Category: Uncategorized

  • Mengenal Ghostwriter Profesional: Suka Duka Menjadi Penulis Bayangan dan Tips Memilih yang Terbaik

    “Pernahkah Anda membaca buku yang sangat menyentuh… tapi ternyata bukan ditulis oleh penulis yang tercantum di sampulnya?”

    Ya, di balik banyak buku inspiratif, biografi terkenal, hingga tulisan viral di media sosial, ada satu sosok tak terlihat yang bekerja dalam senyap — ghostwriter.

    (more…)

  • Rahasia Mengatasi Writer’s Block dari Ghostwriter Berpengalaman

    Pernahkah Anda duduk di depan laptop, menatap layar kosong, dan otak rasanya “macet total”? Ide seolah hilang, kata-kata tak mengalir, padahal tenggat sudah menunggu. Jika ya, selamat datang di dunia writer’s block — hambatan kreatif yang bisa menimpa siapa saja, bahkan orang-orang besar seperti Anda: pejabat negara, artis, pengusaha, hingga influencer.

    (more…)

  • Uang Bukan Soal Pintar, Tapi Soal Perilaku

    Jujur deh, ada masa di hidup saya ketika angka di rekening tidak pernah bisa mengejar angka di kepala. Rasanya gaji sebesar apa pun selalu habis, bahkan minus. Padahal, secara teori saya “melek finansial”—tahu soal budgeting, investasi, bahkan hitungan bunga majemuk. Tapi tetap saja, uang terasa licin.

    (more…)

  • Refleksi 17 Tahun Menjadi Ghostwriter

    Pernahkah Anda Membayangkan Menulis Buku, Tapi Tidak Punya Waktu?

    Bayangkan Anda seorang pejabat publik dengan jadwal padat, seorang pengusaha yang sibuk membangun kerajaan bisnis, atau seorang artis yang setiap harinya dikejar deadline syuting dan panggung. Waktu Anda habis untuk bekerja, berkarya, memimpin, dan mengambil keputusan penting.

    (more…)

  • Refleksi 3 Bulan Menjadi Self-Employee

    Tak terasa sudah lebih dari tiga bulan saya menjadi Self-Employee. Bukan waktu yang mudah untuk dijalani. Tapi saya begitu bersyukur bisa mencapai titik ini.

    Terbiasa berjibaku dengan kemacetan Jakarta pulang-pergi kini sudah tidak kurasakan lagi. Menahan haus dan lapar di jalan tidak lagi kualami. Kehujanan maupun pandangan silau ketika berkendara tak lagi kutemui.

    Sepertinya di rumah enak ya Mas?

    Ada enaknya, ada tantangannya juga. Karena saya percaya apapun itu sepaket. Tak ada yang benar-benar menyenangkan. Nggak ada yang benar-benar menyedihkan.

    Saya percaya dalam kondisi apapun kita bisa memilih. Untuk ceria atau murung. Untuk berprasangka baik atau buruk. Untuk sabar atau terpancing emosi. Untuk lebih termotivasi atau justru makin down.

    Dulu ketika bekerja ada sosok atasan yang setidaknya mengingatkan kita untuk mencapai to do list ini dan itu. Senggaknya ada rekan kerja yang kita ajak curhat tentang keseharian. Kini itu tinggal kenangan.

    Kendali Diri

    Hanya diri sendirilah yang membuat semangat. Hanya diri sendirilah yang mendorong saya bosan. Hanya diri sendirilah yang menciptakan suasana menjadi nyaman atau sebaliknya.

    Jadi, ketika saya sedang bosan, saya ingat lagi tagihan demi tagihan yang perlu kubayar.

    Ketika saya lagi down, saya merenungkan lagi perjuangan ayah dan ibu yang membesarkan saya.

    Ketika saya sedang galau, saya mengingat lagi alasan awal saya meninggalkan kampung halaman.

    Ketika saya hampir menyerah, saya ingat lagi tumbuh kembang anak saya.

    Dan ketika saya merasa hilang arah, saya ingat lagi Tuhan. Karena ini adalah sumber motivasi terbesar.

    Mengingat Kematian

    Saya merasa tiga bulan terakhir merupakan fase yang tidak mudah dilalui. Berbagai “drama” datang bertubi-tubi silih berganti.

    Andai saja saya bukan self-employee, rasanya sulit meminta izin seminggu untuk merawat kedua orang tua yang sakit bersamaan di rumah sakit berbeda.

    Andai saja saya masih orang kantoran, tidak mungkin saya secara bebas berlama-lama di rumah ketika ayah mertua wafat secara mendadak.

    Andai saja saya masih mengikuti pola 9-6, mustahil saya bisa mengantar dan menjemput anak dengan leluasa.

    Mengingat kematian sungguh menjadi pelecut. Karena untuk apa kita melakukan apa yang kita lakukan? Untuk siapa  kita berkarya? Mengapa kita perlu takut, cemas, dan bosan?

    Bukankah itu semua kelak tidak artinya ketika ajal datang?

    Ya Tuhan, ampuni saya. Selama ini saya masih jauh untuk dikatkaan sebagai orang baik. Saya masih belum bijak mengisi waktu saya.

    Saya yakin saya bisa memperbaiki diri untuk mengikuti kehendak-Mu.

    Saya berterima kasih atas rahmat-Mu selama ini.

    Saya pasrahkan hidupku kepada-Mu.

    Saya ikuti semua skenario-Mu.

    Sawangan, 21 Maret 2024