu? Apakah kamu merasa menjadi “remah-remah” ketika membandingkan kepemilikan diri sendiri dengan orang lain? Pernahkah kamu merasa down karena tak memiliki harta benda berarti?
    Dalam salah satu fase kehidupan, jujur saya pun pernah mengalaminya. Namun setelah melewati titik balik, kepemilikan bukan menjadi isu yang saya pedulikan lagi. Apa pasal?
    Semua yang kita miliki tak lebih dari titipan. Segala harta benda yang kita bangga-banggakan cuma “numpang lewat”. Apa guna diagung-agungkan? Apa manfaatnya menuhankan kepemilikan?
    Sejatinya dunia dan segala isinya ini fana. Sesungguhnya yang berwujud di alam ini adalah Tuhan. Jadi, jika kita masih merasa memiliki itu artinya ego atau keakuan kita yang mengendalikan diri. Dan itulah sumber kesengsaraan.
    Alih-alih menumpuk kepemilikan, mengapa kita tidak memperkaya pengalaman? Daripada menuhankan segala hal yang fana, mengapa kita tidak menuhankan pencipta segala hal?
    Ilusi kepemilikan. Sudahkah kamu menyadarinya?
    Agung Setiyo Wibowo
    Jakarta, 5 Februari 2020