Suratan Takdir

Hidup ini begitu singkat. Setiap orang memiliki batas yang berbeda-beda. Dari garis start hingga finish. 

Sayangnya, kita sering kali lupa. Kita mengejar dunia habis-habisan. Seolah-olah kita hidup selamanya.

Seringkali malah kita mengabaikan keluarga, kesehatan, spiritual, dan yang lainnya. Padahal hidup yang seimbang itu pada akhirnya merugikan kita juga.

Manusia memang lucu.

Seringkali kita mengejar kebahagiaan, tapi malah kita lupa menikmati perjalanan dalam proses mewujudkannya. Padahal sejatinya kebahagiaan itu ada dalam proses. Dari detik ke detik. Bukan pada hasil akhir. Tak mengherankan bila kebanyakan dari kita senantiasa bilang bahwa saya bahagia jika sudah punya ini itu, memiliki A hingga Z, atau merasakan X dan Y.

Oh betapa ruginya orang semacam itu. Mereka lalai bahwa bahagia itu tanpa syarat. Karena yang menentukan bahagia atau tidaknya adalah diri kita sendiri. Ya, bahagia adalah pilihan.

Bahagia atau tidak bergantung sikap diri kita pada kejadian yang kita alami. Bukan pada orang, benda atau peristiwa yang kita hadapi.

O ya, yang tidak kalah kita lupakan adalah misteri takdir. Ya, suka atau tidak suka; setiap anak manusia tercipta dengan takdirnya masing-masing.

Kita tidak pernah tahu rezeki, jodoh, atau umur yang telah ditetapkan pada kita. Memang, kita punya andil berikhtiar atau memperjuangkannya. Tapi, pada akhirnya, takdir itu nyata.

Jadi, sudahkah kita memaksimalkan sisa umur hidup kita?

Sudahkah kita menjadi orang baik & benar sesuai alasan kita diciptakan Tuhan?

Sudahkah kita menjadi versi terbaik diri kita?

Takdirmu, takdirmu tidak mungkin sama.

Masalahmu, masalahku tentu berbeda.

Jalan hidupmu, jalan hidup kita semua ditakdirkan beragam.

Cintai takdirmu.

 

Agung Setiyo Wibowo

Bandung, 15 Juni 2022

 

 

Sumber gambar: Inc.com

Share on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn

Leave a Reply