Capek, hampa, atau bosan menjalani hidup? Stres karena merasa kamu menjadi orang paling menderita? Pernah berpikir untuk melarikan diri dari kenyataan?
Sahabatku. Mungkin kamu pernah melontarkan beberapa pertanyaan di atas. Entah satu atau dua di antaranya.
Saya tidak tahu bagaimana jalan hidupmu. Yang pasti, saya sendiri pernah berada di titik yang memprihatinkan. Ya, saya pernah berada di titik terendah dalam hidup.
Di beberapa tahun awal saya berkarier, saya merasa berada di “jalan yang salah”. Saya bosan, hampa, stres, gelisah dan galau dalam menjalani hidup. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya saya inginkan. Meskipun saya capek dengan segala kesibukan, sesungguhnya saya pernah pada situasi ketika saya tidak tahu apa yang saya cari, kejar dan perjuangkan dalam hidup.
2016 menjadi masa eksplorasi luar biasa. Selama setahun penuh saya menjalani sabbatical. Saya menikmati jeda dari hingar bingar kota besar. Saya menjalani hari-hari dengan kesendirian tanpa agenda yang jelas. Tak ada bos, tak ada bawahan. Saya sepenuhnya menjadi pribadi yang merdeka.
Sebulan pertama hidup tanpa bekerja, dunia laksana surga. Tak ada deadline. Tak ada macet-macetan di jalan. Tak ada kecemasan memikirkan tuntutan bos dan ekspektasi anak buah. Yang ada hanyalah kesenangan nan tak dapat ditukar dengan rupiah.
Sebelas bulan berikutnya saya mendapati krisis identitas. Pergolakan jiwa sedang mencapai titik klimaks. Terjadi pertempuran nilai-nilai dalam diri. Konflik keimanan menghadang. Boro-boro menguraikan target atau gol yang super ambisius. Saya justru tak berdaya mengambil keputusan. Keraguan, kebimbangan, dan kecemasan melanda. Saya takut salah mengambil jalan yang mana. Itulah titik nadir yang mengantarkan saya pada titik balik.
Awal 2017 saya merasa terlahir kembali. Pola pikir telah berganti. Saya yang awalnya berorientasi hasil berubah menjadi percaya pada proses. Saya berhasil mengartikan kebahagian dan kesuksesan versi saya sendiri.
Saudaraku. Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan. Jika kamu merasa belum tahu apa yang diinginkan, berhentilah sejenak. Bila kamu memandang menganggur itu asyik, kamu salah besar. Jika kamu menganggap kerja itu membuat stres, renungkanlah maksud Tuhan menciptakanmu di dunia.
Saudaraku. Tuhan tidak menyuruhmu untuk menjadi pribadi sukses. Ia hanya memintamu untuk berupaya sebaik mungkin. Selebihnya, Tuhanlah yang menentukan hasil akhirnya.
Jadi, apa kata kuncinya? Bergeraklah.
Tabik.
Agung Setiyo Wibowo
Antara Depok dan Jakarta,
16 Januari 2020