Tag: digital

  • Masih Relevankah Buku Buat Personal Branding di Era Digital?

    Pernah nggak sih lo ngerasa insecure gara-gara scrolling timeline? Gue pernah.

    Di saat orang lain keliatan produktif banget—posting konten tiap hari, engagement ribuan, followers nambah terus—gue malah stuck mikirin: “Apa iya tulisan gue cukup berharga buat dibaca orang?”
    (more…)

  • Seni Menjaga Fokus di Abad Digital

    Fokus. Itulah salah satu tantangan terbesar di abad digital ini. Sebuah era ketika kita dibombardir dengan “gangguan” tak terbatas bernama notifikasi. Entah dari Whatsapp, Instagram, TikTok, YouTube, Facebook, Twitter dan sebagainya.

    Dalam bukunya, Attention Span: A Groundbreaking Way to Restore Balance, Happiness and Productivity, profesor Gloria Mark berbagi penelitian selama dua dekade tentang bagaimana teknologi telah memengaruhi kemampuan kita untuk fokus di tempat kerja dan di rumah — dan bagaimana kita dapat mulai mendapatkan keterampilan tersebut kembali.

    Dia melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pada tahun 2004, rata-rata pekerja kantoran berpindah tugas setiap 2,5 menit. Pada tahun 2012, setiap tujuh puluh lima detik, dan pada tahun 2022, setiap empat puluh lima detik. Bagaimana bisa?

    Orang-orang secara bertahap menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan teknologi, dan teknologi membuat kita sulit untuk fokus karena memberikan gangguan eksternal yang tidak terbatas. Ponsel pintar memberi kita akses ke layar sepanjang waktu, dan hal-hal seperti pesan teks dan email membuat kita keluar dari tugas saat ini.

    Namun gangguan eksternal bukanlah satu-satunya masalah di dunia yang semakin digital. Manusia sebenarnya secara inheren termotivasi untuk menginterupsi diri sendiri, yang berarti kita terus-menerus terdorong untuk melakukan hal lain. Jadi meskipun kita mematikan sinyal audio atau visual, mengetahui bahwa kita dapat menghentikan tugas kita saat ini kapan saja untuk online atau memeriksa media sosial sulit untuk diabaikan.

    Kita tahu dari penelitian selama puluhan tahun bahwa ketika orang mengalihkan perhatiannya, setiap tugas membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan, dan mereka lebih mungkin melakukan kesalahan. Ada istilah yang disebut dengan biaya peralihan (switch cost), yang berarti meskipun interupsinya singkat, dibutuhkan waktu untuk kembali ke alur tugas semula.

    Namun selain menghambat produktivitas, pengalihan perhatian juga menyebabkan stres. Berdasarkan temuan Profesor Gloria tersebut, terjadi lonjakan tingkat stres setiap kali kita kedatangan gangguan.

    PENTINGNYA FOKUS 
    Menjaga diri kita agar tetap fokus adalah cara tercepat untuk mewujudkan gol kita. Ketika kita sudah jelas apa yang paling penting bagi diri sendiri, di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi kita, perhatian terfokus adalah apa yang kita perlukan untuk mencapainya.

    Fokus memungkinkan kita membuat prioritas, membuat keputusan yang tepat mengenai aktivitas apa yang akan menghabiskan waktu kita (dan tidak menghabiskan waktu kita), fokus membantu kita mengurangi aktivitas yang sebenarnya membuang-buang waktu, dan menyelesaikan hal-hal yang benar-benar penting.  Fokus dapat menambah nilai besar dalam hidup kita dan kesejahteraan kita (dan kesejahteraan orang-orang di sekitar kita).

    Di dunia yang penuh dengan gangguan digital yang datang dari begitu banyak saluran komunikasi pada saat yang bersamaan, bagaimana kita sebenarnya melakukan hal ini?

    SENI MENJAGA FOKUS DI ZAMAN NOW
    Kita sekarang tahu bahwa multitasking – yaitu melakukan banyak hal pada waktu yang sama – bukanlah suatu pilihan. Dengan mencoba melakukan ini, kita kehilangan banyak energi (kita sebenarnya beralih antar tugas) dan membatasi diri kita untuk melakukan tugas apa pun dengan baik.

    Kita tidak mampu memberikan perhatian yang cukup pada hal-hal penting, mungkin mengalami stres, dan bahkan mulai merasa kewalahan. Pada akhirnya kita tidak akan punya cukup energi untuk berkonsentrasi pada hal yang benar-benar penting bagi kita.

    Lantas, bagaimana jurus untuk menjaga tingkat fokus kita di tengah gempuran informasi yang tak tak terbendung?

    Pertama, menetapkan niat.  Selama kita siap dan jelas mengenai apa yang penting bagi kita, ketika kita sudah memutuskan dengan pasti di mana kita harus memusatkan perhatian, akan lebih sulit untuk terjebak dalam momen gangguan.

    Selama aktivitas kita sehari-hari, kita dapat mengurangi banyak stres jika kita mempunyai tujuan di depan pikiran kita. Kita dapat memilih apa yang paling penting dan menetapkan niat positif untuk maju.

    Kedua, menerapkan aturan ABC. Kita perlu menyadari bahwa kita selalu punya pilihan. Kita bisa menyerah pada gangguan tersebut, atau terus melakukan apa yang penting bagi kita.
    Setelah Anda mengetahui hal itu, kita bisa bernapas dalam-dalam. Mengambil jarak dan rileks. Dan

    ketiga, memilih opsi apa yang akan diikuti. Ini akan memperlambat respons impulsif kita, memberi kita waktu untuk mengabaikan gangguan tersebut dan melanjutkan hal-hal yang lebih penting.
    Ketiga, memanfaatkan alat dan teknologi online. Rentang perhatian kita sangat kecil ketika harus bersaing dengan semua bunyi bip dan getaran yang berasal dari gadget kesayangan kita.

    Peringatan dan pemberitahuan itu mengirimkan pesan ke otak kita bahwa ada hal lain yang sangat membutuhkan perhatian kita. Otak kita melepaskan dopamin yang mungkin menyebabkan kecanduan terhadap sinyal-sinyal ini. Sementara itu, sebagian besar notifikasi ini jarang bersifat mendesak atau bahkan relatif tidak penting.

    Kita dapat menggunakan alat online sederhana dan gratis atau teknologi lain untuk membantu kita mengelola saluran komunikasi kita. Ini juga akan membantu kita mengetahui bahwa tidak setiap notifikasi bersifat mendesak dan ini akan memungkinkan kita merasakan konsentrasi yang dapat kita nikmati tanpa gangguan. Berdasarkan pengalaman penulis, terdapat sejumlah aplikasi yang dapat kita coba manfaatkan. Di antaranya adalah ClickUp, Focus Bear, Forest, Serene, dan Taskade.

    Keempat, menyeimbangkan emosi.  Berbagai pakar psikologi merekomendasikan keseimbangan emosi positif dan negatif 3:1 untuk fokus optimal. Mengapa demikian? Mereka menemukan bahwa otak kita menganggap emosi negatif sebagai ancaman yang menghambat kemampuan kita untuk melakukan tugas kognitif lainnya.

    Beristirahat sejenak dari rangsangan yang memicu reaksi negatif dapat membantu kita menjaga keseimbangan ini. Dan lebih baik lagi, kita dapat berganti dengan aktivitas yang memicu emosi positif. Istirahat sejenak, dengarkan musik, jalan-jalan sebentar misalnya. Ini membantu kita menjaga keseimbangan.

    Kelima, berlatih mindfulness.  Bermeditasi hanya beberapa menit sehari atau mengembangkan rutinitas lain seperti tidur yang cukup, berolahraga, menghabiskan lebih banyak waktu di alam terbuka, atau memikirkan 3 hal yang kita syukuri sebelum tidur, dapat berdampak nyata pada kemampuan kita untuk berkonsentrasi dan fokus. Kegiatan-kegiatan ini membantu mengatur diri kita secara emosional.

    ‍Di “zaman now”, fokus memang menjadi tantangan yang tidak dapat diremehkan. Dan keputusan tersulit yang harus diambil adalah tentang segala hal yang tidak menjadi fokus kita.

    Menurut CEO Apple saat ini Tim Cook, pelajaran terpenting yang ia peroleh dari mendiang Steve Jobs (Pendiri Apple) adalah fokus.  Karena hanya dengan itu kita dapat melakukan hal-hal tertentu dengan baik. Dia mengungkapkan bahwa Apple mengatakan “tidak” pada banyak ide bagus, agar bisa menghasilkan ide yang bagus.

    Nah, bagaimana dengan Anda?Bisakah Anda tidak membuka Whatsapp selama tiga jam saja? Bisakah Anda “berpuasa” dari Facebook, Instagram, TikTok, atau YouTube  satu hari saja?

    Mari kita tingkatkan fokus untuk mendongkrak produktivitas kita.

  • Mendongkrak Produktivitas di Abad Digital

    Dunia  bergerak begitu cepat. Apalagi saat ini kita hidup di abad digital. Era yang membuka peluang tak terbatas bagi orang-orang yang mau berpikir dan bergerak. 
     
    Setiap detik jutaan orang meraup cuan demi cuan dari telepon genggamnya. Di sisi lain, setiap detik jutaan orang semakin  tertinggal karena tidak mampu (lebih tepatnya tidak mau) beradaptasi.
     
    Anda masuk di golongan mana? Apakah Anda hanya terlihat sibuk setiap saat atau benar-benar produktif? 
     
    Internet memang bak pisau bermata dua. Di satu sisi internet membuat akses kita untuk meraup, mengembangkan diri, atau berkomunikasi semakin mudah dan murah. Di sisi lain, ketidakcerdasan memanfaatkan internet justru membuat begitu banyak orang semakin mager (malas bergerak) karena menghabiskan waktunya untuk “bermain” di media sosial. Yang lebih miris, internet dijadikan sebagian orang untuk menyebarkan informasi hoaks, ujaran kebencian, pemutarbalikan fakta, provokasi dan seterusnya. 
     
    Tidak ada salahnya memang untuk menghabiskan waktu bermenit-menit atau berjam-jam untuk memelototi media sosial setiap harinya. Namun jika kita tidak mampu menggunakannya dengan bijak, kita justru menjadi orang yang merugi. 
     
    Lantas, bagaimana cara menjadi produktif di abad digital?  Ada beberapa tips yang terbukti ampuh saya praktikkan maupun oleh puluhan juta orang lainnya di berbagai belahan dunia sebagai berikut. 
     
    Pertama, fokus pada prioritas. Setiap hari, kita pasti disuguhkan dengan berderet tugas yang perlu diselesaikan. Dengan menyaring tugas mana saja yang mendesak dan tidak, menjadikan diri kita produktif. 
     
    Senantiasa periksa gol-gol atau proyek-proyek yang sedang Anda pegang. Pastikan Anda mengetahui tenggat waktunya. Dengan begitu, kita bisa mengendalikan waktu — bukan sebaliknya. 
     
    Salah satu jurus mudah untuk cerdas membuat prioritas, kita semestinya memahami perbedaan antara efisien dan efektif kendati keduanya sama-sama diperlukan untuk produktif. 
     
    Efisien adalah melakukan hal-hal dengan benar dan efektif adalah melakukan hal-hal yang benar. Jadi orang yang paling produktif mengerjakan tugas yang bernilai tinggi, memastikan bahwa cara mereka melakukan tugas tersebut adalah cara terbaik.

    Kedua, mengembangkan Deep Work. Mengutip Cal New Port dalam bukunya  Deep Work: Rules for Focused Success in a Distracted World, Deep Work adalah proses melakukan kegiatan profesional dalam kondisi penuh konsentrasi bebas gangguan yang mendorong kemampuan kognitif kita secara maksimal. Dengan Deep Work, kita akan menjadi lebih fokus. 
     
    Beberapa cara sederhana untuk menerapkan Deep Work adalah “puasa” media sosial, menetapkan “jadwal ritual” untuk fokus bekerja tanpa gangguan, mengerjakan hal-hal yang penting, hingga menciptakan suasana kerja yang membuat kita nyaman. Sungguh mudah dilakukan bukan? 
     
    Ketiga, menerapkan Pomodoro Technique.  Teknik ini terinspirasi dari pemakaian sebuah timer di dapur yang kebetulan berbentuk seperti tomat (tomat dalam bahasa Italia disebut pomodoro).

    Pomodoro Technique merupakan sistem manajemen waktu yang merangsang orang untuk bekerja secara fokus dalam rentang waktu tertentu. Singkat kata, kita membagi pekerjaan menjadi 25 menit per kegiatan dengan bekerja secara fokus terhadap satu tugas, kemudian 5 menit istirahat total. Setiap jeda istirahat itu disebut sebagai “pomodoro”. Kemudian setelah melakukan 4 kali pomodoro, kita mengambil istirahat yang lebih lama lagi, yakni sekitar 15 sampai 20 menit.
     
    Pomodoro Technique bertujuan untuk membuat adanya “keterdesakan”. Oleh karena itu, teknik ini menyadarkan kita bahwa saat kita hanya memiliki 25 menit untuk mengukir progress sebanyak mungkin pada suatu pekerjaan dalam waktu terbatas. Saat menerapkan teknik ini sebaiknya kita mematikan koneksi internet dan menjauhkan telepon genggam atau apapun yang dapat mengganggu fokus kita dalam mengerjakan suatu tugas.
    Keempat, mengikuti Hukum Pareto. Juga dikenal sebagai “Aturan 80/20” yang intinya merupakan prinsip bahwa dalam banyak peristiwa, 80% dampaknya terjadi karena 20% penyebabnya.
    Untuk memaksimalkan efisiensi, orang yang sangat produktif mengidentifikasi 20% terpenting dari pekerjaan mereka. Kemudian, mereka mencari cara untuk mengurangi 80% dari jadwal mereka, untuk menemukan lebih banyak waktu untuk hal-hal yang memberikan dampak terbesar.
    Kelima, memecah tugas menjadi bagian-bagian kecil. Mengapa sebagian besar dari kita suka menunda-nunda? Meskipun ada banyak faktor yang membuat orang menjadi seorang procrastinator, kebanyakan orang enggan bertindak karena menganggap tugas-tugas mereka begitu membebani.
    Jika Anda memiliki item daftar tugas yang cakupannya besar dan tidak terlalu spesifik, menangani tugas-tugas tersebut tentu menjadi tantangan. Anda mungkin berpikir harus dari mana Anda memulainya.  Padahal kita  bisa mulai dengan memecah tugas besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil. Tetapkan tujuan kecil untuk setiap tugas.
    Itulah lima tips sederhana yang bisa Anda coba terapkan dalam keseharian. Karena waktu kita sangat terbatas, tak ada salahnya untuk menjadi pribadi yang lebih produktif agar hidup kita seimbang. Bukan menjadi pribadi yang “terlihat” sibuk tapi tidak cuan, mengorbankan kesehatan, apalagi mengabaikan orang-orang yang kita sayangi.