Tag: Tujuan Hidup

  • Segera Terbit: CALLING

    Panggilan hidup ialah apa yang menggerakkan diri Anda. Ini merupakan pilihan sadar tentang apa, di mana, dan bagaimana Anda bisa membuat perbedaan.

      Panggilan hidup merupakan alasan yang sangat kuat dari dalam diri. Inilah yang membuat Anda benar-benar ingin memberikan manfaat, menolong sesama, menciptakan nilai tambah, dan menyelesaikan masalah.

      Panggilan hidup adalah apa  yang paling Anda gelisahkan, pedulikan, dan anggap penting. Sehingga, Anda benar-benar terdorong untuk menjadi “pahlawan” di dalamnya untuk dunia yang lebih baik.

    Banyak orang meninggal yang masih menyimpan “musik” di dalam dirinya. Dalam metafora ini, musik merupakan panggilan dari jiwa Anda. Identitas diri Anda yang otentik.

    Ketika Anda menemukan musik – apa yang membuat Anda bergerak – hidup sungguh-sungguh memancarkan energi baru. Karena ruh musik Anda begitu kuat, Anda hampir tidak mampu menahan diri untuk mengikuti iramanya. Lantaran itulah yang mendorong Anda untuk turut “menari”. Untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh Tuhan dan dunia dari Anda.

    Hanya diri Anda sendirilah yang bisa mendengarkan “panggilan musik” dari jiwa Anda. Itu mengapa tidak ada orang lain yang bisa menggantikan Anda untuk menemukan, menyadari, dan menjalani panggilan hidup Anda.

    Buku ini memandu Anda untuk mencari tahu apa yang benar-benar Anda inginkan di dalam hidup. Sebuah panggilan hakiki yang memancarkan cara Anda mengekspresikan jati diri. Panggilan untuk memenuhi apa yang Tuhan dan dunia inginkan dari Anda.

     

    The Calling

    Apa Yang Perlu Anda Tahu? 

    Sebagai informasi, buku ini merupakan salah satu “buah” dari refleksi panjang saya selama setahun penuh dalam jeda (tidak bekerja) dalam misi SabbaticalSebuah periode yang saya manfaatkan untuk berpetualang di beberapa pulau dan kota Indonesia. Sebuah masa yang saya manfaatkan untuk mengenali jati diri sekaligus melakukan riset independen.

     

    Ya, saya mewawancarai lebih dari 1200 responden yang tersebar di 40 kota lapis pertama dan kedua  di  tanah air. Belum termasuk para diaspora Indonesia yang tersebar di New York, Kuala Lumpur, Penang, Singapura, Bangkok, Amsterdam, London, Jeddah, Sydney, New Delhi, Tokyo,  Hong Kong, hingga Bandar Seri Begawan. Profesi (dan jabatan) mereka beragam mulai dari mantan Menteri, anggota DPR, motivator, humas, akuntan, pemuka agama, perencana keuangan, agen asuransi, akuntan, pengacara, penerjemah, arsitek, pegawai negeri sipil, konsultan, dokter, insinyur, bankir, guru, dosen, diplomat, wartawan, peneliti, penyunting, pekerja lepas, seniman, penulis, inovator, juru bicara presiden, musisi, perawat, psikolog, polisi, tentara, pembawa acara berita, pengusaha, pedagang, pelatih, peneliti, petani, hingga buruh.

     

    Saya mencari tahu bagaimana manusia-manusia Indonesia memandang hidup. Mulai dari kapan mereka menemukan “panggilan”, apa yang mereka cari dalam hidup, apa  yang paling penting dalam hidup mereka, bagaimana mereka memandang keberhasilan, bagaimana mereka mengartikan kebahagiaan, hingga mengapa mereka bekerja. Pada akhirnya, saya bisa memetakan panduan untuk membantu sesama untuk mengenali apa yang benar-benar inginkan, gelisahkan, dan pedulikan dalam hidup sekaligus apa yang benar-benar menggerakkan dan paling penting untuk diperjuangkan. Sebuah titik di mana apa yang Tuhan inginkan selaras dengan dorongan dari dalam diri mereka.

     

     

    Apa Kata Mereka? 

    “Semoga buku ini membantu kita semua untuk menemukan panggilan yang sesuai Passion. Seperti saya yang memang sangat kuat dengan Passion for Knowledge dan dituangkan dalam kegiatan mengajar di berbagai kesempatan. Mudah-mudahan Passion ini juga menjadi ‘bahan bakar’ bagi kita semua dalam menghadapi tantangan zaman NOW!”

    Hermawan Kartajaya
    Founder & Executive Chairman MarkPlus, Inc.

     

    “Tidak ada yang semua serba kebetulan di dunia ini. Begitu pula dengan kehadiran Anda di muka bumi ini. Anda diutus Sang Maha Pencipta dengan misi tertentu: mensyi’arkan nilai-nilai kemanusiaan, menebarkan keluhuran budi, menyebarkan rahmat & salam untuk semesta alam. Buku ini adalah sahabat terbaik yang menemani Anda untuk mengenali jati diri.”

    Priyo Budi Santoso

    Wakil Ketua DPR-RI 2009-2014

    Chief & Founder of Pridem Center

    Owner Edensor Wellness Center

     

    “Apa yang benar-benar Anda inginkan dalam hidup? Agaknya buku ini bisa memandu Anda untuk menjawab pertanyaan penting yang seringkali terlupakan. Baca buku ini, perjuangkan mimpi Anda dan berkaryalah bagi negara kita tercinta. Indonesia, Pasti Bisa!”

    Miss Merry Riana
    Entrepreneur, Influencer, Educator
    Tokoh Inspirasi Buku & Film ‘MERRY RIANA: Mimpi Sejuta Dolar’
    TV Host ‘I’m Possible’ on Metro TV
    Radio Host ‘The Merry Riana Show’ on Sonora Network

     

    “Setiap orang terlahir unik.  Tapi, yang pasti setiap orang yang normal mendambakan kehidupan yang sukses dan bahagia.  Buku ini memandu Anda untuk mencari tahu apa itu makna hidup sukses dan bahagia yang hakiki, dan bagaimana cara menggapainya.  Saya yakin buku ini bisa menjadi sahabat terbaik Anda untuk mengenali jati diri dan memotivasi kehidupan Anda.”

    Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS

    Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB

    Menteri Kelautan dan Perikanan-RI (2001 – 2004)

     

    “Orientasi orang bekerja ada tiga yaitu job orientation work (berfokus pada material), career orientation work (berfokus pada kemajuan dalam bekerja), dan calling orientation work (fokus pada tujuan yang lebih besar). Apabila kita memiliki calling orientation work, maka dua orientasi lainnya akan didapatkan juga. Itulah positive meaning  sesungguhnya karena tidak banyak orang yang dapat mencapainya.

    Melalui buku ini pembaca akan mendapatkan banyak inspirasi bagaimana menemukan jalan tersebut. Sehingga hidup kita lebih berarti, secara psikis menjadi lebih banyak didominasi emosi positif, flow dan secara fisik memiliki vitalitasBukankah menyenangkan? Jadi, membaca buku ini menjadi penting.”

     Dr. Nurlaila Effendy, M.Si

    Ketua Umum Asosiasi Psikologi Positif Indonesia

    Konsultan Corporate Culture  Performance Management System

    Dosen Psikologi Industri & Organisasi

     

    “Setiap orang terlahir unik. Kendati demikian, kita sama-sama diciptakan Tuhan untuk mewujudkan dunia yang lebih baik. Buku ini bisa dijadikan panduan praktis untuk Anda mencari tahu dan dapat memahami apa yang benar-benar Anda inginkan dalam hidup dan bagaimana cara mewujudkannya.”

    Siddharta Moersjid

    CEO Emergenetics International – Indonesia

     

    “Bacalah, resapi dalam-dalam, dan praktikkan sesegera mungkin!”

    Rama “Abah Rama” Royani

    Founder Talents Mapping

     

    “Buku ini, insya Allah menjawab beberapa rasa penasaran atau pertanyaan yang sering muncul. Khususnya, “Apa yang Anda cari?”, “Apa yang benar-benar Anda inginkan dalam hidup?”, dan “Apa yang membuat Anda bahagia?”.  Semoga buku karya Mas Agung ini bisa membantu. Buku yang kaya akan makna sebagai hasil diskusi dengan banyak pihak.”

    Ari Wijaya

    VP of Property Management & General Affairs PT. Elnusa, Tbk.

    Penulis buku “Cost Killer” dan “KEY”

     

    “Apabila Anda merasakan pekerjaan adalah beban dan Anda tidak menemukan ‘jiwa’ di dalamnya, maka inilah saatnya Anda menemukan ‘musik dalam diri Anda’ yang menggairahkan untuk merasakan petualangan dan passion yang membuat Anda merasa unstoppable.  Saya melarang Anda membaca buku ini, karena kalau Anda membacanya dan menjadi unstoppable, itulah risiko dan bahayanya. Sekali lagi jangan baca buku ini. BERBAHAYA!”

    Yoseph Anastasius Didik Cahyanto

    Komisioner Independen PT. Bumi Resources, Tbk.

     

    “Banyak orang yang hidup dalam kepura-puraan, kepalsuan, kebingungan, kegelisahan dan ketidakbenaran yang seolah-olah tak berkesudahan. Alhasil, yang mereka peroleh tidak lebih dari kesenangan sesaat – bukan kedamaian hati dan kebahagiaan hakiki. Buku ini sangat tepat untuk menemani Anda untuk melakukan perjalanan dalam diri sendiri. Pada akhirnya, Anda akan mampu menyadari apa yang benar-benar Anda pedulikan dan perjuangkan di dunia.”

    Andi MS

    Vice President Director PT Tang Mas

     

    “Saya sangat mengapresiasi penulisan buku ini karya saudaraku Agung Wibowo yang syarat makna dan penuh muatan filosofis yang langsung menembus ke dalam jantung kehidupan. Sebuah karya hasil kontemplasi diri dengan penjelajahan sepanjang garis batas negeri ini, tentu akan menghasilkan karya yang luar biasa.

    Banyak orang yang terjebak pada cara sehingga tersesat di tujuan. Maksudnya keinginan setiap orang itu pasti sama yaitu ingin hidup bahagia. Persoalannya seringkali kebahagiaan itu disimplikasi secara salah oleh manusia, lalu dimanifestasikan dalam wujud materi. Seolah – olah kalau ingin bahagia itu harus banyak uang dulu, dan kalau ingin banyak uang ya tentu harus punya jabatan tinggi. Sebelum punya jabatan tinggi ya harus mengikuti berbagai tingkat pendidikan yang harus dilalui. Inilah algoritma berpikir kebanyakan orang.

    Jika begitu algoritma berpikirnya, maka akan banyak yang salah cara sehingga pasti tujuannya tersesat. Bahagia yang dituju, tapi kegersangan hati yang ia peroleh. Kenapa? Karena sejak awal seperti itu seringkali salah untuk menuju tujuannya. Mental yang dibangun adalah mental kompetisi, bukan mental kolaborasi. Saling menjatuhkan dianggap sebagai bagian dari konsekuensi kalau ingin menang, bukan bahu-membahu untuk mencapai sukses bersama.

    Buku ini mengulas filosofis kehidupan secara mendalam. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan saya bangga semoga banyak orang yang memperoleh manfaat dari penulisan buku ini. Selamat Mas Agung, semoga sukses selalu.”

    Dede Farhan Aulawi

    Komisioner Komisi Kepolisian Nasional 2016-2020

     

    “Baca buku ini segera jika Anda ingin menemukan apa yang selama ini Anda cari. Baca dan terapkan buku sahabat saya Agung Setiyo Wibowo.”

    Tom MC Ifle

    Founder & CEO Top Coach Indonesia

    Best Selling Author Go start up, Profit is King dan Big Brain Big Money

     

    “Hidup dan pekerjaan akan menjadi menyenangkan bahkan membahagiakan jika sesuai dengan penggilan hidup Anda yang unik, berbeda satu dengan yang lainnya. Namun untuk menemukan apa panggilan hidup Anda tidaklah mudah. Buku Mas Agung Setiyo Wibowo ini dapat membantu dan memandu Anda bagaimana menemukan panggilan hidup Anda yang sejati, bahkan Anda dapat menemukan jati diri Anda yang sesungguhnya. Buku yang lengkap dan hebat. Bacalah dan temukan panggilan hidup sejati Anda, jadikan seluruh kehidupan Anda menyenangkan dan membahagiakan.”

    Ery Prasetyawan

    Pembelajar Kehidupan

     

    “Berdasarkan pengalaman kami berinteraksi dengan dunia Kerja baik sebagai profesional maupun konsultan, saya menemukan banyak orang yang terlihat sukses bekerja dan berkarir. Tapi sayangnya tidak banyak dari mereka yang tulus dan jujur menjalani panggilan hidupnya. Akibatnya, jiwa mereka kering dan hampa meski kekayaan, ketenaran, kekuasaan, dan kenikmatan duniawi telah diperolehnya. Buku ini mengajak kita semua untuk menemukan kembali apa yang dinamakan dengan tujuan hidup, sehingga kita mampu ‘hidup kembali’ meraih prestasi karir dan kehidupan.”

    Jazak Yus Afriansyah

    Author, Coach, Trainer

    Founder and Principal of Manuver Corp

    www.manuvercorp.com

     

    “Banyak orang yang nampak sukses bekerja dan berkarir. Tapi tidak banyak yang benar-benar menjalani panggilan hidupnya. Akibatnya, jiwa mereka kering meski kekayaan, ketenaran, kekuasaan, dan kenikmatan duniawi telah diperolehnya. Buku ini mengajak kita semua untuk mempertanyakan kembali apa yang dinamakan dengan tujuan hidup.”

    Marulam Sitohang

    Executive Coach

     

     

    “Buku ini akan menjelaskan kepada Anda bagaimana sebuah proses menemukan identitas diri yang tepat dan sesuai dengan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Mulai dalam penemuan nilai-nilai diri dan keyakinan yang ditemukan dalam sebuah proses pengalaman hidup yang akan menimbulkan motivasi kuat untuk Anda meraih sukses. Kenali siapa diri Anda dan apa yang Anda inginkan dalam hidup dengan membaca tuntas buku ini.”

    Margetty Herwin

    Executive & Business Coach

     

                “Dalam Al-Qur’an surat Al ‘Alaq ayat 1 (satu) berbunyi : Iqra’ yang berarti ‘bacalah!’ menjadi kunci ilmu pengetahuan bagi manusia di bumi. Iqra’ adalah kata pertama yang diturunkan Allah SWT kepada manusia, Nabi Muhammad SAW (570-632 M) di Kota Mekkah. Beliau menerima firman Allah SWT di Gua Hira untuk pertama kalinya setelah Allah SWT berhenti ‘berbicara’ dengan hamba-Nya Nabi Isa AS ±6 SM s.d. ±30 SM. Jadi ada rentang waktu ±600 tahun kemudian Allah SAW mau berbicara kembali dengan hamba-Nya, manusia. Pada saat itu, Allah SWT  memilih Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

    Iqra’ hingga saat ini telah menghasilkan kemajuan di berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di muka Bumi. Iqra’ berlaku lintas agama, budaya, logika, dialektika, dan peradaban ummat manusia kemarin, hari ini, dan nanti hingga akhir zaman. Iqra’ telah berhasil meningkatkan harkat dan martabat umat manusia, semula tulang, jantung, paru, liver, usus, lambung, limpa, pangkreas, empedu, ginjal, hingga alat kelamin, hanya dibungkus dengan daging dan kulitnya. Saat itu, mereka mendiami gua-gua dan pohon-pohon besar di berbagai sudut bumi guna menghindari serangan binatang buas yang mematikan. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, umat manusia mulai membungkus dan menghiasi badan mereka dengan tekstil dan lain sebagainya. Pendek kata, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan hidup jasmaniah dan rohaniah umat manusia. Ini kita sebut sebagai tingkat pencapaian peradaban umat manusia tertinggi yang paling kharismatik. Realitas sosial ini menjadi berkah sekaligus menolak  menjadi kutukan bagi umat manusia.

    Karena itu Iqra’ membimbing ummat manusia untuk hijrah dari ‘alam kegelapan’ ke ‘alam terang benderang’ guna mencegah kerusakan di muka bumi ini. Manusia yang memiliki kemampuan Iqra’ yang tinggi, mereka bisa menjadi suluh bagi semua umat manusia di muka bumi –terutama melalui karya tulis sebagai tanda manusia bermanfaat dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik pada tataran regionalisme, maupun pada tataran globalisme yang ditandai oleh kemajuan ilmu dan teknologi industri transportasi, industri teknologi telekomunikasi, industri teknologi kesehatan, dan industri teknologi pertahanan, serta industri teknologi pangan. Capaian ini telah dipelopori oleh bangsa Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Korea Selatan, Rusia, dan Finlandia serta lainnya.

    Buku berjudul Calling: Bekerja Dengan Jiwa, Berkarya Dengan Makna; juga tak bisa lepas dari rujukan Iqra’ dari Allah SWT yang, untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW di atas. Buku ini membawa misi ajakan kepada generasi kini untuk aktif membaca  fenomena sosial dan fenomena alam untuk ditulis kemudian disebarluaskan kepada masyarakat umat manusia; setidaknya di Indonesia dalam rangka mencapai makna kehidupan yang sejalan dengan ajaran Allah SWT dan ajaran agama yang dianutnya agar hidupnya bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa, umat, dan negara Kesatuan Republik Indonesia yang Pancasilais, yang dilatari oleh filsafat Bhinneka Tunggal Ika. Pada mana di dalamnya dikuatkan oleh kohesi sosial Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA). Jadi SARA adalah berkah bagi bangsa Indonesia dan bukan teror bagi kehidupan sosial di Indonesia. Masih ragukah? Iqra’ atau bacalah!”

    M.D. La Ode, S.IP; M.Si

    Dosen Universitas Pertahanan Indonesia dan Direktur Eksekutif CISS

     

    “Sebuah perjalanan pencarian diri yang tidak semua orang berani untuk melakukannya –berhenti dari semua aktifitas dan memulai pencarian. Semua itu hanya untuk menjawab pertanyaan ‘siapa saya? Buat apa saya ada di dunia ini?’ dan…. Mas Agung Setiyo Wibowo berhasil menemukan jawaban pertanyaan tersebut untuk dirinya dan sudah menemukan jawabannya, sekaligus menemukan #versiTERBAIK-nya. Dalam buku ini kita akan dapat mengetahui proses pencariannya, bagaimana dia melakukan dan mewujudkannya. Ini adalah buku referensi yang bagus bila kita ingin mempersingkat waktu dan cara dalam pencarian jati diri kita.“

    Aviantara Budi Prasetyo

    Career OPTIMIZER Coach │ www.aviantara.com

     

    “Kebanyakan dari kita tidak menjiwai apa yang kita lakukan. Bahkan tidak benar-benar menjiwai hidup kita.

    Karena sudah terlalu sering kita abaikan ‘kompas sanubari’ dan sudah terlalu lama kita tutup rapat ‘jendela mental’ dari berbagai rancangan terindah Tuhan atas hidup kita, lewat berbagai berkat dalam keseharian maupun berbagai cobaan atas jalan hidup kita.

    Jati diri kita yang paling hakiki seringkali kita temukan dalam keheningan malam, khusyuknya perenungan, dan syahdunya kesendirian kita bersama alam semesta.

    Dalam setiap momen pencarian jati diri itu, pastikanlah kita ada bersama orang yang tepat dan juga buku yang tepat; yaitu buku ini…”

    Peter Febian

    Personal Branding Evangelist & Social Impact Practitioner

     

    “Buku ini mengingatkan saya ke masa lalu. Masa ketika saya hanya ikut dalam barisan domba, seakan-akan hanya jalur domba tersebut yang tersedia. Masa ketika hanya mengejar uang dan jabatan, karena begitulah dunia dalam perspektif kaca mata kuda yang dulu saya pakai. Kalau saja buku ini sudah ada dari dulu, mungkin saya lebih cepat menemukan ‘Panggilan’ saya. Saat ini saya lebih bahagia dan yang terpenting, lebih hidup.”

    Aditiyo Indrasanto 

    Founder & Lead Consultant Career Guide Indonesia

     

    “Sarat dengan wawasan spiritual, kisah nyata para tokoh nasional maupun internasional, dan ditaburi dengan berderet panduan yang tidak menggurui; buku ini akan membantu Anda menemukan panggilan Anda, suara Anda dan siapa tahu, bahkan diri sejati Anda.”

    Ridwan Mukri, S.Psi

    Penulis Buku Best Seller FAST: Personality for Success

    Direktur Eksekutif PT. Aida Tourindo Wisata

     

     

    “Apa yang benar-benar menggerakkan diri Anda? Apa motivasi terkuat Anda dalam berkarya? Jika Anda sudah tahu jawabannya, selamat! Jika belum, buku ini patut dipertimbangkan untuk dibaca dengan seksama. Selamat menikmati prosesnya!”

    Erbe Sentanu

    Pendiri Katahati Institute

    Penulis Buku Best Seller Quantum Ikhlas: Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati

     

    “Pekerjaan (job) dan panggilan (calling) memang berbeda bagaikan bumi dan langit. Berbahagialah mereka yang dapat mendengar panggilan Tuhan dalam hidupnya dan hidup menurut panggilan-Nya. Buku karya Agung Setiyo Wibowo ini adalah salah satu buku yang menarik untuk dibaca dan dilakukan, bila Anda ingin mencari panggilan dalam hidup Anda, dan menikmati hidup sesuai rencana-Nya!”

    Coach Yohanes G. Pauly

    World’s Top Certified Business Coach

    Founder, CEO & Master Coach of Gratyo.com

    GRATYO World’s Leading Practical Business Coaching

     

     

    “Buku Calling karangan Saudara Agung Setiyo Wibowo merupakan buku yang sangat menarik dan di bidang penelitian bisa disebut sebagai Novelty (keterbaruan). Ditulis berdasarkan wawancara dengan 1.200 responden yang datang dari berbagai negara dan beragam profesi. Substansi buku ini penting sekali bagi orang yang ingin mengevaluasi dirinya dan melakukan kontemplasi, agar bisa memperoleh ‘pencerahan. Karena hidup kita harus bisa bermanfaat bukan hanya untuk diri kita dan orang-orang terdekat kita, tetapi juga bagi sebanyak mungkin sesama manusia.”

    Sukrisno Agoes

    Dosen dan Praktisi Audit

     

    “Buat saya, buku ini menarik karena mempertegas panggilan hidup saya untuk berjuang di bidang sumber daya manusia khususnya lapangan kerja dan pengembangan karir. Teruntuk itu terima kasih atas karyanya yang selalu mencerahkan Mas Agung.”

    Anggoman Wahyutomo

    Managing Director TGN Recruitment Indonesia

     

     

    “Another masterpiece from Agung Setiyo Wibowo. Another book to read. Brilliant….and I was inspired with this Book.”

    Yasier Utama

    CEO PT. Inti Perubahan Diri

     

    “Buku ini akan membantu Anda untuk menemukan apa sebenarnya tujuan hidup Anda. Dalam kehidupan selalu memiliki pilihan, dan setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Apapun pilihan Anda,  ‘panggilan’ yang kuat akan memandu Anda kepada tujuan hidup yang Anda inginkan. Maka temukenalilah panggilan yang sebenarnya. Sehingga, seluruh alam semesta akan mendukung apa yang Anda inginkan. Selamat membaca dan menikmati cerita perjalanan dari orang-orang yang menemukan panggilannya.”

    M Kurnia Siregar, PCC

    Executive Coach

    Co-Founder Loop Institute of Coaching

    www.loop-indonesia.com

     

    The Calling

    Berapa Harganya? 

    Rp 72.000, 00 (belum termasuk ongkos kirim). Beli 10 gratis 1.

     

    Mau Pesan?

    Segera isi formulir pemesanan di sini atau bit.ly/POCalling

     

    Mau Informasi Lebih Lanjut?

    Hubungi +62 812-9382-6120 (Miss Atu)

  • Lelah Karena No Lillah

    Tabik.

    Di sebuah kedai paling populer di Kawasan Mega Kuningan. Sore itu mungkin saya merupakan orang yang beruntung. Pasalnya, saya saya bertemu dengan seorang lelaki paruh baya. Usianya kurang lebih dua kali lipat dibandingkan saya. Sebut saja bernama Ken.

    Ken lahir dan besar di sebuah kota kecil nan asri di Provinsi Bengkulu. Ia merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya seorang “mantri” – juru kesehatan di era kolonial.

    Ken benar-benar membuat saya iri. Sekaligus terpesona karena berderet prestasi yang diraihnya. Selulus SMA, ia mendapatkan beasiswa paling prestius di sebuah kampus kenamaan di Inggris hingga jenjang Master.

    Sepulang dari Tanah Eropa, Ken bekerja di sebuah perusahaan multinasional raksasa di Jakarta. Tak lama kemudian, ia melepaskan masa lajangnya. Hidup bahagia bersama pujaan hatinya.Selang beberapa bulan, Ken kembali membuat saya terpana. Pasalnya, ia lagi-lagi mendapatkan beasiswa di Amerika Serikat dengan jurusan Manajemen Pemasaran.

    Sepulang dari Negeri Paman Sam, Ken menjadi konsultan manajemen dengan gaji dan tunjangan yang menggiurkan. Berbagai tawaran mengalir bertubi-tubi. Ia menyenangi pekerjaan, anak-anaknya tumbuh dengan baik, dan pengaruhnya makin naik di permukaan. Hidup nampaknya benar-benar berpihak kepadanya.

    Kami berdua larut dalam obrolan yang begitu dalam. Hingga masuk ke relung-relung pribadi. Bahkan ada beberapa kepingan cerita Ken yang hanya disampaikan kepada saya, belum pernah terlontarkan ke publik. Tak mengagetkan, tidak kurang dari tiga jam kami berbicara dari hati ke hati untuk saling mengenal.

    Jujur, jika dituliskan mungkin bisa menjadi satu buku tersendiri. Perjalanan hidup Ken begitu menginspirasi. Saya belajar begitu banyak dari penuturan jujurnya yang bernas. Mulai dari aspek spiritual, kesehatan, bisnis, kepemimpinan, dan tentu saja sosial.

    Namun, dari berbagai wejangannya kepada saya, ada satu hal yang masih terpatri di dinding nurani. Apa itu? Tidak lain ialah “Lelah karena no lillah”.

    Apa maksudnya ya Mas Agung? Ken menyadarkan kepada saya:

    • mengapa banyak orang sering mendapati kebosanan dalam bekerja;
    • mengapa >90% orang tidak puas dengan pekerjaannya;
    • mengapa kegalauan sangat mudah melanda kaum muda;
    • mengapa self-fulfillment tidak pernah hinggap meski kekayaan, ketenaran dan kekuasaan diraih;
    • mengapa banyak pesohor yang tega mengakhiri hidupnya dengan cara tragis;
    • dan seterusnya.

    Dari penuturannya yang kalem, Ken berpendapat bahwa lelah datang karena “No Lillah”. Maksudnya ialah salahnya niat si fulan dalam menyikapi hidup. Cepatnya kegalauan dan kebosanan hinggap ketika bekerja mencerminkan jauhnya diri kita dari Tuhan. Ketidakbahagiaan yang selalu datang muncul karena niat kita dalam berbisnis atau bekerja salah.

    Mungkin kita bergerak karena ingin mendapatkan X. Barangkali kita berusaha lantaran ingin menduduki posisi A. Mungkin kita berbagi karena pamrih, ingin dikenal, atau dipuji. Barangkali kita berbuat karena ingin memiliki Z.

    Kita lupa selupa-lupanya akan esensi hidup. Kita abai seabai-abainya akan hakikat keberadaan diri. Untuk apa kita hidup? Untuk siapa kita berbisnis? Demi apa kita bekerja setengah mati? So what kalau semua angan-angan yang tiada batasnya tercapai? Mau ke mana diri ini setelah kematian datang?

    Lelah karena no lillah. Setelah saya renungkan, ada benarnya juga. Wejangan sederhana ini menyadarkan kepada saya akan pengalaman setahun dalam masa Sabbatical. Sebuah “drama” perjalanan anak manusia atas nama career break dan self-discovery.

              Sore berubah ke malam. Hari itu kami berpisah dengan sejuta kesan.

    Ken merupakan sosok panutan saya yang paripurna. Teladan di semua aspek. Dari spiritual, bisnis, karir, sosial, kesehatan dan pengembangan diri. Ia menyadarkan saya pentingnya menyeimbangkan kehidupan secara holistik. Tidak sepotong-sepotong seperti kebanyakan orang.

    Lelah karena no lillah. Saya mengamini ungkapan itu, kalau Anda?

     

    Agung Setiyo Wibowo

    Mega Kuningan, 9 Juni 2017

     

  • Apa Pelajaran Selama Masa Sabbatical?

    Sepanjang 2016 hidup saya bak drama. Betapa tidak. Rutinitas 9-5 tiada. Tiada bos, tiada bawahan. Yang ada hanyalah menjadi anak bolang. Seorang yang dengan sadar memilih untuk jeda sejenak dari hiruk-pikuk kejar-mengejar target hidup.

    Itulah Sabbatical. Satu pengalaman yang mungkin tidak terulang dua kali. Satu episode perjalanan yang sarat dengan hikmah.

    Lantas, apa yang kamu dapat Mas Agung? Bukannya kamu buang-buang waktu dan uang saja? Nggak sayang tuh tidak bekerja selama setahun?

    Heiiii, hidup memang butuh uang. Tapi bukan berarti semua aktivitas kita bisa dinilai dengan uang toh?

    Oke deh. Kali ini saya beberkan apa saja sih yang saya pelajari selama masa jeda. Yuk mareee …..

     

    Baca juga: Mau Jalani Sabbatical? Pikir-Pikir Dulu Deh . . .  *** Apa Yang Saya Lakukan Selama Masa Sabbatical?

    Hidup Adalah Perjalanan

    Klise sekali bukan? Yes, apa boleh buat. Begitulah kenyataannya. Manusia bisa berencana sekece badai apapun. Tapi toh kita nggak akan tahu persis apa yang benar-benar mengisi setiap episode hidup ini. Yang paling simple deh, bisa nggak lho menentukan kapan waktu lahir dan mati, nikah dan beranak, atau menghindari sakit? Mungkin merencanakan bisa aja ya. Tapi, hasil bukanlah wewenang kita.

    Seperti saya sendiri. 2016 ini harusnya saya sudah berada di negeri orang. Bergumul dengan buku dan jurnal lagi dalam misi Strata Tiga jika dicocokkan dengan rencana 2015.  Kenyataannya, saya justru mengurungkan niat untuk sekolah lagi karena satu dan lain hal. Hanya ikhlas yang menjadi obat untuk bahagia di titik  ini.

     

    Waktu Takkan Pernah Terbeli

    Yes, Tuhan paling adil kalau yang satu ini. Siapapun diberi jatah waktu yang sama. Satu hari ada 24 jam kan? Mana ada orang yang hanya diberi 20 jam atau 12 jam hanya karena Tuhan marah kepada mereka? Ehhehehe.

    Eh beneran deh. Waktu itu mahal sob. Makin banyak urusan, makin tinggi jabatan, makin besar pengaruh; waktu berasa begitu kurang.

    So, buat setiap detik bermakna dalam hidupmu. Apapun rencana, target, dan tujuan hidupmu. Karena waktu yang telah berlalu nggak akan bisa diputar ulang. Lantaran waktu nggak bisa dibeli. Misal gini deh, lho ditakdirkan Tuhan di usia 90 tahun. Sebanyak apapun uang yang kau miliki mana bisa lho membeli 1 atau 5 tahun untuk menunda kematian? Ya kali . . . . .

     

    Hidup Adalah Pilihan

    Setiap saat kita dihadapkan pada pilihan. Entah dari yang remeh temeh seperti mau makan apa, mau rapat jam berapa, atau mau pakai baju apa di pesta. Hingga urusan njlimet sekelas menentukan pekerjaan, rumah, dan jodoh. Kenyataannya, hidup memang serangkaian dari pilihan yang seakan tak berujung.

     

    Tujuan Hidup Itu Kompas

    Hidup ini singkat saudara-saudara. Kita nggak akan pernah tahu di usia berapa Tuhan mencabut nyawa ini. So, kalau mau hidupmu bermakna ya harus tahu tujuan hidup. Jika tidak ada tujuan, hidup kita akan “muter-muter” saja bak benang kusut.

    Misalnya gini deh. Lho sekarang lagi ada di Kota Jakarta. Lagi bingung nih mau balik ke mana. Sampai 1 abad pun lo akan muter-muter di Jakarta jika tak tahu arah pulang. Berbeda ceritanya jika lo udah mantap mau pulang ke Surabaya. Cara menuju ke Kota Pahlawan bisa via udara, darat, dan laut. Lewat darat pun masih bisa memilih dengan mobil pribadi, kereta api, jalan kaki, bus, hingga sepeda motor.

    Jadi, nggak berlebihan kan kalau tujuan hidup itu seperti kompas? Ya penunjuk arah ketika kita tersesat. Ia menjadi cahaya ketika kita berada dalam kegelapan. Ia menjadi energi ketika kita sedang terpuruk. Ia penunjuk jalan yang mengantarkan langkah-langkah kecil kita setiap hari.

     

    Bahagia Itu Sederhana

    Sebenarnya apa sih yang kita cari di dunia ini? Kita rela banget capek macet-macetan di jalan hingga berjam-jam. Di akhir pekan, tak jarang kita masih kejar setoran agar bisa lebih cepat memiliki A, agar bisa mencapai X, agar bisa mencapai G. Kita seringkali menggadaikan waktu-waktu emas bersama keluarga hanya untuk mengejar angan-angan yang seperti tak ada ujungnya. Apa sih yang kita mau sebenarnya?

    Golongan Satu mungkin sekarang berapi-api ingin bebas secara finansial. Karena menurut mereka jika harta sudah mencapai titik tertentu, mereka tinggal ongkang-ongkang kaki, kipas-kipas cantik sambil, berleha-leha di pantai sambil minum bir? Sesederhana itukah? Kayaknya nggak deh. Saya nggak percaya tuh dengan “kebebasan finansial”. Karena setajir apapun orang, nggak ada tuh ceritanya menganggur. Nggak ada tuh kata malas. Yang ada mereka bergerak, apapun yang dikerjakan.

    Sama seperti Bapak saya deh. Di usianya yang sudah mendekati 70, harusnya beliau nggak usah ngoyo. Diam saja di rumah. Tapi faktanya, beliau sebaliknya. Bekerja ialah panggilan hidupnya. Jadi mau bagaimanapun tiap saat harus ada yang dilakukan. Setali tiga uang dengan donor S1 saya. Beliau adalah salah satu dari 30 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Dengan pencapaian itu, mungkin kita pikir dia hanya menikmati masa tuanya dengan males-malesan di kasur, tidur-tiduran di pantai, atau foya-foya menghabiskan uangnya yang nggak terhitung jumlahnya. Kenyataannya tidak. Justru beliau makin rajin berderma. Menyumbangkan rizkinya untuk amal. Memberi beasiswa, menyantuni kaum miskin, dan memajukan gurita bisnisnya.

    So, omong kosong deh kalau bahagia itu mahal. Karena yang sebenarnya justru sebaliknya. Bahagia begitu sederhana. Nikmati aja apa yang kamu miliki sekarang. Nikmati saja peran kamu sekarang. Nikmati saja perjalanan hidupmu sekarang. Nggak perlu menunggu mencapai ini itu, memiliki ABC, atau menduduki kursi XYZ.

     

    Kunci Sukses

    Yes, setiap orang saya yakin pasti mau sukses. Lihat saja sejak kecil kita sudah bersaing ketat untuk meraih peringkat pertama di kelas. Menjadi yang terbaik! Ketika menjadi karyawan, berjuang mati-matian agar bisa segera naik ke level CEO. Ketika bisnis sendiri, kita berambisi seperti api agar usaha makin menggurita dengan keuntungan tak terbatas.

    Singkat kata, detik demi detik kita seperti dalam perlombaan. Seperti kesetanan dikejar anjing galak di tengah hutan rimba. Ya kali . . .

    Manusiawi memang. Setiap individu menginginkan yang terbaik dalam hidupnya. Entah kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan.

    Masalahnya, apa sih sukses itu? “Makanan” macam apa tuh? Apakah definisi suksesku sama dengan suksesmu? Apa parameter sukses?

    Yes, kunci sukses itu satu teman-teman. Menjadi diri sendiri. Bagi saya, sukses ialah ketika dari waktu ke waktu kita makin menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat kepada sesama, lebih menciptakan dampak positif, lebih dapat memberikan nilai tambah. Dan tentunya menjadi seseorang yang dari hari ke hari makin dicintai oleh Tuhan.

    Itu artinya apa? Sukses nggak perlu dibanding-bandingkan dengan orang lain. Nggak ada parameter universalnya. Sukses adalah perjalanan hidup kita itu sendiri. Bagaimanapun alur ceritanya.

     

    Pada akhirnya, Sabbatical merupakan salah satu keputusan terbaik di usia 20an saya ini. Memang ya sih, ia tidak menawarkan materi yang berlimpah. Tidak pula menawarkan gaya hidup yang glamor. Tapi ia mengajarkan makna hidup nan hakiki. Juga menunjukkan kompas hidup  yang tidak bisa ditukar dengan Rupiah.

     

    Agung Setiyo Wibowo

    Bintan, 3 Desember 2016